Kami semua terdiam malam itu. Suasana penuh semangat saat melawan Unit-013 mendadak menjadi suram. Adis yang awalnya kukira tegar melepaskan semua air matanya sembari terduduk di atas tanah. Ingin kutemani dia tapi aku merasa bukan orang yang tepat untuk menemaninya bersedih.
Berbeda dengan Furqon yang nampak tenang. Wajahnya masih ditengedahkan menuju langit namun sudah tidak terlalu syok seperti saat pertama kuberitahu. Sementara Adis merasa biasa saja sampai kejadian itu. Bukan keanehan yang dicemaskan oleh Adis, melainkan nasib orang-orang yang selama ini dia temui. Kurasa ia dan Kelsen sangat dekat. Tapi untuk Furqon, apakah ia tidak peduli dengan nasib orang-orang ini?
"Mir!" tangannya menepuk pundakku yang sedang melamun. "Apa ... sebelumnya kau pernah mengalami kejadian semacam ini?"
"Seperti dirimu, dan Adis. Aku ingat sedang meringkuk sendirian sementara Sang Penyelamat dan pria yang bertanggung jawab atas kabut ini menyanderaku di Bandung," jawabku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com