webnovel

Chapter 6

"Dia adalah anak angkat dari keluarga Bloodwood." Jelas Alison

"Anak angkat?"

Waktu menunjukan pukul 20.00

Johnatan dan Alison sedang menuju rumah Harry untuk memintainya keterangan, mengendarai sebuah sedan hitam milik Alison. Johnatan duduk di kursi penumpang bagian depan sembari memangku laptopnya, membaca sebuah data dari flashdisk yang diberikan Alison saat mereka memasuki mobil itu tadi. Sementara Alison mengendarai sedannya sembari menjelaskan mengena hasil penyelidikannya.

"Ya. Nama aslinya bukanlah Harry, tapi Cristian Winston. Dia diadopsi oleh keluarga Bloodwood dan mengganti namanya menjadi Harry Bloodwood setelah kedua orang tua kandungnya meninggal dikarenakan bunuh diri. Setelah diadopsi Harry disekolahkan oleh keluarga angkatnya hingga lulus perguruan tinggi kedokteran di Oxford University. Tapi aku tidak menemukan catatan mengenai pekerjaan hingga saat ini. " Jelas Alison.

"Tidak ada catatan perkerjaan?"

"Iya, aneh bukan? Setidaknya dengan pendidikan setinggi itu seharusnya dia sudah menjadi seorang dokter, untuk apa dia menimba ilmu setinggi itu."

"Bagai mana dengan keluarga angkatnya? Apa kau sudah menyelidikinya?"

"Tentu. Bloodwood adalah salah satu pemegang saham dari Lifedome Corporation, perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, mereka mengembangkan obat-obatan dan peralatan medis."

"Apa mungkin Harry berkerja untuk perusahaan itu?"

"Aku sudah memeriksa daftar pekerja perusahaan itu, tapi tidak ada nama Harry."

"Apa mungkin dia berkerja di sana dengan illegal?"

"Itu nyaris tidak mungkin. Perusahaan itu berada dibawah pengawasan Negara, bahkan cleaning service yang berkerja di sana harus terdaftar namanya. Jika mereka sampai memperkerjakan pegawai dengan ilegal tidak hanya denda yang mengancam mereka." Jelas Alison.

"Nyaris tidak mungkin bukan berarti tidak mungkin."

John kembali merasakan keraguannya. Selama karirnya sebagai seorang jaksa dia tidak pernah merasakan ragu saat menjalani tugasnya, tapi kini, untuk pertamakalinya dia merasa ragu, merasakan kegelisahan tanpa sebab, seakan dia akan menghadapi ajalnya. Sebuah bayangan akan masalalunya melintas di kepala John mengiringi keresahannya, sebuah momen saat John masih kecil. Sebuah bayangan akan wajah seorang wanita yang begitu disayanginya, bayangan wajah ibunya yang sedang memanggil namanya dengan lembut, wajah itu kian memudar berubah menjadi wajah Ibu John yang sedang menghadapi ajalnya, memanggil nama John dengan nafas terakhirnya. Suara itu terus terngiang di kepala John, berlahan semakin keras dan jelas, kembali menyadarkannya dari mimpi buruknya.

"John kau kenapa?" Alison terus memanggil John yang tidak menyahutinya sedari tadi, berusaha untuk menyadarkannya.

"A…apa?" John menjawabnya dengan nada yang linglung.

"Kau kenapa?" Tanya Alison dengan nada yang bingung.

"Ah, aku hanya… aku hanya sedikit merasa lelah." Seraya menopang kelapanya dengan satu tangannya.

Waktu menunjukan pukul 22.15

Kini mereka sudah sampai di Aylesbury. Johnatan menoleh keluar dari jendela kabin sedan itu, melihat pemandangan malam kota Aylesbury. Hanya ada beberapa orang saja yang lalu lalang, Kota kecil yang tenang.

"Kota kecil yang tenang bukan?" Sahut Alison.

John menoleh kearah Alison, sedikit terkejut karena dia mengatakan hal yang sama seperti yang John pikirkan.

"Tidak banyak orang yang tinggal di sini, tempat yang cukup nyaman untuk menjauh dari keramaian, tidak banyak bunyi bising dari kendaraan, mesin konstruksi, dan lain sebagainya." Jelasnya.

Saat siang hari jalanan London akan dipenuhi oleh keramayan orang yang beraktifitas, orang-orang yang pergi ke kantor untuk bekerja, anak-anak dan remaja yang pergi bersekolah, Ibu rumah tangga yang pergi berbelanja, dan lain sebagainya, sementara di malam hari jalan akan dipenuhi oleh orang-orang yang mencari hiburan. Tapi berbanding terbalik dengan kota ini, populasi di kota ini diperkirakan hanya sekitar sembilan ribu orang, sementara London diperkirakan lebih dari sembilan juta orang hidup di dalamnya, seribu kali lipat lebih banyak. Kota ini jadi terlihat sangat sepi jika kau membandingkan keduanya.

Mobil berhenti di depan persimpangan lampu merah. Hanya ada tiga buah mobil yang berhenti di sana menunggu lampu kembali hijau.

"Tapi bukan berarti tidak ada kejahatan di kota ini, kejahatan dan kegelapan selalu ada di manapun manusia berada, karena manusia memiliki sisi gelap di hatinya."

"Apa maksudmu?"

John menoleh kearah Alison sekali lagi, Alison hanya duduk diam memandang ke depan menunggu lampu kembali hijau, tapi wajahnya kini terlihat sangat serius.

"Bukan sesuatu yang jarang dijumpai, kota kecil seperti ini menjadi tempat kejahatan meraja lela." Jelasnya.

Lampu kembali hijau, Alison memasukan gigi mobilnya dan kembali melaju perlahan.

"Orang banyak berpikir kota besar lebih sering terjadi tindak kejahatan dibanding kota kecil seperti ini. Tapi bukankah itu karena kotanya yang terlalu besar? Populasi mereka terlalu banyak, Sehingga kejahatan terlihat lebih sering terjadi? Yang sebenarnya adalah sama saja, kejahatan di kota kecil jarang terdengar karena populasi mereka sedikit, tidak banyak TV yang mau meliput kejadian di kota kecil, kecuali itu adalah berita besar, orang lebih ingin tau mengenai kejahatan yang terjadi di kota mereka tinggal, dan karena populasi di kota besar lebih banyak berita mereka menjadi lebih banyak terjual, oleh karena itu kejahatan di kota kecil lebih jarang terdengar, dan terlihat seakan hampir tidak ada kejahatan, dan itu juga menguntungkan untuk para penjahat."

John hampir tidak mengerti apa maksud dari ocehannya itu, kenapa tiba-tiba dia mengoceh mengenai hal seperti itu. John bermaksud ingin menanyakannya pada Alison, tapi tiba-tiba mobil berhenti.

"Kita sudah sampai." Ujar Alison.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah. Rumah dengan gaya british classic yang cukup mewah. Alison mematikan mesin mobilnya dan mulai memperhatikan sekitar. Sementara John kembali merasakan kecemasannya sekali lagi. John kembali mengingat masalalunya yang samar itu, kini dia mengingat saat dimana Ibunya memasak ikan trout di dapur rumahnya dulu. Potongan daging ikan trout yang dilumuri sedikit minyak sayur, ditaburi garam dan merica lalu dibungkus dengan alumunium foil bersamaan dengan potongan lemon, daun dill dan sedikit bawang, lalu di panggang. Adalah makanan terenak seumur hidupnya, tapi John tidak dapat mengingat rasa dari makanan itu dan dia tidak pernah merasakan masakan Ibunya lagi setelah apa yang menimpa Ibunya.

John kembali disadarkan dari kenangan masalalunya itu setelah Alison menepuk dadanya.

"Ayo cepat, itu dia." Ujar Alison seraya menunjuk keluar jendela depan mobil dengan dagunya.

John menoleh kearah yang ditunjukan oleh Alison, ada seorang pria yang berjalan menuju rumah mewah itu. John menajamkan matanya berusaha melihat pria itu dengan lebih jelas. Pria itu menggunakan jaket hoodie hitam, celana jeans abu-abu dan sepatu kets hitam.

"Untuk seorang yang tinggal di rumah dengan gaya classic seperti itu, aku kira dia akan menggunakan pakaian bergaya retro classic, atau pakaian formal. Ayo cepat!" Ujar Alison,seraya keluar dari kabin sedannya.

John lekas keluar dari kabin sedan itu dan mengikutinya. Alison berjalan dengan cepat menghampiri pria itu, mengeluarkan dompetnya dan menunjukan kartu keanggotaan kepolisian miliknya pada pria itu.

"Selamat malam Pak. Kami dari kantor penyidik, ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan, bisa tolong ikut kami ke kantor sekarang." Ujar Alison dengan nada tegas, dan suara yang didalamkan.

Next chapter