webnovel

George Mario

Dunia bawah adalah sebutan untuk tempat berkumpulnya para penjahat kelas atas, mulai dari bandar narkoba sampai organisasi pembunuh bayaran sekali pun, mereka semua bertransaksi disana, namun diantara banyaknya para penjahat kelas atas yang terlibat dalam dunia bawah tanah, ada beberapa nama yang sangat dihormati sekaligus ditakuti disana, salah satunya adalah Mario Family.

Mario Family adalah keluarga Mafia tertua di Indonesia, kekejaman mereka sangat terkenal sejak dahulu, yang membuat Mario Family sangat sangat ditakuti bahkan di dunia bawah sekali pun. Saat ini Mario Family dipegang oleh George Mario, dia adalah generasi ke 15 dari Mario Family.

Berbeda dengan pemimpin-pemimpin Mario Family sebelumnya, George tidaklah menerapkan cara kekejamannya dalam pekerjaannya, bahkan dia sebisa mungkin menghindari kekerasan. George lebih dikenal karna strateginya dalam berbisnis yang terbilang sangat hebat dan jenius, meski begitu bukan berarti George tidak akan menggunakan kekerasan samasekali, ia tetap akan menggunakan kekerasan, Namun jika hanya dibutuhkan saja, itulah prinsip George Mario dalam berbisnis.

Disebuah mansion yang cukup besar di daerah Jakarta Pusat, seorang pria berjas rapih lengkap dengan dasih berwarna merahnya, berlari melewati lorong-lorong mansion yang cukup besar tersebut. Ia berlari dengan wajah yang terlihat cukup panik, keringat bercucuran membasahi wajahnya, ia ia berlari seolah-olah terlihat seperti seseorang yang sedang terburu-buru.

Setelah melewati lorong-lorong yang cukup panjang, akhirnya pria tersebut sampai didepan sebuah ruangan dengan pintu yang cukup besar yang terbuat dari emas.

Lalu kemudian ia pun sesegera mungkin membuka pintu tersebut dan memasuki ruangan yang ternyata sangat luas itu.

"Tuan George saya punya informasi yang sangat penting yang harus saya sampaikan !" Teriak Pria tersebut terbata-bata akibat kelelahan setelah berlari melalui lorong-lorong tersebut.

Sementara itu George Mario saat itu sedang duduk santai di kursinya yang mahal serta empu dan nyaman itu, seraya mengangkat kakinya ke atas meja kerjanya.

Melihat bawahnya yang terlihat panik, penuh keringat dan terburu-buru seperti itu George Mario hanya bisa tersenyum tipis memandanginya. "Informasi apa memangnya, sampai kau terburu-buru seperti itu Dan." Tanya George Mario kepada anak buahnya yang bernama Daniel itu.

Sementara itu, Daniele yang baru saja sampai, saat itu ia bahkan masih tidak bisa mengontrol nafasnya sendiri. "Itu... itu...." Serunya berusaha mengatakan informasi yang ia dapat, namun karna lelah akibat berlarian ia sampai-sampai tak sanggup mengatakannya.

George Mario kembali tersenyum geli memandangi anak buahnya yang ia anggap momen lucu tersebut. "Oh ayolah Dan, kau seharusnya tenangkan dirimu dulu," seru George Mario yang kemudian ia beranjak dari duduknya.

"Duduklah dan," serunya menyuruh Daniel untuk duduk dan beristirahat, seraya tangannya menunjuk kearah sofa kosong yang berada tepat dihadapannya.

Daniel pun menuruti perintah atasannya tersebut, ia pun langsung duduk di sofa empuk tersebut.

Setelah itu Ia Kemudian berjalan kearah lemari yang dipenuhi perlengkapan teh, seperti air, cangkir, dispenser, gula, sendok dan lain sebagainya.

George Mario pun kemudian mengambil sebuah cangkir dari lemari tersebut, kemudian George pun tak luput memasukan air ke dalamnya, dan kemudian ia memberikan air tersebut kepada Daniel. "Ini, kau minum dulu, kau pasti lelah setelah berlarian di lorong yang panjang ini bukan ?" Ucap George Mario seraya memberikan secangkir air yang sedang dipegangnya tersebut.

Daniel pun menerima secangkir air yang diberikan oleh majikannya tersebut, dan langsung meminumnya seketika itu juga, setelah itu ia menenangkan dirinya sejenak, sementara itu George Mario masih bersabar menunggu bawahannya itu menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Setelah merasa dirinya cukup tenang, Daniel pun kemudian mulai menyampaikan informasi penting yang ia ketahui itu kepada George Mario. "Informasi yang ingin saya sampaikan adalah, informasi atas kematian Pak Gubernur Tuan...."

Informasi masih itu tentu saja mengejutkan George Mario, dengan wajah terkejutnya George Mario menanyakan kembali ke validan informasi tersebut kepada Daniel. "Apakah informasi ini valid Dan ?"

Daniel mengangguk kan kepalanya sekuat tenaga. "Tentu saja tuan," serunya tanpa keraguan. "Aku tak mungkin berani menyampaikan informasi sepenting ini jika tidak Valid." Seru Daniel menegaskan.

George Mario sejenak menutup matanya dan memandang kearah bawah, nampaknya ia sedang berdoa sejenak untuk Pak Gubernur yang baru saja meninggal dunia tersebut. George Mario kemudian menghela kan nafasnya. "Apakah kau tau penyebab kematiannya, dan apakah ada hubungannya dengan kerjasama kita dengan beliau ?" Tanya George Mario penasaran.

"Racun Biji Jarak." Ucap Daniel singkat padat dan jelas.

"Racun Biji Jarak ?" Tanya George Mario meyakinkan sekali lagi.

"Ya, Pak Gubernur meninggal akibat racun Biji Jarak yang sampai sekarang belum diketahui dari mana asalnya, sampai saat ini hanya informasi itulah yang saya ketahui."

George Mario pun sedikit merasa heran dengan alasan kematian Pak Gubernur.

"Tunggu dulu, dari mana kepolisian bisa tau bahwa Pak Gubernur meninggal akibat racun Biji Jarak ? karna yang aku tau, sangat sulit untuk mengetahui hal tersebut, terlebih dalam waktu yang singkat."

"Detektif Vivian Tuan yang berhasil memecahkan hal tersebut, itulah informasi yang saya terima dari anggota kita yang berada di kepolisian."

George Mario pun menopang wajahnya menggunakan kedua tangannya, lalu dengan wajah serius ia memandangi Daniel. "Lalu, apakah ini ada hubungannya dengan kerjasama kita dengan beliau ?"

Dengan sangat tegas dan lantang Daniel pun berkata. "Tidak Tuan, bisa saya pastikan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerjasama kita."

Seketika pernyataan Daniel itu pun membuat George Mario merasa amat lega, dan dengan perasaan lega, George Mario menyenderkan tubuhnya ke sofa mahal miliknya yang sangat empuk tersebut. "Wah... syukurlah kalau begitu, aku sedikit merasa lega," seru George Mario menyampaikan kelegaannya. Lalu kemudian George Mario melirik kearah Daniel sejenak, dan melihat ekspresi Daniel yang seakan merasa tidak nyaman. "Tenang saja Dan, aku memang merasa lega, tapi bukan berarti aku tidak sedih akan kematian salah satu kolega kita loh Dan." Seru George Mario yang ingin memastikan sesuatu kepada Daniel.

Daniel yang merasa bahwa tuannya itu telah salah paham, ia pun lalu dengan segera mencoba meluruskan hal tersebut. "Bukan, tuan, aku bukannya meragukan rasa berkabung tuan atas kematian kolega kita, akan tetapi ada suatu hal yang cukup mengganggu pikiranku prihal kasus ini tuan."

George Mario pun mulai penasaran dengan apa yang menggangu pikiran bawahnya tersebut. "Apa itu Dan, apa itu cukup serius, sampai-sampai itu mengganggumu ?"

"Aku belum bisa memastikan apakah ini bisa menjadi hal yang serius atau tidak, tapi aku rasa hal ini patut untuk dipantau." Ucap Daniel dengan serius.

George Mario pun mulai tersenyum menyeringai bersemangat, rasanya ia benar-benar begitu penasaran dengan hal tersebut. "Sekarang aku jadi benar-benar penasaran dengan hal itu Dan, bisa kau beritahu aku, tentang apa itu Dan ?"

"The Blue Bird Murder, itulah yang sedari tadi mengganggu pikiranku tuan." Ucapnya dengan mimik wajah yang begitu serius.

Mendengar julukan tersebut membuat George Mario menjadi tegang, wajahnya pun berubah mulai menjadi serius. "Nama itu lagi !" Seru George Mario serius.

"Apakah tuan pernah mendengar namanya ?" Tanya Daniel penasaran.

Seraya menyenderkan tubuhnya di sofa George Mario pun menganggukkan kepalanya. "Ya, aku cukup sering mendengarnya, namanya cukup sering jadi pembicaraan para ketua keluarga yang lainnya, karna beberapa anggota kepolisian yang bekerja dengan mereka menjadi korban dari Si The Blue Bird Murder ini." Seru George Mario seraya memandangi langit-langit ruang kerjanya.

"Apakah menurut tuan dia merupakan ancaman untuk bisnis kita ?" Tanya Daniel penasaran.

George Mario pun memejamkan matanya sejenak seraya berpikir untuk mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan dari bawahannya itu. "Untuk sekarang aku rasa tidak, tapi bukan berarti kita bisa aman dari targetnya, aku sekarang berpikir, bahwa mungkin saja kematian Gubernur memang terjadi karna adanya kerjasama kita dengan beliau, meski ini masih sekedar spekulasi, ada baiknya kita terus berhati-hati dalam menanggapi si pembunuh misterius yang satu ini." Ucap George Mario serius.

Daniel pun lalu menganggukkan kepalanya. "Baik tuan , dimengerti," merasa kepentingannya sudah terpenuhi, Daniel pun lalu beranjak dari duduknya, lalu seraya menundukkan badannya, ia pamit kepada tuannya tersebut. "Baiklah kalau begitu tuan, saya pamit." Ucap Daniel yang kemudian berbalik badan, berjalan menuju pintu keluar ruang kerja George Mario.

Namun beberapa saat sebelum Daniel meninggalkan ruangan tersebut, George Mario menghentikan Daniel dengan cara berteriak dari tepat duduknya. "Tunggu dulu Dan." Seru George Mario menghentikan Daniel yang hendak keluar ruang kerja miliknya.

Daniel yang mendengar namanya dipanggil pun, dengan cepat langsung berbalik arah menghadap kearah tuanya itu. "Iya tuan, apa ada lagi yang bisa saya bantu ?" Tanyanya berinisiatif jikalau ada yang dibutuhkan oleh tuannya itu.

"Ya ada," jawab George Mario dengan santai. "Jika memang apa yang kau khawatir itu benar adanya, Aku rasa mungkin ini saatnya kita ambil andil dalam kasus ini," ucap George Mario menjelaskan apa yang sedang ia pikirkan saat itu, sementara itu Daniel tetap diam dengan tenangnya seraya terus mendengarkan semua ucapan tuanya itu. "Aku mau kau cari informasi lebih banyak lagi mengenai semua kasus yang berhubungan dengan si pembunuh misterius satu ini, dan jika sudah, segera laporkan kepadaku detailnya, bagaimana Dan, kau sanggup ?"

Daniel pun lalu tersenyum tipis. "Tentu saja tuan, saya akan berusaha untuk mencari tau segala informasi yang berhubungan dengan Si The Blue Bird Murder ini tuan." Jawab Daniel dengan begitu percaya dirinya.

setelah itu, kemudian Daniel pun pamit kembali kepada George Mario untuk segera melaksanakan tugas barunya tersebut, dan tentu saja George Mario langsung mengizinkannya.

Setelah Daniel keluar dari ruang kerja George Mario, George Mario pun kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju lukisan besar yang berada disebelah kanan pintu masuk ruangan tersebut. Lalu seraya memandangi lukisan besar yang indah itu George Mario pun tersenyum seraya berkata. "Sepertinya sudah saatnya kita bekerjasama kembali Detektif Rian." Ucap George Mario yang merasa sangat bersemangat saat itu.

Ternyata George Mario adalah sosok Kepala keluarga Mafia yang sering memberikan informasi serta bekerja sama dengan Rian, detektif nomor satu di Negeri ini.

Next chapter