DARRR!!!
Suara petir menyertai diikuti kekehan darinya. Ia melepas kacamatanya dan diijak oleh dirinya sendiri. Ia berjalan pelan mendekati Vierre.
"Kenalin, Vellalia Vierre.. Gue senior lo dalam hal membunuh, Archer.."
Vierre yang berencana menusukkan pisaunya diam-diam itu membeku mendengar lelaki didepannya mengenalkan dirinya. Vierre mengangkat kepalanya. Pandangannya mencoba fokus dalam gelap pada wajah yang ada didepannya.
".. Archer Valantino Orlando.."Ucap archer menatap vierre dengan senyuman.
Terlihat jelas ekspresi ketakutan di wajah Vierre. Seolah berkata 'jangan bunuh aku' pada archer. Namun tak diindahkan oleh archer. Orang itu malah mengarahkan pistolnya kearah dahi vierre, matanya yang tajam itu seakan mengatakan 'memohonlah, menangislah, dan rasakan penderitaan'.
Karena panik, Vierre segera menancapkan pisaunya pada perut archer tanpa pikir panjang sambil menutup matanya.
Hening..
'Gw berhasil?'Batin Vierre
"Aw.."
Vierre kembali membeku mendengar orang didepannya masih bisa mengeluarkan suaranya. Ia membuka matanya kembali menatap mata hangat yang terasa dingin hingga ke tulang-tulangnya.
Dengan tergesa-gesa, Vierre menusuk kembali archer di tempat yang sama sambil menutup mata. Berkali-kali hingga tak terhitung berapa kali ia menusuk archer. Ia tak peduli. Benar kata ayahnya walaupun dulu vierre seakan tak takut pada siapapun.
Namun setelah bertemu dengan Archer. Rasanya raasa beraninya turun drastis hanya dari tatapan archer saja sudah memperlihatkan padanya bagaimana archer.
"Hh..hh..hh...hh.. "
Vierre membuka matanya lagi memastikan.
Disana sudah terlihat tubuh archer menindihi tubuhnya. Perut archer mengeluarkan banyak sekali darah. Dan mata dingin itu tertutup.
Vierre segera mencabut pisau itu lalu bangkit. Ia melihat banyak darah keluar dari tubuh archer. Ia memundurkan langkahnya sambil menutup mulut lalu keluar dari gedung itu.
"Kenapa lu pake pura-pura segala?"
Dari balik kegelapan muncul siluet seorang lelaki melangkah maju mendekati tubuh archer yang terkapar disana. Ia menatap tubuh itu dengan pandangan malas.
"Lu mati beneran gw tinggal ya.. polisi udah mau nyampe.."
Tubuh itu masih diam saja. Mors menurunkan tubuhnya membalik tubuh archer. Archer masih menutup matanya.
'Engga kan?'Batin Mors
"Ar!Archer!"
Mors segera menarik tangan archer memeriksa nadi archer.
"Cie pegang-pegang.."
Wajah mors yang awalnya khawatir berubah datar dalam sekejap. Ia bangkit. Tanpa menatap archer. Archer malah menatapnya bingung. Sesegera mungkin, Mors mengeluarkan pistol glock 10 miliknya dan menembakkannya di perut archer.
DOR!
"ARGHH SIALAN!! SAKIT BEGO!!! LU KIRA GUE PUNYA NYAWA BERAPAA!!"
Lalu melenggang pergi tanpa peduli dengan archer.
'Mati aja lo sekalian'Batin Mors
Sedangkan Vierre...
Ia sudah berada di mobilnya. Ditemani sang supir dan seorang bodyguardnya untuk jaga-jaga jika ada sesuatu yang tak ingin terjadi pada vierre. Ia menutup pintu mobil dengan keras.
"CEPET KE RUMAH"
"Nona savie, ada apa?"
"CEPETAN!!!"Teriak Vierre sambil menutup telinga sambil menutup mata kakinya ditekukkan.
Bayangan tubuh, senyuman,dan terutama tatapan mengerikan archer terbayang dipikirannya walaupun archer hanya memperkenalkan dirinya namun setiap katanya seakan mengandung ancaman menusuk di otak vierre.
Sepanjang perjalanan, Vierre berharap untuk cepat sampai dan bertemu kedua orang tuanya termasuk kakeknya. Ia ingin berhenti membunuh untuk sementara. Ia masih kalut dengan pertemuannya dengan archer tanpa memedulikan lukanya yang kini sangat menyakitkan.
Sesampainya di rumah..
Vierre segera keluar dari mobil masuk kerumah dengan berlari tanpa memedulikan darah berceceran. Seluruh keluarga Vierre segera keluar dari kamar sekalipun sudah jam 1 pagi.
Vierre berlari memeluk bundanya.
"Savie? Ada apa? Apa ada masalah di tugas kamu?"
"Randi, Ada masalah apa?"
"Saya kurang tau, Pak.. Tadi selesai tugas, Nona langsung masuk mobil dalam keadaan seperti itu sambil teriak meminta untuk pulang dengan cepat.. Dari awal nona masuk sampai keluar saya perhatikan tidak ada yang ganjal—"
Tingg..
(Panggilan dari Ayah)
Alvind Barney, Ayah dari Vierre itu mengangkat telfon dari John.
"Halo, Ayah? Ada ap--?"
"Savie udah pulang?"
"u-udah.. ayah, sebenarnya ada apa?"
"Cek emailmu, Ayah udah ngirimin rekaman CCTV selama disana.."
Alvind menatap seluruh keluarganya kemudian menyalurkan rekama CCTV yag sudah diberikan john ke TV.
~
Menampakkan rumah milik korban tadi, Terlihat Archer dan Mors masuk lewat balkon setelah terjun dari lantai atas.
"Ck.. bau alkohol nya"
" Screaming Eagle Cabernet Sauvignon"
"Yang sering di kasih Zegas ke kita? Patut familiar.."
"CCTVnya udah di hack sama mereka.. Kita kalah cepet"
"Biarin.. Yang penting kita sampe duluan.."
Karena terganggu suara archer dan mors, Sang korban bangun dari tidurnya terkejut melihat dua manusia tak diundang ada di kamarnya. Waktu ia akan menelfon seseorang meminta bantuan.
"Kalo udah bangun, Ngomong napa.."Ucap archer tanpa melirik korban
Mors yang baru tau korban itu bangun langsung menengok dengan tatapan datar.
"HALO... ADA PENYUSUP DI KAMAR GUE.. CEPETAN KALIAN KESINI!!!"
Archer dan Mors masih santai-santai duduk di sofa panjang milik korban. Mereka malah membicarakan hal yang tidak penting.
"Oiya ngomong-ngomong, Lu suka ikan cupang?"Ucap archer membuat mors menatapnya tajam.
"Trs lu suka ikan piranha?"
"Bukan ngejek lu, bego.. Jan ngejek balik dong.. Gue nanya bener-bener.. Tadi ikan cupang bagus bet, Pen pelihara tapi lu yang rawat ya"
BRUGG BRUGG
"Tuan muda! Anda ada didalam?!!"
Hening..
"Tuan muda!!"
"TUAN MUDA! JAWAB KAMI!!"
"TUAN MUDA.."
Sedangkan yang dipanggil, Tengah berusaha untuk tetap bernafas. Didepannya kini ada sebuah pisau berjarak 1 cm dan pistol yang sudah menyentuh telapak kakinya. Dengan cepat, Archer memasukkan sebuah obat yang tak selang lama membuat korban batuk2 dan berakhir tak bisa mengeluarkan suaranya.
"TUAN MUDA!!! "
"KUNCI CADANGAN DI LOBBY SUDAH HABIS, TEKNISI AKAN KESINI 15 MENIT"
"15 MENIT ITU TERLALU LAMA!!"
Archer menatap mors memberi kode untuk minggir agar CCTV bisa melihat apa yang akan dilakukan Archer pada korban itu. Archer tersenyum pada CCTV itu. Dengan siulan bermotif bahasa SFYRIA, Bahasa yunani yang sudah sangat langka mengatakan :
"Aku tidak mudah untuk dibodohi olehmu, John.. Kau baru mengenalku beberapa bulan, Aku tau kau berniat menyembunyikan cucu kesayanganmu"
Sedetik kemudian, Archer menusuk bagian lambung, kepala, dan beberapa titik vital lainnya. Membiarkan sang korban berteriak tanpa suara. Menangis, memohon siapapun datang menolongnya. Bahkan sempat memegang tangan mors berharap mors akan membantunya.
Namun, nyatanya Mors mengindahkannya dan memilih untuk bersiap-siap sembunyi di balik kegelapan.
Hingga pada akhirnya, Ketika sudah tak bernyawa, Korban disenderkan didekat lemari sedangkan Archer berdiri tidak jauh di belakang pintu.
Mereka membiarkan Vierre masuk mengira korban masih hidup dan berniat menembaknya namun,
"Tuan muda dibelakang anda!!"
Vierre membulatkan matanya kaget. Archer keluar dari kegelapan ketika pintu terbuka oleh penjaga lain bertingkah seakan ia juga seorang penjaga sedangkan mors tetap diam seperti patung di balik kegelapan menjauh dari jendela.
Dorrr..
"Akhh.."
Tangan vierre ditembak oleh archer sehingga pistol di tangannya terlepas dari genggamannya. Penjaga lain itu segera membawa tuan muda mereka menjauh dari kamar.
'Sialan, perasaan gw udah nglakuin sebaik mungkin biar ga ketauan.. apa-apaan ini?!.. bukannya CCTV pun harusnya dah di matiin sama mereka'Batin Vierre.
"Jangan bergerak!"Ucap Archer bertingkah takut
"Lo sendirian? Yakin bisa ngalahin gw?"Ucap Vierre berjalan mendekati archer
"SUDAH SAYA BILANG JANGAN BERGERAK..ATAU SAYA TEMBAK!!"Ucap archer berakting memundurkan langkah dengan badan gemetar mengajukan pistol ke arah Vierre.
"Coba aja"
DOR!