webnovel

Kurva 3 - Chieru dan Masa Kecilku

Pagi ini. Menunjukkan tanggal 21 Juni 2017.

Aku terbangun seperti biasa. Tadi malam aku menghabiskan waktuku dengan Eiko. Aku bahagia sekali. Aku tidak pernah membayangkan bisa sebahagia kemarin. Eiko membereskan kamarku. sebenarnya aku malu, tapi enak juga. Aku merasa seperti punya istri baru hehe.

Aku masih ingat ketika Eiko malam itu berkata

"Aki... Kamu harus sadari apapun yang kamu lakukan. Berani bertanggung jawab atas apa yang kamu hadapi. Kamu akan jadi orang besar. Aku percaya padamu. Tugasku hanya menemanimu. Aku sayang kamu." ujar Eiko yang kuingat.

Aku benar-benar bahagia sekali. Aku merasakan Mana disampingku. Tapi sayang dia bukan Mana. Dia orang lain. Aku tidak tahu darimana asal mereka. Bahkan kejadian penyadaran Eiko kemarin juga membekaskan hal aneh dalam benakku. siapa mereka? Kenapa mereka ada disini?

Apa tujuan utama mereka? Entahlah. Bahkan logikaku pun tidak sampai. Aku tidak pernah berpikir kesana juga sih. Tapi ya aku bersyukur diselamatkan ini dan bisa hidup disini.

Hei... Hidup disini? Kenapa aku diselamatkan? Loh terus kok bisa pas ya? Timingnya kenapa pas? Ah sudahlah pikiran liar hentikan raunganmu! Aku cuma ingin hidup tenang!

Aku pun bangun dari tempat tidur. Aku beres-beres kamar, gosok gigi dan mandi. Sementara

Eiko dan Manami sudah diluar...

"Aki!!!! Jika kamu tidak keluar sekarang juga maka akan aku tinggal! Cepat turun!" seru Eiko ngomel.

Manami hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan Eiko yang aneh nan ajaib ini.

"Tumben dia segitunya dengan Akihito-kun. Aku tahu dia tapi dia tidak biasanya secerewet ini." ujar Manami.

Mungkin Eiko lagi bahagia. Eh jelas dia bahagia. Dia berhasil mengungkapkan rasa sukanya kepadaku. Aku sungguh beruntung tinggal seapartemen dengan mereka. Apaan sih aku? Aku tertawa dalam hati sekarang.

Tak lama kemudian, Aku pun sampai kehadapan mereka.

"Akihito-kun? Kamu siap? Kita bakal tidak pulang kesini dalam waktu lama. Kita akan fokus untuk regresi dari mulai kecil hingga kamu kuliah. Kamu siap? Barang-barang sudah kamu bawa?" tanya Manami sambil mengecek.

"Aku sudah bawa keperluan. Yang tadi malam diberikan Eiko pun sudah aku bawa." ujarku.

Eiko tiba-tiba terperanjat kemudian melihat rambutku dan bajuku.

"Aki!!! Rambutmu ga rapi! Bajumu juga ga rapi! Sini aku rapikan!" seru Eiko ngomel.

Eiko seperhatian ini padaku. Dia membetulkan bajuku, dan menyisir rambutku. Aku yakin pasti diantara dua orang ada yang cemburu. Tapi eh apaan sih? Pikiran liar lagi. Aku mau tenang!

Eiko pun selesai mengatur bajuku dan menyisir rambutku. Lalu dia bilang.

"Aku suka Aki yang seperti ini." ujar Eiko sambil tersenyum.

Rambutku dirapikan ke kanan. Lalu bajuku diperbaiki kerahnya. Kerahnya dilipat keluar sehingga rapi.Manami cuma bisa terus saja menghela napas karena keheranan.

"Eiko, sudah selesai kamu cek Akihito-kun?" tanya Manami pada Eiko.

"Sudah." jawab Eiko singkat.

"Mari kita berangkat! Sungguh aku penasaran dengan masa kecilmu Akihito-kun!" ujar Manami tersenyum.

Dari lirikan mata Eiko pada Manami setelahnya aku bisa menyimpulkan bahwa Eiko cemburu. Bikin asik aja hehe.

"Baiklah. Rekan-rekan! Kita flashback ke waktu dimana aku diantar pulang bersama keluarga ke rumah. Ketika aku di kota, aku tiba-tiba bisa membaca tulisan di jalan." seruku.

"Kapan itu?" tanya Manami.

"10 November 2000." jawabku.

Kami pun bergegas menuju portal dan regresi ke tanggal tersebut.

-Flashback: 10 November 2000

Kami pun sampai di bundaran kota. Kota ini kota Osaka. Aku tahu tempat ini tapi masih dalam kondisi cukup sepi. Kami melihat ada beberapa ornamen oriental berjajar di sisi kiri kanan jalan.

Ternyata tak lama kemudian, Mobil Sedan pun lewat.

Aku kenal itu mobil sedan keluargaku.

"Akihito-kun, kamu yakin itu sedanmu?" tanya Manami ragu.

"Betul. Itu sedan keluargaku sebelum dijual." jawabku.

Eiko hanya fokus mengamati. Eiko pun mendekati sedan tersebut.

"Angkot!" ujar anak kecil didalam sedan itu.

"Hah? Kamu bisa baca? Apa bacanya di angkot itu?"

"Angkutan Kota."

"Hah? Aneh. Coba lagi."

"Angkutan Kota."

Kurang lebih seperti itu percakapan antara orangtua dan anak itu. Eiko merasa sangat yakin lalu berbalik ke arahku namun Eiko melihat sesuatu didalam angkot itu.

"Anima!!!!!" seru Eiko.

Ternyata Anima tersebut diculik didalam angkot tersebut. Kenapa kejadiannya bisa terjadi.

Padahal mereka tidak bisa mengubah keadaan. Setelah ditelusuri dari angkot yang melewati sedan tadi, itu tiba-tiba memisah menjadi dua angkot yang berbeda. Satu angkot biasa dan satu lagi angkot yang harus kita kejar!!!

Kami bertiga pun mengejarnya dengan segenap kekuatan yang kami punya. Aku dengan bantuan Eiko kemudian berteleportasi kedalam angkot tersebut.

Sesampainya aku di angkot tersebut, aku melihat Facade di meja supir dan Anima dalam kondisi terikat. Aku berusaha melepaskan ikatannya tapi tidak bisa. Anima cuma bisa meraung gerung hampa. Aku menyesal tidak bisa membantunya lebih jauh lalu aku berseru.

"HENTIKAN ANGKOT INI!"

"Bertemu lagi Aki. Kau itu manusia bodoh. Bahkan makna dari kata yang kau baca saja kau tidak paham. Kau dikucilkan karena keanehanmu. Kamu itu hanya sampah masyarakat!" ujar Facade.

"Jika kau mau cari masalah, hentikan angkot ini kita selesaikan baik-baik. Jika kau tidak mau, aku akan paksa angkot ini berhenti! Kita akan bertarung!" seruku.

Aku kemudian walau ragu-ragu mencoba mengolengkan angkot ini agar berhenti. Aku takut sekali karena memang aku takut mengambil resiko tapi aku harus lakukan ini. Jika tidak, diriku dalam bahaya.

Tak lama, akhirnya Angkot ini oleng. Tiba-tiba ikatan Anima terlepas. Kami berdua keluar dari jendela sementara Facade keluar dari Pintu. Aku minta Anima untuk tetap di belakang. Facade kemudian lari untuk memukulku. Lalu aku membalasnya. Pukulan demi tendangan pun saling diberikan. Eiko dan Manami sampai saat itu juga dan melihat kejadian itu.

Aku dan Facade bertarung sengit.

"Hai anak kecil! Mau coba lawan aku hah? Percuma kau anak kecil! Kamu hanya anak kecil! Bahkan diremehkan orang! Percuma!" seru Facade.

"Diam kau! Aku tak akan pernah jatuh lagi dengan omonganmu. Walau aku ragu dengan diriku sendiri tapi aku tak pernah ragu dengan kemampuanku. Aku memang bodoh tapi aku mencoba sedangkan kau hanya mengkritik!" seruku.

Kami terus bertarung hingga tiba-tiba...

"Aki! Kau itu diremehkan dari kecil. Buat apa bertahan. Kamu hanya seonggok kotoran lalat yang hinggap di baju putih bersih. Kau berbeda. Kau payah!" seru Facade.

Aku tidak tahan dengan perkataan itu. Aku hentikan pukulanku.

"Aki! Kamu kenapa? Kenapa berhenti?" tanya Eiko.

"Aki drop! Eiko gawat!!!" seru Manami cemas.

Aku benar benar kalah mental dengannya.

"Baiklah aku tunjukkan beberapa bukti yang bisa membuatmu yakin akan semua hal ini." ujar Facade.

Tiba-tiba lingkungan berubah menjadi lingkungan TK.

"Ingat saat kau TK, Kamu begitu cengeng hingga diganggu anak yang besar badannya kamu menangis. Ingat?" tanya Facade.

Aku tentu mengingatnya. Dan sekarang aku melihatnya sendiri.

Diriku yang kecil diejek, diremehkan, walaupun aku memang agak usil suka mengacak acak rambut cewek... Iya teman kecilku.

Namanya Chieru. Aku dan Chieru berteman baik dari TK. Kami selalu bersama dari awal TK hingga lulus. Setelah SD kami berpisah dan...

Aku tiba tiba melihat diriku dan Chieru. Disamping itu aku juga melihat diriku yang lain bersama Chieru bermain ayunan. Aku melihat dua entitas yang berbeda... Aku melihat diriku dan Chieru yang masih kecil. Dan melihat diriku yang sudah beberapa puluh tahun berkembang.

Hei! Apa maksudnya ini?

"Aki! Kau hanya seorang payah yang bahkan tidak bisa menolong Chieru kan?" ujarku.

Aku terdiam. Tiba-tiba kepalaku sakit. Anehnya aku tiba-tiba melihat kilasan memori. Ini aku belum pernah merasakannya tapi... Ini dari... Dunia Paralel...

Aku melihat aku... dan Chieru... Menikah...

Lalu, kejadiannya... Kenapa persis dengan kejadian Mana kecelakaan waktu itu? Hentikan!

"HENTIKAN!!!!" seruku.

Aku tidak bisa tahan untuk tidak berteriak.

Eiko menangis.

"Aki!? Kamu kenapa?!" seru Eiko.

Eiko langsung menghampiriku. Memegang tanganku.

Aku terjatuh...

Aku benar benar jatuh...

Eiko terus memegang tanganku. Seketika dia peluk aku dari samping. Kemudian muncul aura berwarna biru kuning menyelimuti kami.

Aura itu pun mengeluarkan laser biru kuning kehadapan Facade. Tapi anehnya kenapa tanpa pistol atau pedang?

Aura itu kemudian berkumpul lalu membentuk hologram seseorang. Chieru...

"Chieru..." dalam hati aku ujar.

"Aki-chan, aku akan lindungi kamu. Aku minta maaf dulu aku tolak kamu. Aku tahu. Tapi aku paham bahwa bukan perasaan yang penting. Melainkan kebersamaan. Kebersamaan dan memori adalah yang membuat suatu hubungan kuat. Hubungan persahabatan sekalipun." ujar Hologram Chieru.

Hologram Chieru kemudian berubah menjadi Bazooka berwarna Putih lapis Abu-abu.

Bazooka? Kenapa bazooka? Baiklah apapun yang terjadi aku coba ambil hikmahnya.

"Apa ini? Ini tidak mungkin!" seru Facade.

Tiba-tiba, Anima datang dan berdiri disampingku.

"Hai Topeng. Percuma engkau berusaha menjatuhkan sahabatku. Aku juga akan turun tangan menghabisi engkau. Walaupun peluangnya hanya satu per tak terhingga, tapi aku tidak akan pernah biarkan kau menjatuhkan mental temanku seperti engkau menjatuhkan mentalku!" seru Anima.

"Anima benar benar sadar! Ini tanda baik!" ujar Manami.

Aku dan Anima kemudian memegang bazooka. Lalu kami menembakkannya sambil mengucapkan

"Shouting Lazer!"

Laser berwarna Merah Abu-abu melesat menuju Facade dan Facade sekali lagi musnah.

Aku tertegun... Kenapa bisa?

Tiba-tiba suara ghaib terdengar...

"Aki! Terimakasih sudah membebaskanku. Aku akan tinggal dalam Eiko. Ingatlah aku ketika melihat Eiko. Aku tunggu kamu di dunia nyata." ujar yang kuyakini adalah Chieru.

Aku paham maksudmu. Terimakasih...

Aku bahagia sekarang. Aku pun kemudian dihampiri oleh Anima.

"Kau adalah Aku dan Aku adalah Kau. Mulai sekarang kita adalah satu tubuh." ujar Anima.

Tiba-tiba diri Anima menghilang dan merasuk ke dalam tubuhku.

"Aki! Kamu berhasil!" seru Eiko senang sekali.

Aku tiba-tiba dipeluk... Aku benar benar kehabisan energi. Aku jatuh lagi. Eiko cemas. Lalu dia membawa beberapa makanan yang kebetulan tadi malam dia siapkan.

"Aki! Kamu makan ya? Jangan kamu ga makan! Sakit nanti kamu! Kamu dilarang mati disini!" seru Eiko cemas.

Aku memakan roti yang dia buat. Aku pun merasa lebih baik. Badanku digotong oleh Manami dan Eiko.

"Aki! Masih sanggup?" tanya Manami cemas.

"Kita istirahat dulu saja. Aku tidak kuat berjalan." ujarku kecapekan.

"Manami. Kenapa kita tidak flashback saja dalam kondisi duduk?" usul Eiko.

Manami mengiyakan usulan Eiko dan mengubah suasana menjadi beberapa tahun kemudian

-Flashback: 21 September 2007

Aku berada didalam lingkungan SD tempat aku bersekolah dulu.

Aku benar-benar kecapekan sehingga tidak mampu berjalan. Kemudian Manami memegang tangan kiriku.

"Aki! Disini ada memoria. Kita tidak perlu bertarung melawan musuh ataupun Facade..." ujar Manami.

"Bahkan anima itu tadi adalah memoria. Namun sewaktu pertama kali kita ketemu, dia belum matang sangat untuk jadi memoria. Ketika kamu berani menghadapi Anima. Anima bersumpah setia denganmu sehingga menjadi bagian dari dirimu. Memoria adalah bagian dari dirimu. Bazooka Chieru juga berubah menjadi memoria yang terserap oleh Anima" lanjut Manami.

Tiba-tiba, Aku merasakan bahwa kupu-kupu yang mengelilingi badanku sudah semakin banyak. Dari kemarin hanya dua sekarang bertambah dua lagi. 4. Kurang 8 lagi.

Tapi tidak apa-apa... Sebentar lagi juga aku mendapatkan memoria yang lain.

"Baik. Aki! Aku akan mulai panggil kamu dengan nama saja. Aku akan tanyakan beberapa pertanyaan. Bersedia? Kamu akan dapat ganjaran memoria yang cukup banyak walau kamu hanya duduk saja." terus Manami.

Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja seperti ini?!" seruku sedikit marah.

"Kamu harus dibuat susah dulu. Sehingga kamu berani menantang zona nyaman kamu." jelas Eiko.

"Baik. Apa kamu pernah menonton film porno?" tanya Manami.

"Kapan? Masih kecil? Aku dipaksa waktu itu." jelasku.

"Kenapa kamu mau? Kamu tahu bahwa menonton film porno akan merusak imajinasi kamu?"

"Aku tidak bisa melawan mereka yang memaksaku. Aku takut dengan mereka."

"Apa yang kamu rasakan? Jujur saja. Jujur saja denganku. Eiko boleh pergi?" tanya Manami serius pada Eiko.

"Okelah." jawab Eiko jutek.

Eiko meninggalkan kami berdua sambil berjalan-jalan di sekitar SD.

"Baik, aku lanjutkan lagi. Aki... Kamu pecandu seks?" tanya Manami.

"Hah? Aku? Aku tak merasa." ujarku heran

"Kamu jangan bohong. Aku bisa melihat muka nafsumu Aki..."

"Aku sedih..."

Aku sedih ketika semua orang mempersalahkan kebiasaanku. Aku kesepian. Benar. Aku kesepian..

"Manami... Aku boleh berbaring di pahamu?" tanyaku. Aku sudah mulai lemas kecapekan hebat dikarenakan tekanan mental sebelumnya ditambah pertanyaan ini.

Manami mempersilahkan.

Lalu dia pegang tanganku dan terus bertanya.

"Sejak kapan kamu masturbasi?" tanya Manami.

"Sejak SMP kelas 2." jawabku.

"Kamu merasa ketagihan?"

"Aku plong ketika setelah itu."

"Efek samping yang kamu dapatkan?"

"Pusing dan bawaannya ingin tidur."

"Siapa yang memperparah kebiasaan kamu?"

"Aku terbiasa untuk hal seperti itu berawal dari Manami... Manami Takahi..."

Mendengar itu, Manami kaget. Dia menangis.

"Manami kenapa menangis?" tanyaku heran.

"Aku tidak apa-apa..." Jawab Manami lirih.

Aku menghapus air matanya. Dia kemudian mengecup keningku lalu memelukku erat.

"Maafkan aku..." ujar Manami.

"Itu bukan salahmu. Kamu dan dia jauh berbeda." jawabku.

"Nanti kamu akan tahu kenapa aku meminta maaf hingga menangis seperti ini. Ngomong-ngomong, terimakasih sudah berbagi denganku. Jujur, aku merasa kesepian..." ungkap Manami.

Manami menyukaiku?! Ah ini juga tidak mungkin!

"Aku ingin juga berada didekatmu. Aku merasa terikat perjanjian denganmu" jelas Manami.

Mungkin inilah jawaban kenapa ketika aku menjabat tangannya, aku merasa sedih.

"Jangan ingat Manami Takahi. Dia penipu." ujarku.

Aku tidak membencimu. Tapi aku membenci dia...

Suasana pun hening. Aku pun mencoba berdiri dari pangkuan Manami. Aku mencoba berjalan.

Tiba-tiba, Manami menangis dan memelukku.

"Aku benar benar kesepian! Aku butuh teman!" seru Manami.

Aku tahu tapi aku masih belum tahu kau seutuhnya Manami...

"Aku... Aku sayang kamu Akihito-kun!" seru Manami.

Benar-benar aneh. Kedua orang ini menyukaiku.

"Aku mohon kamu rahasiakan ini daripada Eiko." pinta Manami.

Aku mengangguk. Lalu dia pun memegang tangan kiriku. Dia pun bertanya lagi

"Kenapa kamu susah untuk rapi?" tanya Manami.

"Aku sudah berusaha..."jawabku terpotong oleh Manami.

"Kamu belum usaha! Bahkan belum bersih. Kamu kenapa gabisa menyapu rumahmu dengan bersih?" tanya Manami sambil membentak.

Aku terdiam lalu dia bilang.

"Dari aku pegang tanganmu, aku tahu masa lalumu... Sebenarnya aku pribadi tak ingin melibatkanmu lagi untuk flashback karena aku cemas. Tapi kamu harus hadapi ketakutanmu. Dan aku ingin kamu berubah."

Aku menyimak perkataan Manami.

Manami benar. Aku harus berubah. Aku pun bersedia menceritakan ketakutanku kepadanya.

"Aku takut beraktivitas terlalu sibuk. Aku gamau apa yang aku sukai terganggu. Aku gamau capek. Aku mau semua serba beres." jawabku.

Aduh! Tiba-tiba Manami menamparku dengan keras. Aku sakit ditamparnya. Aku kesal dengannya. Namun, tiba-tiba dia menyentuh pipiku yang ditampar tadi dengan tangannya. Sehingga tangannya berbentuk mangkok, menampung pipiku. Dia pegang tangan kiriku disisi lain.

"Kamu jangan pernah takut. Karena mindset itulah yang membuatmu lemah. Ayo hadapi kenyataan dan jangan lemah! Kamu itu kuat Hun. Kuat bahkan lebih dari sekarang hanya saja kamu belum sadari itu semua." ujarnya.

Hun?! Jangan-jangan.

Aku kaget. Lalu aku terjatuh lagi. Aku berteriak, kepalaku sakit seakan semua memori mengenai dia muncul.

"HENTIKAN!!" seruku berteriak.

Manami memegang kedua tanganku dengan kuat.

Tiba-tiba, muncullah dua orang anak kecil. Satu lagi berpakaian seperti anak SD. Satunya lagi berpakaian seperti anak SMP.

"Kak... Ayo bangkit! Jangan jadi seperti kami!" ujar anak SD.

"Kak... Ayo bangkit! Jangan bunuh diri kakak! Ayo kakak harus hidup!" ujar anak SMP.

Aku melihat keduanya...

Rasa sakitku instan hilang. Namun, anak SMP itu menghilang. Hanya anak SD. Aku sudah berhasil mengatasi ketakutanku waktu SD dan penolakanku terhadap nafsu.

"Aki, kamu seperti ini karena ditinggal orang tuamu kerja?" tanya Manami.

"Bukan itu. Yang aku sadari dari semua perkataan kakakku yang kuingat adalah aku tidak punya motivasi untuk belajar. Aku seorang underachiever." jawabku.

Aku pun mendekati anak SD itu. Benar. Mereka berdua adalah diriku saat masih kecil.

Terimakasih kubilang kepadanya.

Lalu dia menghilang... menjadi memoria.

Lalu tiba-tiba muncul memoria yang lain dua buah. Tiga buah itu terbuka dan kupu-kupu didalamnya keluar meliputiku. Tiba-tiba aku melihat kilasan memori lagi.

Aku melihat diriku tidak SD. Aku melihat diriku ditabrak mobil hingga kepalaku pecah dan meninggal. Aku melihat diriku dirampok dan dibunuh penjahat. Aku merasa semakin bersyukur akan hidup.

Mana... Seandainya kau ada disini melihat perjuanganku, maka kau akan tersenyum lebar.

Tapi aku harus mengejar anak SMP itu. Khawatirnya aku dia akan bunuh diri.

Lalu aku pun mengejar anak SMP itu melewati ruang dan waktu bersama Manami.

Sementara itu...

"Manami kemana ya?" tanya Eiko.

Eiko mencari dimana Manami dan aku. Tidak ketemu juga. Eiko kesal.

Untungnya kami langsung mengontak Eiko dari jarak jauh dengan alat yang ada di tangan Manami.

"Eiko dimana?! Ayo kita kejar ada anak SMP mau bunuh diri!" seruku.

"Aki!! Asem kamu! Kalian manfaatkan momen. Awas ya! Aku tidak akan mengampuni kalian berdua!" seru Eiko kesal.

Dan percakapan dihentikan dengan penuh tawa terbahak-bahak.

Tak lama kemudian, Eiko pun sampai di ruang antar dimensi.

Kami bertiga melanjutkan perjalanan untuk mengejar anak SMP itu ke tahun 2010.

-Flashback: 15 Novembet 2010

Kami sampai di lingkungan SMP tempat aku bersekolah dulu. Kami berpencar untuk mencari anak itu. Eiko ke arah kantin belakang. Manami ke arah tengah. Aku mengejar di kelas 9 dan Akselerasi.

Eiko mencari di kantin belakang namun tidak ada anak SMP seperti itu.

Manami pun memberikan hasil nihil.

Aku berusaha mencari anak SMP itu. Anak SMP itu harus dicegah sebelum dia membunuh dirinya sendiri.

Aku naik ke kelas 9 dan tidak ada Anak itu.

Tiba-tiba, aku mendengar suara tangisan.

Aku langsung naik ke kelas Akselerasi karena aku yakin suaranya dari kelas Akselerasi.

Ketika aku naik aku melihat anak itu.

Anak itu ingin memanjat tembok kelas untuk menjatuhkan diri. Tidak! Aku tidak ingin ini terjadi! Aku langsung mencegahnya.

"Adek turun! Hentikan ulah gilamu itu!" seruku.

Dia bersikeras.

Aku berusaha untuk menyentuhnya tapi tidak bisa karena selalu tembus. Aku tidak tahu tapi kenapa hal ini terjadi! Aku ingin menolong diriku. Eh? Tapi jika aku dibiarkan, berarti aku sudah mati sekarang dong. Lah? Terus kenapa aku menahan dia? Eh? Iya! Aku ingin dia hidup dengan cara berbeda.

Aku berusaha menamparnya tapi tidak bisa sampai suatu ketika dia berhasil tertampar. Namun, dia terpisah menjadi dua orang yang sama. Yang satu akhirnya duduk termenung menangis, yang satu lagi itulah ternyata yang tertampar.

Eiko dan Manami tak lama berhasil menyusulku. Kami pun berdebat dengan anak itu.

"Kak, pulang saja! Jangan selamatkan aku! Aku bisa mati kok!" seru Anak SMP itu.

"Kau bodoh!" seruku.

Aku langsung menampar Anak itu. Lalu aku tendang dia, aku pukul dia. Aku benar benar muak dengan perkataannya!

"Kau tahu hidupmu berharga?! Jangan bodoh untuk mengorbankan hidupmu disini?! Saya sudah beberapa kali mencoba bunuh diri! Tapi saya akhirnya berpikir bunuh diri tiada gunanya! Yang ada hanya memupuskan harapan. Dek! Kamu masih punya harapan! Jangan bertingkah bodoh!" seruku marah.

Anak SMP itu menangis. Menangis kesakitan karena aku keraskan. Tapi tak lama aku peluk dia.

"Kau tahu?! Aku sayang padamu. Kalau bukan karena kau. Aku tak bisa mensyukuri apa yang bisa kulakukan sekarang." ujarku sambil memeluk anak itu dengan penuh kasih sayang.

Anak itu kemudian menangis dengan haru.

"Terimakasih sudah menghargaiku kak." ujarnya.

Eiko dan Manami pun tersenyum. Semuanya tenggelam dalam suasana haru.

Aku benar benar ingin mengubah diriku. Aku tidak mau dilembutin saja arau dikasari saja dalam hidupku. Aku ingin seimbang. Aku berhak dimarahi dikarenakan kebodohanku. Tapi aku juga berhak disayangi untuk menjaga perasaanku agar tidak merasa bersalah. Aku butuh keduanya dengan seimbang agar aku bisa hidup dengan lebih baik.

Itu yang aku yakini.

Aku pun membawa anak SMP itu berjalan-jalan keliling sekolah.

Dia menunjukkan bagian bagian sekolah. Aku merasa bernostalgia hari ini.

Eiko dengan semangat bertanya kepada Anak SMP itu selama di jalan. Manami hanya menemaniku di belakang.

"Aki... Kamu berubah cukup pesat. Kamu luar biasa." ujar Manami.

Aku tersenyum mendengar perkataan Manami.

"Terimakasih Manami. itu berkat kalian berdua dan pengalaman ini aku benar benar berterimakasih." jawabku dengan senyum.

Manami kemudian memegang tanganku.

"Aki... Aku sayang kamu. Huft untunglah Eiko tidak dengar." ujar Manami lirih berbisik padaku.

Aku hanya senyum.

Terimakasih Manami. Aku benar benar senang hari ini.

Setelah lama berjalan-jalan, kami pun sampai di gerbang sekolah. Tiba-tiba anak SMP itu berujar kepadaku.

"Kak, selamatkan dunia ini dari penindasan. Aku adalah diri kakak waktu SMP. Aku berterimakasih karena kakak sudah buat perasaan aku naik turun. Aku sekarang bisa berani menghadapi kehidupan. Aku dan Anak SD itu adalah Inner Child kakak. Terimakasih kak."

Lalu, dia berubah bentuk. Aura biru mengelilinginya dan dia berubah menjadi memoria.

Akhirnya aku punya 8 kupu-kupu memoria. Memoria ke 8 kemudian terbuka dengan sendirinya lalu melingkupiku. Tak lama kemudian, aura biru kuning merah melesat keatas menjulang tinggi ke langit.

Kemudian dari atas langit kemudian melesatkan aura putih ke dalam tubuhku. Badanku terselimuti aura putih biru kuning ditambah dengan lingkaran diatas kepalaku.

"Apa ini yang diatas kepalaku?" tanyaku heran.

"Itu adalah Halo. Halo itu tanda spiritual. Kamu sudah sadar 2/3nya. Maka kamu sudah sadar sepenuhnya secara spiritual." pungkas Manami.

"Apa itu? Aku benar benar tidak paham." jawabku keheranan.

"Simpelnya begini, ketika 8 dari 12 memoria ditemukan. Maka kesadaranmu akan makin tinggi. Kamu sudah mencapai hampir keseluruhan dari kesadaranmu. Tinggal kamu ke masa SMA dan Kuliah untuk mendapatkan memoria yang sisanya lagi." jawab Eiko.

Baiklah. Aku tinggal sebentar lagi ya. Aku benar benar siap akan aksi baru. Tapi. Kan kita tidak boleh pulang ke Alter Dimension atau Pulsanthe! Ah! aku bisa mengucapkannya! Pulsanthe!

"Ada satu tempat lagi yang ingin aku kunjungi." Ujarku.

"Tempat siapa?" tanya Eiko.

"Tempatnya Manami Takahi. Tempat dimana aku dan Manami Takahi bertemu."

Manami terdiam membisu, kaget mendengar pernyataanku sekaligus mengiyakan permintaanku.

TO BE CONTINUED

Next chapter