webnovel

Terlihat Baik-Baik Saja Untuk Semua orang

Rencana yang jahat tidak akan mendapatkan restu dari Tuhan. Percaya kepada manusia dan tidak mempercayai mukjizat Tuhan. Karena Tuhan maha membolak-balikkan hati manusia. Bisa saja sekarang memang belum waktunya.

Maka sebaiknya memintalah pertolongan kepada Tuhan. Karena tanpa Tuhan kita bukan siapa-siapa di dunia ini. Berdoalah dengan serius dan konsisten agar keinginanmu di kabulkan oleh Tuhan. Berdoa dengan usaha tentunya. Jika berdoa tanpa sebuah usaha maka akan sia-sia. Jika kamu berdoa meminta jodoh, tetapi tidak ada usaha untuk berkenalan dengan orang baru atau mencoba dekat dengan orang yang sudah kenal itu semua akan sia-sia bukan?

Niat jahat Selsa Febrianti membuat dirinya berharap cemas apakah sosok Onadio sudah menyukainya dengan racikan dari dukun tersebut. Dan membuat dirinya bertanya-tanya sendiri.

"Apakah sudah berhasil ya? Kok Onad nggak nyari gue kalo udah berhasil. Apa malah gagal? Jangan-jangan gue di tipu oleh dukun itu" Batin Selsa yang terus bertanya-tanya sambil melamun sewaktu pelajaran Kimia

"Selsaaa Febriantii!!!" Ucap guru Kimia yang namanya Pak Budi

"Wah jangan-jangan dia kesurupan jin ifrit" Celetuk teman di sebelah bangkunya

Shintia yang berada di samping Selsa langsung menggerak-gerakan tanganya, "Sel lu kenapa Sel"

"Hah? apa sih Shin" Jawabnya

Menunjuk ke depan, "Noh liat diliatin semua orang di kelas, termasuk pak Budi. Lu daritadi ngelamun diam aja"

"Selsaa kamu baik-baik saja? Kenapa tidak memperhatikan pelajaran saya? kalo emang tidak suka dengan pelajaran kimia bisa tinggalkan kelas ini" Tukas pak Budi dengan tegas

"A-aanu pak maaf saya tadi tidak fokus lagi memikirkan masalah saya" Tukas Selsa dengan sangat jujur

"Ini waktu pelajaran jadi fokus ke pelajaran ya!"

Pak Budi guru kimia yang killer, semua orang takut padanya. Bahkan saat beliau masuk ke dalam kelas yang sebelumnya rame kemudian se-isi kelas diam seketika. Sewaktu mengisi kelas semua murid mencoba memahami dan mengerti perkataannya dan orang yang ingin bertanya pun takut. Tapi, kalau di luar jam pelajaran beliau sangat baik hati, jarang ngomong dan kebanyakan sering merokok.

"Lu mikirin apa sih Sel" Tukas Shintia dengan bisik-bisik

"Gue mikir kalo di tipu oleh dukun yang waktu itu"

"Yaudah kita bicarakan nanti saja, takut ketahuan ngobrol di bentak lagi sama guru"

1 jam lamanya pelajaran kimia berlangsung. Kemudian guru killer tersebut keluar ruang jelas. Membuat semua siswa-siswi kegirangan, ada yang loncat-loncat, ada juga yang menghembuskan nafas dalam-dalam. Katanya sudah seperti menaiki wahana yang ekstrim. Berbeda dengan Selsa yang tetap merenung di bangkunya.

"Sel gimana?" Tukas Shintia

"Gimana apanya Shin" Jawab Selsa dengan sinis

"Gue kan udah bilang sama lu, jangan percaya pada hal-hal ghoib. Udah sekarang lu tobat aja, berdoa juga apa yang lu inginkan"

"Iya Sel dulu gue gak percaya sama Tuhan, makanya lari ke dukun. Mungkin Tuhan marah sama gue kali ya"

"Iyalah, sekarang perbaiki aja hubungan lu sama Tuhan"

Selsa menangis, menyesal atas apa yang dia lakukan selama ini. Sontak membuat pusat perhatian semua orang di kelas.

"Lu kenapa nangis Sel? Dimarahin tadi?" Tukas Karin yang kemudian mengambil kursi duduk disebelah Selsa

Selsa mulai menghapus air mata, "Nggapapa kok nggapapa"

"Shin kenapa dia?" Tanya Karin yang penasaran ada apa sebenarnya

"Gue juga kaga tau, tiba-tiba tadi diem aja terus sekarang kaya gini" Shintia yang mencoba menutupi aib dari Selsa.

"Udah ya gue mau ke masjid dulu" Selsa langsung pergi meninggalkan kelas

"Gue ikut Sel" Tukas Shintia lalu mengikutinya

"Disamperin, eh malah pergi. Mana udah capek angkat kursi" Jawab Karin kesal karena dia tau mesti ada yang di sembunyikan, "Gue juga gak berhak tau sih masalahnya apa, gak ada hak juga" Batin Karin

Setelah menjalankan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah. Selsa meminta maaf atas perbuatannya, dan mendoakan Onad semoga menjadi jodohnya di kemudian hari.

"Biarlah dia mencari-cari orang untuk mengisi hatinya terlebih dahulu. Masalah bagian akhir tujuannya semoga diriku yang berhak atas hatinya. Aku akan bahagia jika melihatmu bahagia Nad" Batin Selsa

"Sel gimana?" Tukas Shintia yang menunggu Selsa di depan masjid sekolah

"Sel gimana Sel gimana aja lu daritadi. Gue pusing dengernya jelasinnya"

"Lha kan gue nanyain keadaan lu Sel" Selsa melirik ke suatu tempat, "Sel tuh liat ada gerombolan Onad sama temennya, kayaknya mau kesini"

Selsa melihat dan membatin, "Masa iya doa gue langsung terkabul? Secepat ini?"

"Sel kesini beneran arahnya"

"Biarin aja mungkin ke kantin kan harus ngelewati masjid" Jawab Selsa yang tidak ingin ke pedean dulu

"Semakin dekat Sel" Shintia yang makin histeris

"Lu kok jadi yang paling histeris sih? Gue biasa aja"

"Keren parah ya kan, gimana gak histeris"

"Lu juga suka sama dia Shin? Tanya Selsa

Seketika histerisnya berhenti, "Ngg.. Gue cuman bilang keren bukan berarti suka. Gue cuman mengaguminya atau bisa disebut fans kali ya"

Selsa dan Shintia akhirnya berdiri dan jalan menuju kelasnya berhadapan dengan Onad dan teman-temannya, tak sadar bolpoin milik Selsa terjatuh dan diambil oleh Onad dan berkata

Sambil menyodorkan bolpoinnya, "Punya lu?"

"Eh iyaa" Wajah Selsa memerah karena tatapanku

"Nih ambil" Aku kemudian meninggalkannya dan berjalan menuju kantin

Selsa masih terdiam dan tidak menyangkanya bakal mendapat kejadian seperti itu. Sungguh Tuhan bisa menciptakan kejadian yang tak terduga. Kejadian yang membuatnya semakin bersemangat mendoakannya terus menerus.

"Sel lu kenapa diem aja, katanya mau balik ke kelas. Dia baru ngomong dikit gitu aja bisa membuat lu salting ya. Salting lu juga aneh diam di tempat kayak lagi upacara bendera saja" Tukas Shintia dan menarik tangan Selsa

"Shin gue gak ngimpi kan? Shin cubit gue coba"

Aduh, "Sakit, berarti gue gak mimpi Shin"

"Ya emang lu gak mimpii Selsa Febrianti"

Setelah sampai di kelas dan duduk di bangku, Selsa membuka tas dan mencari buku diary miliknya

Sekarang aku akan merasa baik-baik saja, meskipun di dalamnya sedang rapuh.

Lain waktu jika kita sudah benar-benar dekat aku ingin bercerita padamu tentang sesuatu yang membuatku hidup hingga sampai saat ini. Tentunya sebelum perjumpaan kita, aku ingin menceritakan bagaimana dia menjadi pelangi padahal sebelumnya hujan yang sangat lebat dan membuat hari-hari ku berwarna.

Ya.. Semangat untuk hidup dan menggapai cita-citaku dari orang tersayang adalah pelangiku, seperti saat ini Shintia, orangtua dan masih banyak lagi.

Aku tidak begitu memperdulikan orang yang mencaci dan memberi kritik sebab itu merupakan jalan meraih cita-citaku. Tanpa kritikannya aku tidak bisa merubah diriku yang sebelumnya. Bahkan aku masih diam di tempat, yang enggan untuk berkenalan dengan orang baru dan lebih memilih berada di rumah seharian. Karena sejatinya manusia akan berubah ketika dirinya tersadarkan oleh seseorang dan bangkit ketika menerima kritikan. Dari kritikan tersebut ingin membuktikan ke orang yang mengkritik bahwa diri ini bisa berguna.

Next chapter