webnovel

Cinta Ketulusan

Happy Reading❤

Setelah diberi obat penenang, Kayla bisa lebih tenang dan tidak mengamuk seperti tadi. Gadis itu mencakar wajah dan tangannya sendiri. Sungguh, ini trauma sangat berbahaya bagi Kayla. Semoga Tuhan membiarkanmu bahagia nak

---Love In Trouble---

Rasa sakit yang telah ia rasakan selama ini, ternyata Tuhan belum puas membuatnya sengsara. Kayla begitu tangguh dan sekuat mungkin menghadapinya. Kalau dulu ia tidak bertemu dan memiliki Gabriel. Mungkin Kayla sudah menjatuhkan dirinya ke sungai yang mengalir deras, membiarkan tubuh kecilnya yang berdaya terhanyut.

Kayla pandai menyembunyikan masalah dan beban sakit yang ia alami. Jangan sampai orang terdekatnya mengetahui. Biarkan luka itu dia yang merasakan. Terkadang ia juga muak dengan semua beban itu, meluapkan dan menceritakan kepada sahabatnya. Tidak semua, Kayla tak mau membebani orang lain.

Dan sekarang. Kayla sudah lengkap dengan penderitaannya. Melepaskan seseorang yang ia cintai, penyemangat nya selama ini. Kini sudah tidak ada lagi, Kayla merasa hidupnya sudah tak perlu lagi dilanjut. Terbesit ingin melakukan hal yang buruk, ia teringat bagaimana keadaan Mamanya sekarang. Papa dan Andrei, pasti mereka mencarinya.

Kayla mendengus lesu, ia penasaran siapa yang telah menolongnya malam itu. Sejak tadi, ada tangisan seseorang di sampingnya. Kayla bertanya, tapi orang itu menjawab bukan siapa-siapa, hanya saudara pasien lain. Kayla pun mengiyakannya.

"Kamu makan dulu ya, saya suapin," suara lembut seorang wanita itu membuat Kayla mengendus kecil. Angel tepat di samping Kayla dengan mangkuk berisi bubur. Ia senantiasa ingin menjaga dan mengurus anak ini.

"Ibu? Ibu bicara sama saya?" Kayla bertanya, namun wanita itu seperti menahan tangis.

"Mm, iya nak. Suami saya menolong kamu dan membawa kamu ke rumah sakit. Sekarang, biarkan saya mengurus kamu ya." ujar Angel,

"Semoga tuhan memberkati kalian, Pak, Buk. Saya sangat berterimakasih." balas Kayla begitu semangat.

"Amin, terimakasih nak."

Detik berikutnya Angel meminta Kayla untuk membuka mulut. Ia menyuapi Kayla seperti anaknya sendiri. Andai kedua anaknya masih bersamanya, pasti mereka sudah besar seumuran Kayla. Kehamilan ketiga juga gagal, Angel sudah lelah jika terus berharap dan berharap. Hatinya sudah cukup rapuh. Apalagi melihat Kayla seperti melihat anaknya sendiri. Angel tak kuasa menahan air mata sejak tadi.

****

Mendapat kabar kalau Kayla berada di rumah sakit XXX, Marcel langsung menuju ke sana. Ia benar-benar khawatir dengan Kayla. Gadis kecil yang pernah ia tolong dan menjadi bagian dari hidupnya. Marcel tidak mau kehilangan Kayla, benar-benar tidak mau. Mengendarai dengan perasaan kacau balau, ia hampir menabrak pengendara lain. Huft, hampir saja.

Ketika sampai di rumah sakit, Marcel mencari ruangan seraya bertanya ke suster. Untung saja, Dokter yang menangani Kayla mengenal Marcel (Doyoung). Jadi, ia bisa dikabari.

Saat sampai di lantai 3, Marcel menghentikan langkahnya karena mendapati Galang (Jaemin) berada di depan ruangan Kayla di rawat. Kenapa dia ada di sini? Marcel teringat di kejadian masa lalu bagaimana kejahatan Galang perbuat saat itu. Saat Marcel mencambuk memberi hukuman untuk Galang. Tapi, mendiang Renno (Renjun) memberitahu kalau mereka sudah saling memaafkan.

Marcel tak mau berhati kaku, Renno saja memaafkan semua kesalahan Galang kenapa dia tidak. Ia menghampiri Galang, mata mereka saling bertemu dan begitu gugup. Tatapan Galang pun berubah, membuka mulutnya ingin menyapa Marcel.

"Maaf, apa ini benar ruangan Kayla Aurellia Thabita?" Marcel langsung dengan pertanyaan to the point. Bukankah harus saling menyapa terlebih dahulu? Aih, kenapa begitu canggung.

"Iya, apa dia anakmu Marcel?" tanya Jaemin eh Galang.

"Iya dia anak keduaku, bagaimana keadaannya? Bolehkah saya masuk?"

"Dokter sedang ada di dalam. Lebih baik kau duduk dulu,"

"Kenapa bisa kau yang menolong anakku? Kenapa kau ada di indonesia?"

"Mungkin ini balasannya, saat itu kau yang menyiksaku dan kau pula yang menolongku. Jadi, sekarang akulah yang menolong anakmu."

"Apa kau juga yang menyiksanya?"

"Bukan Marcel, aku melihat segerombolan orang yang akan membuang anakmu ke sungai. Untung saja aku bisa menangani mereka dengan kekuatanku." jawab Galang

"Bukan jurus kamehameha kan? " nada Marcel seperti mengajak Galang tertawa. Tapi memang itu berhasil membuat Galang nyengir ke arahnya.

"Ah kau ini," sengehnya,

Dokterpun keluar, mengajak kedua bapak-bapak ini ke ruangannya. Membahas tentang yang Kayla alami. Dokter sedikit menceritakan kalau ada luka di lengan yang cukup parah sampai tulang Kayla sedikit retak. Tentu ini membuat keduanya terkejut. Kepala yang terkena pecahan kaca perlu di operasi. Dan, pendonor mata. Mereka harus mencari donor mata untuk Kayla.

"Dok, bagaimana bisa anakku menjadi buta? Lalu luka lebam di lengannya kenapa?" tanya Marcel,

"Karena ada sedikit gangguan penglihatannya. Dan luka lebam itu seperti penganiayaan di sekujur tubuhnya. Saya sangat prihatin dengan anak itu." jawab Dokter, mereka memang saling kenal. Tapi, memakai bahasa formal adalah kewajiban.

"Penganiayaan?" Marcel melongo tak percaya, ia curiga terhadap seseorang. Tapi kenapa Kayla tak pernah menceritakan atau memberi tanda apapun padanya. Setelah mendapat penjelasaan dari Dokter, Marcel langsung menuju keruangan Kayla dan menemui anaknya.

Terlihat ada seorang wanita yang tak lain adalah Angel, Marcel menyapanya sebentar lalu mengambil posisi Angel setelah wanita itu beranjak. Melihat Kayla yang terbaring lemah seperti ini. Marcel tak mampu menahan air matanya. Meski bukan anak kandungnya, Marcel sudah menganggap Kayla adalah darah dagingnya.

"Nak, papa di sini." lirih Marcel, menggenggam tangan Kayla, melihat sedikit ada bekas luka. Ia membuka bagian lengan yang Dokter bicarakan tadi. Memang benar, luka lebam itu segumpalan darah busuk membeku. Betapa sakitnya kalau terkena senggolan tuh.🥺 apa iya gagal menjaga Kayla, sampai tak mengetahui anaknya disiksa oleh Aletta. Marcel tidak akan tinggal diam.

****

Ketika mendapat kabar dari calon besannya, Lisya buru-buru naik ke atas menuju kamar Gabriel. Wanita itu mengetuk pintu sembari memanggil. Sang pemilik kamarpun keluar dengan wajah pucat pasi, lesu. Lisya memberitahu kalau Kayla berada di rumah sakit XXX. Tentu Gabriel tak menunggi lama langsung mengambil hoodie dan kunci mobilnya. Tapi, dilarang oleh Lisya.

"Jangan bawa mobil sendiri, ada Pak anjay nak. Mommy nggak mau kamu nyetir dalam keadaan begini," ujar Lisya sembari menuruni tangga memegangi lengan anaknya.

"Baiklah Mom, apa Kayla baik-baik aja? Apa kata om marcel?" Gabriel mulai bertanya, bahkan jika di jawab pun Gabriel belum puas kalau belum melihat dengan kepala matanya sendiri.

"Mommy belum tau nak, yang penting kita sudah tau keberadaan Kayla sekarang."

Mereka langsung menuju ke rumah sakit. Gabriel sangat khawatir dengan Kayla, jika terjadi apa-apa dengan gadis itu. Dialah orang pertama yang paling menyesal. Penyesalan di masalalu saja belum bisa ia lupakan, jangan sampai sekarang terulang lagi. Gabriel kembali mengingat senyuman Kayla. Ahhhh bayangan saat di mana gadis itu menempel padanya, mengusiknya, menyiumnya secara paksa dan selalu membuatnya tersenyum tanpa sadar.

Jika waktu bisa diputar kembali, Gabriel ingin selalu di usik oleh Kayla. Ia terlalu bodoh. Kenapa ia merasakan ini saat Kayla memutuskan untuk melepaskannya? Kehilangan sosok gadis yang menjadi pengrusuh. Yang pernah ia anggap menjadi orang munafik, iya. Kayla memang munafik, menyembunyikan masalah di balik senyumannya yang seceria tanpa beban. Sekarang Gabriel baru menyadarinya. Ck, cowok itu menjambak rambutnya menunduk resah. Ia malu jika datang dan menjenguk Kayla nanti.

Open hujat buat Gabriel malam ini.

Dia lagi baik-baik aja kok.

To be continue.

Next chapter