Cukup lama Vero enggan memejamkan matanya, karna pandangannya masih terarah kepada sang ayah.
Dia melihat wajah sang ayah yang tampak tenang.
Dia mulai berpikir, bagaimana jika sang ayah benar-benar pergi, dia bingung dengan nasib sang ibu.
Dan tentunya dia sebagai anak laki-laki satu-satunya harus memikul beban yang cukup berat.
***
Ke esokkan harinya, Vero terbangun dari tidurnya.
Dan mendapati sang ayah masih tampak tertidur pulas di sampingnya, dia meraba kening sang ayah.
"Loh, kok, kening Papa dingin banget sih?" ujar Vero.
Dan Vero memeriksa detak jantung dan juga nafas sang ayah, yang rupanya sudah tidak ada.
"PAPAAA!"
Vero pun menangis histeris saat mengetahui jika sang ayah sudah tiada,
"Vero asa apa, Sayang?" tanya sang ibu.
"Papa, Ma!"
"Papa, kenapa?"
"Papa udah meninggal!"
"Apa?!"
Seketika tangis Sarah langsung pecah saat mendengar sang suami sudah tiada.
"Papa! Kenapa harus tinggalin, Mama, sih, Pa?"
"Papa, ayo bangun, Pa!"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com