"Satu ronde terakhir, boleh deh No."
"Eunggh…"
Membuat Arka melenguh tak memakan waktu terlalu lama. Cukup isap bagian sensitive milik pria mungil itu bertubi-tubi.
Mendapatkan Arka sebagai kekasih sehidup semati memang menjadi keberuntungan terbesar dalam hidup Nino. Ya, pria mungil itu terlalu mengenal tingkat kepuasannya yang di atas rata-rata.
Ya, pada intinya memang Arka sendiri yang cari penyakit. Harusnya ia tau jika Nino adalah pria yang sulit untuk di percaya.
"Aku nggak maksa kamu buat lanjut terus-terusan loh, Ar…"
Dan Nino yang tengah tengah bersiap dengan setelan rapi, pagi harinya malah di sambut dengan wajah cemberut Arka yang tak menghilangkan ringisan kesakitannya. Seketika membela diri dengan kedua tangan terangkat di udara.
"Hmmm…"
"Nanti siang kita ke dokter," bujuk Nino yang berjalan mendekat, cari kesempatan sambil mengecup bibir sang kekasih.
"Asal lo mau aja kalo punya gue di liat orang lain."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com