webnovel

Ramainya didalam Kamar (Part 2)

Setelah ditawarin oleh Ponci untuk bermain game Takken di PS, dengan secara paksa. Akhirnya aku pun mau ikut bermain game PS.

"Kun, kamu mau pake apa?" tanyaku kepada Kunti mengenai karakter game yang akan digunakannya.

"Hem… aku mau karakter yang overpower ah." Ucap Kunti seraya memilih karakter overpower didalam game Takken.

"Iyaudah, kalau gitu aku pakai Eddito aja." Ucapku kepada Kunti sembari memilih karakter game yang aku inginkan.

"Oke, Ayo gas dah!" ucap Kunti yang semangat, karena dia memakai karakter overpower.

"Oke." Ucap ku yang seraya memencet tombol start, untuk memulai gameplay-nya.

Usai memilih karakter di dalam game Takken yang kami inginkan, kami berdua pun langsung memulai pertandingan game Takken tersebut.

"Siap, untuk bertanding?" tanya Kunti yang semangat bermain game Takken.

"Iya, sudah siap." Ucapku dengan reaksi malas bermain game.

"GET READY? FIGHT!" suara mulainya pertarungan karakter didalam game Takken.

"DUAK!!! TRING!! DUAK!!" suara pukulan dan tangkisan antar karakter di game Takken.

"Wahaha, bisa gak kamu kalahin aku?" ejek Kunti kepada ku seraya mengendalikan stick PS-nya.

"Yaelah, sombong amat sih hantu geblek yang satu ini. Padahal aku cuman malas-malas aja. Apa aku sekali ulti langsung K.O. ya?" batinku yang jengkel tingkah kelakuan Kunti.

"Huh!? Gimana ? bisa gak hahahaha." Ucap Kunti yang masih mengejek karakter game ku.

Saking tidak tahannya ejekan dari Kunti, akupun langsung mengeluarkan ulti combo karakter gameku. Supaya, dia langsung diam dan tidak meledekku terus-menerus kayak sekarang ini.

"TRING!!!" suara tangkisan dari karakter gameku yang menangkis serangan dari karakter game Kunti.

"SEKARANG!!" batinku yang melihat celah serangan untuk ulti combo.

"WUZZZZZ!" suara udara ulti combo karakter gameku.

"DEATH WINGGS!!!" suara jurus ulti combo karakter gameku.

"DUAK-BRUAK-DUAK-BUAAKK!" suara pukulan bertubi-tubi dari ulti combo karakter game ku terhadap karakter game Kunti.

"DUAAAAKKK!!!" suara pukulan terakhir dari ulti combo karakter gameku kepada karakter game Kunti.

"UAGHHH!!" suara teriakan kesakitan dari karakter game Kunti.

"YOU WIN! PERFECT!" suara kemenangan game Takken.

Setelah aku mengeluarkan ulti combo dari karakter game ku, aku pun menoleh ke arah Kunti dan mengejek balik seraya tersenyum sinis kepada Kunti. "Gimana Huh? Kunti nooob?"

Tidak terima akan ejekanku, Lantas Kunti pun mengajak tanding ulang untuk kedua kalinya. "Curang! Aku belum siaapp! Ayo tanding ulang!"

Mendengar ajakan tanding ulang untuk kedua kalinya, aku pun menyetujuin ajakan tanding ulangnya. "Ayo aja! Coba bertahan dari serangan ku ini Kunti."

"Ughh, Ayo dah!" ucap Kunti yang kesal karena dirinya kalah dengan ku.

"Ayo aja, Huh!" ucap ku yang senyum sinis kepada Kunti.

Ketika sedang asyik bermain game PS dengan Kunti, tiba-tiba ibuku memanggil ku. Aku gatau kenapa ibuku memanggilku, lantas aku pun menuju ke pintu kamarku untuk membukakan pintu buat mendengar panggilan dari ibuku.

"Wawan! Wawan!"

"Bentar ya, Kun! Ibu ku manggil!" ucapku kepada Kunti, yang sadar panggilan dari ibuku.

"Oke, Wan!" ucap Kunti kepadaku.

"CEKREK!" suara pintu yang dibuka.

"Kenapa Bu? Manggil Wawan?" ucap ku yang merespon panggilan ibu dari depan kamar.

"Kamu udah kerjain tugas belum? Kalau belum kerjain gih!" ucap ibuku yang sembari menyuruh untuk mengerjakan tugas ku.

"Iya Bu. Wawan kerjakan segera." Jawabku kepada ibuku.

Setelah menjawab panggilan ibu sekaligus menjawab pertanyaan ibu mengenai selesainya tugasku, kini aku pun kembali kedalam kamar sekaligus menutup pintu kamarku.

"DUM!" suara pintu kamar yang ditutup.

"Kenapa Ibumu manggil Wan?" tanya Kunti yang penasaran kenapa ibuku memanggilku.

"Gapapa, cuman disuruh ngerjain tugas aja kok." Ucapku yang seraya menuju kearah Kunti.

"Ayo, mulai lagi ya?" tanya Kunti yang bersiap-siap untuk memencet tombol pause di stick PS.

"Iya, ayo!" ucapku yang menyetujui perkataan Kunti seraya kembali duduk lesehan.

"TUP!" bunyi memulainya game, usai di pause kan.

"DUAK! BUAKK! DUAK!" suara pukulan antar karakter game.

"Kali ini aku gak akan kalah dari mu, Wan!" ucap Kunti yang kesal karena kekalahannya dipertandingan sebelumnya.

"Yaelah, gegara game aja sampe gini amat dah. Apa aku ngeluarin ulti combo lagi ya? Biar dia diam lagi ya?!" batinku yang mulai sedikit jengkel terhadap sikap Kunti.

"Hahaha, mampus kamu Wan!" ucap Kunti yang sambil mengejek serta menertawakanku lagi.

Merasa sedikit kesal lagi dengan Kunti, akhirnya ku akhiri permainannya untuk sekian kalinya.

"TENG-TENG-TENG!!!" suara bel kemenangan.

"Ugh... kau kuat sekali, bagaimana kalian berdua bisa bermain dengan hebat. Padahal aku udah memakai karakter overpower mulu." Ucap Kunti yang kesal karena kalah dengan ku dan juga Ponci.

"Yah... kami berdua bukan memandang karakter gamenya. Tapi kami berdua memakai skill kami, Kun." Ucapku yang memberitahu kepada Kunti bahwa karakter bukanlah solusi kemenangan.

"Iya bener tuh, kami memakai skill kami. Bukan karakter gamenya, kalau karakter gamenya overpower tapi usernya noob sama aja bohong." Timpal Ponci, menjelaskan skill yang harus diperhatikan.

"Ha-ah, iyaudahlah. Mau gamau aku harus memakai skill ku lah!" ucap Kunti yang masih kesal karena tidak terima kekalahan.

"Btw, tugas sekolahmu gimana Wan?" Ponci bertanya kepadaku setelah aku menasehati Kunti.

"Iya ini mau dikerjain kok, santai aja Ponci." Ucapku yang tersenyum dikarenakan diingatkan kembali mengenai tugas sekolah ku oleh Ponci.

"Bagus deh, kalau gitu!" ucap Ponci yang senang mendengar jawabanku untuk mengerjakan tugas.

"Iyoi." Ucapku seraya tersenyum kepada Ponci.

---5 jam kemudian---

Setelah mengerjakan tugas dari Bu Mirna selama 5 jam. Yap gak salah 5 jam, soalnya tugas yang dia berikan banyak banget. jadinya aku harus lembur sampai malam gini. Yah... biasalah tanggungan tugas dari guru biadab itu. Rasanya pengen banget aku pukul itu guru.

"Emang berani? Mukul Bu Mirna?" ucap Author yang secara tiba-tiba muncul.

"Yah.. berani aja dong, kenapa gak berani?" ucapku yang kesal dengan kelakuan Bu Mirna.

"Hoohoo! Sangat berani sekali kamu, Wan!" ucap Author yang terkejut akan keberanianku.

"Iyalah! dia kan cuman mikirnya uang aja, ngajar juga kagak dia!" ucapku yang masih kesal mengingat tingkah laku Bu Mirna.

"Hahaha, sabar ya Wan. Semua pasti berlalu kok." Ucap Author yang menghiburku.

"Btw, kenapa gak nyiptain guru yang ideal gitu. Yang baik hati, terus ngajarinnya yang benar, kalau bisa gurunya berbadan sexy dan cantik gitu. Kenapa harus nyiptain guru yang emak-emak pula lagi." kesalku kepada Author, karena Author tidak menyiptakan guru yang ideal.

"Yah... karena referensi Bu Mirna itu diambil dari dosen gue, Wan. Tapi santai kok, namanya ku samarkan jadinya aman buat novelmu ini." Ucap Author yang menjelaskan penciptaan Bu Mirna.

"Yakin aman kamu Thor?" ucapku kepada Author buat memastikan amannya cerita kehidupanku.

"Aman kok, santuy lah! Kalau gue nyebutin nama, pastinya kena banned novelmu Hahaha." Ucap Author yang santai dengan ucapannya.

"Ha-ah... iyaudah deh, kalau aman mah." Ucapku yang pasrah dengan tingkah laku Author.

"Iyaudah gih, kamu bacain naskahmu lagi. aku mau menghilang dulu." Ucap Author yang pergi dari dalam pikiranku."

Maaf teman-teman, kita lanjutkan lagi keceritanya.

Setelah mengerjakan tugas yang diberi oleh Bu Mirna, aku pun menarik nafasku dengan sangat amat panjang karena tugas yang diberikan sangatlah banyak. "Ha-ah~ akhirnya selesai juga tugas yang dikasih Bu Mirna. Sadis banget tuh guru, ngasih tugas gak main-main."

Ketika aku melepaskan lega ku karena tugas, tiba-tiba aku pun dikejutkan dengan adanya suara yang berada dibelakangku. Ternyata suara itu adalah suara Kunti yang terbangun dari tidurnya.

"Kamu udah selesai tugasnya, Wan?"

"Udah kok, Kun. Barusan selesai tugasku." Ucapku yang masih sedikit kaget karena suaranya Kunti secara tiba-tiba.

"Iyaudah, ayo tidur Wan! Besok kamu harus berangkat sekolah lagi!" ucap Kunti yang menyuruhku untuk tidur.

"Iya, Kun. Ini mau tidur." Ucap ku kepada Kunti.

"Hem." Ucap Kunti yang kembali tidur.

Aku tersenyum manis karena Kunti sudah memperingatiku untuk tidur, betapa pedulinya ia denganku untuk menyuruhku tidur. Dengan bilangnya Kunti, Aku pun langsung merapihkan barang-barangku kemudian kumasukan kedalam tas, agar besok pagi tidak ada dadakan memasukkan barang-barang kedalam tas.

Next chapter