Hidup naruto seakan berada di dalam penjara. Pertemuannya dengan sasuke justru menjerumuskannya dalam jurang ketakutan dan penyiksaan. Sifat posesif sang surai hitam itu membuatnya harus kehilangan orang tua, saudara dan sahabatnya. Seribu cara dilakukan naruto lepas dari nya namun seolah sasuke telah menemukan sepuluh ribu cara untuk menemukannya. Pertemuannya dengan Sai justru semakin memperparah keadaan. Akan kah naruto bertahan ataukah lari dari sasuke?
Pertemuan ku denganmu kala itu seharusnya tak pernah terjadi. Siapa yang menyangka pria yang mendeklarasikan diri sebagai penyendiri itu justru menyimpan binatang buas di dalamnya. Andai Tuhan berkenan untuk membalikkan waktu aku berharap kau tak pernah hadir di hidupku. Namun kusadari jalan yang kujalani ini mengantarkanku pada sesuatu yang lain.
konoha, Desember 2000
Musim dingin akhir tahun ini terasa berat. Tak ada sinar mata hari yang menyembul. Suara anak - anak yang biasanya bermain main membuat boneka salju kini berganti dengan decitan besi yang tertiup angin. Rumah - rumah yang biasanya memancarkan warna warni cat, kini sepenuhnya tertutup serbuk putih yang mampu membekukan siapapun yang mencoba untuk menghalaunya.
Sementara itu di perbatasan kota tampak mobil ford berwarna hitam dengan beberapa lapisan cat yang sudah mulai mengelupas berjalan pelan. Meski keempat ban sudah terpasangi rantai namun tampak tak mampu melewati tumpukan salju yang dengan bangganya menutupi aspal jalan.
Meski cuaca kala itu begitu suram tak membuat mata sapphire biru itu meredup. Pandangan matanya berbinar-binar menatap deret demi deret rumah yang dilewati. Senyumannya tak pernah lelah ia tebarkan meski pria tua disampingnya hanya mendengus lelah.
" Paman,apakah kita sudah sampai?" Kesekian kalinya si sapphire bertanya pada pria tua di sebelahnya. Pria itu menatap singkat sang bocah dengan ekspresi sedikit kesal ia mengulang jawaban yang baru diberikannya 10 menit yang lalu. "Bukankah sudah ku bilang sebentar lagi, naruto".
Seolah jawaban sang paman tak membuatnya puas, bocah bernama naruto itu kembali menatap luar jendela mobil. Sementara pria tua berambut putih panjang itu mencoba memejamkan matanya mengingat hal yang baru saja dia alami.
" Tak bisakah aku menggantikannya? Aku tak mau membuatnya menanggung semua ini?" Pria berambut kuning itu merapatkan tangannya sembari memohon kepada si pria tua itu untuk menunda janjinya. " aku mohon jiraiya - sama, lepaskan naruto dan biarlah aku saja yang menanggung semuanya," pria berambut kuning itu kembali memohon.
Sementara pria yang dia sembah justru hanya hanya diam. " Aku tahu ini berat nagato, tapi ini sudah menjadi perjanjianmu dengan keluarga uchiha untuk mengambil salah satu anakmu untuk dijadikan budak di sana," ucap jiraiya memandang iba nagato yang masih bersimpuh di depannya.
" Kau tahu seharusnya Kyuubi yang harus kubawa. Tapi anakmu justru menghilang. Terpaksa aku membawa naruto bersamaku".
" Tapi...."
" Ayo naruto, ikut dengan ku," segera jiraiya menarik tangan bocah yang baru genap berusia 8 tahun itu menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah.
"Kita mau kemana paman? Kenapa kau menarikku?" Bisik naruto takut.
" kau tahu bocah, jika kau ikut denganku maka hutang kaa san dan tou san mu akan lunas. Dan kakakmu bisa kembali pulang,"
" Benarkah nii-san akan pulang? "
" makanya ikutlah denganku".
Naruto memandang wajah sang ayah sejenak. Seolah mencari jawaban di sana. Dan kemudian mengalihkan ke arah jiraiya. " jika itu membuat keluarga ku bahagia, aku akan ikut denganmu paman."
Tak berselang lama mobil itu perlahan meninggalkan rumah. Samar - samar terdengar suara teriakan sang ayah yang memanggil sang anak. Dan terlihat jelas dari kaca samping mobil sang ibu uzumaki kushina terlihat menangis dengan keras disamping sang suami.
".....ma.....maan....pamaaan...pamaan," sayup-sayup terdengar suara kecil memanggilnya dan dengan cepat kembali menyadarkan ke dunia nyata.
" apa?" Tanyanya memandang si manik biru kesal. Namun yang ditatapnya justru hanya tersenyum lebar. "Kata pak sopir kita sudah sampai paman".
Dan benar saja, ford hitam itu sudah berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah besar bergaya eropa kuno dengan patung gregory tampak kokoh di ujung atap. Warna putih pucat dengan perpaduan hitam memberikan kesan gelap di dalamnya.
Rumah yang terletak di ujung bukit konoha itu memang lebih tepat disebut kastil. Ukurannya yang super besar dengan halaman yang mencapai luas 12 hektar membuat siapapun yang hendak kabur akan kehilangan arah. Belum lagi pemandangan pinus dan bambu yang menghiasi jalan masuk menuju rumah semakin menambah kemisteriusannya. Dan butuh waktu 20 menit untuk sampai di depan rumah.
Pintu rumah yang mencapai tinggi 15 meter ini otomatis terbuka ketika jiraiya dan naruto berdiri di depannya. Pemandangan dalam rumah terlihat berkali lipat lebih mewah. Dominasi warna emas di setiap interior dan eksterior membuat desainer manapun berdecak kagum.
Mulut si kecil naruto sedikit menganga terkagum dengan pemandangan di depannya. Dan membuatnya tak sadar jika seorang pria bersurai hitam berjalan ke arah mereka.
" Jadi inikah anak si namikaze itu? " suara rendah bariton memecah imajinasi naruto dan memaksanya mencari asal si empunya suara.
" Benar fugaku - sama. Dia anak kedua dari keluarga namikaze. Sebenarnya saya ingin membawa anak tertuanya, tapi dia kabur. Terpaksa saya bawa bocah ini," ucap jiraiya sedikit takut.
"HAHAHAHAHAHA....." tawa fugaku membahana.
" aku tak peduli siapa yang kau bawa jiraiya. Asalkan itu bagian dari namikaze sudah membuatku senang," wajah yang tadi terlihat tanpa ekspresi, kini menyeringai menakutkan. dengan langkah gontai,Fugaku berjalan mendekati naruto. Memandang lekat-lekat pria yang memiliki garis lahir seperti kumis kucing di kedua pipinya.
" kau tahu bocah. Kau mirip dengan ayahmu, aku suka".
" arigatou, paman,' ucap naruto tersenyum tanpa sadar maksud lain dari si fugaku.
" bocah, ikut dengan ku," perintahnya pada si kecil. Dan tanpa tahu niat buruk dari keluarga uchiha dia mengikuti si paman yang baru dikenalnya itu.
Namun baru beberapa langkah fugaku berbalik badan dan memberikan instruksi jiraiya yang masih ditempat yang sama untuk pergi meninggalkan rumahnya.
......
Beberapa lorong dan pintu dilewati dua lelaki berbeda usia. Dan akhirnya tibalah mereka di depan ruang keluarga.
" pelayan! Panggil semua orang di rumah ini," perintah fugaku. Tak berselang lama masuklah seorang wanita berambut hitam panjang dan pria remaja dengan tanda tanda lahir menyerupai garis di hidungnya.
" Itachi mana adikmu?" Tanya fugaku pada anak pertamanya.
" sasuke ada di kebun belakang. Sedang latihan memanah. Mungkin sebentar lagi."
" baiklah. Aku akan memperkenalkan bocah ini. Namanya uzumaki naruto, anak dari keluarga namikaze dan sekarang dia akan bekerja sebagai pelayan di rumah ini," perintah fugaku yang disambut anggukan kepala dari anak dan istrinya.
" ISAKA...." teriak fugaku memanggil kepala pelayan rumah.
Dan tak berselang lama, perempuan berambut sebahu dengan mengenakan seragam maid ini datang.
" bawa bocah ini dan ajari dia untuk bekerja di sini."
" baik... uchiha - sama,". Dan segera ditariknya tangan naruto untuk pergi mengikutinya.
Namun saat hendak membuka pintu, tanpa sengaja pintu itu terbuka dan membuat naruto terjungkal jatuh. Diusapnya bagian belakang kepalanya yang sakit akibat terantuk duluan di lantai.
" aduuuh sakiiit".
" kau baik - baik saja? " suara bariton terdengar di telinga naruto dan membuatnya mendongakkan kepala. Dan seperti sebuah aliran listrik yang tiba - tiba memercik, kedua mata itu saling bertemu. Onyx hitam dan sapphire biru saling menatap. Seolah waktu berjalan dengan lambat. Membuat kedua mata itu saling berpaut.
" naruto kau baik - baik saja? "Suara isaka mengembalikan lamunan mereka.
" aku baik - baik sa....." terkejut oleh tarikan tangan bocah yang baru menabraknya.
"Maafkan saya sasuke - sama,"Ucap isaka yang dibalas dengan tatapan tak peduli dari si empunya nama. Ia justru mengalihkan perhatiannya pada bocah yang baru ditabraknya.
" hn...hei kau, siapa namamu?"
" uzumaki naruto," senyum naruto memperkenalkan diri.
Sasuke hanya diam dan membalikkan tubuhnya meninggalkan ruangan. Membuat naruto dan isaka dari wajah kebingungan. Tidak ada yang tahu jika bibir bocah yang berusia 1 tahun diatasnya itu sedikit menyeringai memperlihatkan ekspresi menakutkan yang tidak dimiliki bocah kecil manapun di dunia.