Di luar rumah, dua orang bersaudara akhirnya menemukan peristirahatan mata, dalam perjalanan mencari cahaya. Mereka membawa air sisa rampasan dari caci maki. Sambil menggendong problematika, mereka berpencar. Meninggalkan suasana yang gaduh, tempat mereka bercengkerama.
Mata pisau selalu kearah mereka, di hina, dan di cerca habis-habisan. Sampai mereka dipertemukan kembali, oleh sarung tinju, hasil dari cercaan.