webnovel

Penasaran2!

Mx café.

15.00 wib.

Keempat lelaki itu sampai di café Mx dan sudah duduk ditempat biasa mereka duduk dengan camilan dan minuman yang sudah tersedia diatas meja. Sandi dan Lian masih agak kesal dengan Gilang karena masih menyembunyikan hadiah yang lelaki itu terima tadi. Sebenarnya hal itu mengganggu Aldi yang duduk disebelah Gilang. Ia menyenggol tangan Gilang dengan sikunya dan memberi kode kepada lelaki itu agar membuka kotak yang ia dapat tadi, tapi Gilang tidak mengerti dengan apa yang dikode oleh Aldi padanya. Lelaki tampan itu menjadi menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan satu tangan.

"buka hadiahmu itu" Aldi berkata dengan tanpa suara sambil melirik kearah kedua lelaki imut dan manis yang duduk disebrang mereka. Gilang pun ikut melihat kearah keduanya. Kemudian ia menghela nafas dengan pasrah. Lelaki itu mengambil kotak hadiahnya dan meletakkannya diatas meja. Hal itu dilihat oleh Sandi dan Lian. Mereka menjadi berbinar melihat hal itu.

"kau berubah pikiran?" tanya Lian.

"kita lihat isinya bersama" kata Gilang sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sandi dan Lian menjadi tersenyum dan menunggu Gilang membuka kotak tersebut.

"waaah cupcake" binar Lian ketika isi dari kotak itu sudah terlihat.

Gilang jadi bingung setelah melihat isinya dan menghitung cupcake itu, hanya ada empat dan mereka juga ada empat, tapi Gilang ingin memakan lebih dari satu.

"aku satu ya?" tanya Lian dengan tangan yang mendekap didepan dada.

"ee-"

"apa?" potong Sandi ketika Gilang akan mengatakan sesuatu dengan penuh keragu-raguan.

"tidak, kalian boleh memakannya" kata Gilang dengan agak pelan. Sandi dan Lian mulai mengambil satu persatu cupcake yang ada didalam kotak.

"terima kasih" ucap keduanya dan memakan cupcake tersebut dengan senang. Gilang tersenyum melihatnya, tapi detik kemudian ia melihat kearah Aldi yang masih diam dan tidak mengambil cupcake bagiannya. Merasa diperhatikan, Aldi menoleh kearah Gilang dengan tatapan bertanya.

"kau tidak mengambil cupcake-nya?" tanya Gilang.

"aku tidak suka manis, kau makan saja" jawab Aldi.

"oh aku lupa" cengir Gilang dan ia merasa sedikit lega dengan hal itu.

"kau bisa simpan sisanya" kata sandi ketika ia sudah merasa puas dan tidak penasaran lagi dengan isi kotak tersebut dan hal itu diangguki oleh Lian.

"terima kasih…maaf jika tadi aku tidak-"

"tidak masalah" kata Lian.

Mereka berempat mulai mengobrol santai sambil memakan makanan yang ada diatas meja.

Rey masih berada di sekolah, lebih tepatnya ia masih berada di kelasnya bersama ketiga teman kelompoknya. Mereka sedang mendiskusikan tentang materi yang mereka dapat. Dengan konsentrasi Rey menerangkan kepada yang lain tentang materi yang ia dapat. Semua mendengarkan dan sesekali ada sebuah perdebatan diantara mereka yang akhirnya membuat salah satu gadis yang berambut panjang yang duduk disamping Rey itu menyimpulkan perdebatan mereka dan menulisnya dibuku untuk menjadi pertimbangan mereka lagi nanti.

Tak lama diskusi mereka pun akhirnya selesai dan mereka berempat bersiap untuk pulang. Setelah selesai membereskan peralatan tulisnya, keempat remaja itu keluar dari kelas dengan berjalan bersama menuju parkiran.

"Citra, bisa kau mengantarku pulang?" tanya seorang gadis yang berambut panjang kepada teman gadisnya yang berjalan dengannya.

"ah maaf Tan, aku tidak bisa mengantarmu" tolak Citra dengan wajah yang sedih karena tidak bisa mengantar temannya itu.

"bagaimana kalau Rey yang mengantarmu pulang, kau bisa kan, Rey?" kata Citra lagi sambil bertanya pada lelak yang berjalan didepan mereka. Kedua lelaki yang berjalan didepan mereka itupun berhenti dan menoleh kebelakang. Rey menatap Citra dan Tania secara bergantian.

"tapi, kita tidak searah kan?" tanya Tania yang diangguki oleh Rey begitu saja.

"tidak apa-apa…sekali-sekali, kan bisa" Citra tetap memaksa.

"baiklah! aku akan mengantarmu pulang" kata Rey yang membuat Tania menatapnya tidak percaya.

"benarkah?" tanyanya.

"iya" jawab Rey sambil berjalan mendahului mereka.

"kenapa kau menyuruhnya mengantarku?" tanya Tania kepada Citra ketika Rey sudah berjalan agak jauh dari mereka.

"bukankah kau senang dengan hal itu?" balik tanya Citra sambil menaik turunkan alisnya sambil menyenggol tangan Tania dengan sikunya.

"iya, tapi-"

"sudahlah, nikmati saja" Citra menarik Tania agar berjalan mengikuti kedua lelaki yang sudah hampir tak terlihat oleh penglihatan mereka.

Sebenarnya Tania itu menyukai Rey dari awal mereka masuk sekolah tersebut jadi tak ayal jika gadis cantik itu ingin dekat dengan Rey, tapi ketika lelaki tampan itu ia dekati merasa biasa saja seperti kepada teman lainnya. Dan itu sangat berbeda ketika Rey bersama dengan Sandi. Tania tahu itu dan pernah melihatnya. Ia tidak pernah sedikitpun melihat wajah yang lelaki tampan itu pasang ketika bersama dengan orang lain kecuali dengan Sandi. Tania tidak mengerti dengan Rey yang begitu bisa ceria didepan Sandi. Oh gadis itu juga pernah menghampiri Rey ketika lelaki itu makan sendirian di kantin sekolah. Lebih tepatnya Rey menunggu Sandi datang menghampirinya, tapi Sandi tidak kunjung datang ke kantin atau lebih tepatnya sedang menjauhi Rey.

Mereka sudah sampai ditempat parkiran bersama. Kemudian Rey mengajak Tania untuk pulang. Rey menjalankan motornya keluar dari gedung sekolah dengan santai.Tania yang duduk dibelakangnya itupun merasa sedikit senang karena ia tidak bisa berpegangan kepada Rey begitu saja. Gadis itu sebenarnya ingin berpegangan pada Rey, tapi ia takut jika lelaki tampan itu tidak menyukai apa yang ia lakukan tersebut jadilah Tania tidak berpegangan. Toh Rey melajukan motornya tidak terlalu kencang.

Ting.

Pintu café Mx terbuka dan seorang lelaki cantik yang memiliki gaya rambut seperti artis korea dengan warna pink muda itu masuk kedalam café dan menjadi pusat perhatian dari pengunjung café lainnya karena penampilannya benar-benar sangat modis. Termasuk keempat lelaki yang duduk dipojok. Mereka melihat lelaki itu dengan ekspresi yang terpesona dan penasaran akan sosok lelaki yang baru saja masuk ke café tersebut.

"aku rasa dia lebih cantik darimu, Lian" kata Gilang yang mendapat delikan dari lelaki cantik yang ada didepannya itu.

"aku penasaran siapa dia!" kata Lian yang diangguki oleh ketiga teman lainnya.

Mereka terus melihat lelaki cantik itu tanpa mengalihkan perhatian sedikitpun darinya. Bahkan mereka sampai membawa minuman ditangan dan meminumnya. Mereka masih melihat lelaki cantik itu sampai berada didepan Manda, sang pemilik café.

"apakah mereka saling kenal?" tanya Aldi tanpa mengalihkan perhatiannya dari lelaki itu dan Manda.

"sepertinya begitu" kata Sandi. Keempat lelaki itu melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat dekat.

Manda yang tidak sengaja mengalihkan perhatiannya itupun melihat keempat lelaki itu melihatnya dengan tatapan tajam.

"oh tidak!"

tbc

Next chapter