webnovel

Dungeon & Pahlawan

Pengalaman Pertama

"Seseorang tolong tampar aku sekarang…"

*ctar…*

"Awww…"

Amalia langsung menampar legi setelah mencubit pipinya sendiri dengan kuat. Mereka masih tidak percaya bisa masuk dan berada di salah pesawat induk militer Indonesia. Lantai berbentuk bulat yang mengantar mereka menuju tempat tujuan juga bergerak dengan teknologi canggih.

"Benar-benar luas dan terlihat seperti kota mesin…"

Akbar yang keturunan keluarga kaya raya sekalipun tidak pernah bisa masuk ke pesawat induk militer. Ia terus melihat gedung di sekelilingnya yang terbuat dari besi hingga seluruh kota terlihat canggih.

"Ketua… bagaimana kamu bisa membuat kita semua masuk ke tempat ini…?"

"Itu sangat sederhana… aku mengenal pemimpin tertinggi pesawat induk ini… benarkan dini…?"

Gauntlet di tangan rigma pun mencair dan berubah wujud menjadi seorang wanita cantik bertubuh pendek. Tingginya bahkan sedikit lebih pendek dari rigma, sontak semua orang terkejut melihat kemunculannya.

"Selamat siang semuanya… maaf saya telat memperkenalkan diri… nama saya Dini Amirah… senjata hidup milik tuan rigma…"

"SENJATA HIDUP…!!"

Rigma tidak henti-hentinya mengejutkan anggota grupnya dengan hal yang luar biasa. Sebab belum pernah ada yang bisa menciptakan senjata hidup sebelumnya. Bahkan pengrajin senjata terhebat di dunia sekalipun tidak pernah bisa membuatnya.

"Semuanya mohon tenang… dia adalah rahasia terbesar yang aku miliki saat ini… jadi aku harap tidak ada yang membocorkan informasi soal dini... "

"Rahasia ini terlalu besar…!!"

Amalia tiba-tiba mendekat tanpa berkomentar sedikitpun dan menarik rigma menjauh dari anggota grup lain.

"Oi… senjata hidup ini bukan sesuatu yang dianggap lelucon… aku kenal dengan pengrajin senjata etranger terhebat di Indonesia… dan ia bahkan bilang mustahil untuk membuat senjata dengan jiwa di dalamnya…!"

"Ya maaf…"

"Sekarang bagaimana caranya aku menatap wajah orang itu… perkataannya sudah salah soal senjata hidup…"

Rigma hanya bisa tertawa pelan dengan perasaan canggung karena merasa keputusannya menunjukkan dini kurang tepat. Sementara anggota grupnya yang lain sibuk bertanya pada dini soal pengalamannya menjadi senjata hidup. Tanpa terasa waktu terus berjalan, mereka pun sampai di pemberhentian terakhir lantai berjalan. Di tempat tujuan terakhir seorang pria dan seorang wanita dewasa terlihat menunggu kedatangan mereka. Rigma berjalan mendekati orang yang menunggunya di pemberhentian terakhir dengan santai.

"Rigma… akhirnya kamu mau menginjakkan kaki lagi di pesawat ini…"

"Ya… terakhir aku ke sini saat berumur 10 tahun… dan mendapatkan latihan bagai neraka tanpa ampun…"

"Ayolah tidak perlu mengingat latihan itu… semuanya juga aku lakukan demi kebaikanmu…"

"Anak kecil berumur 10 tahun mendapatkan pelatihan yang mematikan… siapa juga yang bisa melupakannya… apalagi kau sebagai ayah malah ikut memperburuk keadaan…"

Seluruh anggota grup rigma tercengang ketika mendengar kata ayah keluar dari mulut rigma. Sebab mereka semua kenal dengan sosok aldiano sang pahlawan militer Indonesia. Aldiano terkenal sebagai salah satu Jenderal dari 4 Jenderal terkuat di Indonesia. Mereka terkenal karena berhasil mengatasi amukan para etranger 20 tahun yang lalu. Pemberontakan etranger 20 tahun yang lalu melibatkan lebih dari 20 ribu orang berhasil ditangani oleh 4 orang.

"Ri-rigma… ayahmu itu Jenderal Aldiano Gurisman…?"

"Yap… oh iya kamu belum pernah aku beritahu ya…"

"Jelas belum…!! Kalau tahu mungkin aku siap-siap dulu tadi…!"

Asrea merasa kesal karena tidak tahu apa-apa soal ayah rigma, padahal ia sudah tinggal bersama rigma selama 1 minggu lebih.

"Oh iya ayah… ini asrea sekretaris pribadi sekaligus bodyguard baruku…"

"Jadi kamu yang bernama asrea ya… maaf ya selama ini rigma sudah merepotkanmu..."

"Ah tidak masalah tuan aldiano… rigma justru sudah banyak membantu saya…"

Asrea menjawab perkataan aldiano dengan nada canggung karena rasa gugup yang ia rasakan.

"Bagus kalau begitu… sekarang aku akan memandu kalian menuju area latihan…"

"Ayah aku ingin melatih mereka langsung di dungeon krakatau… bukan di area latihan militer…"

"Iya aku tahu… tapi kalau melihat kemampuan mereka… selain dirimu… gadis berambut pendek di sisi kananmu dan asrea… tidak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup dari sana… mereka terlalu lemah…"

Aldiano secara gamblang mengatakan soal kekuatannya dari anggota grup rigma yang kualitasnya sangat kurang. Berdasarkan pengalamannya ia melihat hanya asrea, amalia dan rigma yang bisa keluar hidup-hidup dari dungeon.

"Apa…? Kami terlalu lemah…?"

"Apa penilaian anda tidak terlalu kasar tuan aldiano…?"

"Benar itu… kami semua etranger kelas 1… mana mungkin terlihat lemah…?"

Legi dan rias maju paling depan dalam membantah perkataan aldiano yang menyebut mereka lemah. Bantahan legi dan rias juga didukung oleh anggota lainnya, hanya akbar yang terdiam sambil memegang dagunya.

"Kalian tidak percaya…? Sekarang ikuti aku…"

Mereka pun mengikuti aldiano menuju area latihan yang jauh lebih luas dari area pelatihan milik cabang organisasi pandawa.

"Woaaahhh… luas sekali… berapa hektar…?"

"Luasnya hanya 2 hektar… dan seluruh tempat ini diperkuat oleh teknologi energi jiwa terbaru… jadi tanahnya 10x lebih kuat dan keras dari tanah biasa… ayo… kita akan masuk ke area tengah untuk berlatih..."

Saat mengikuti aldiano masuk ke dalam area latihan, rigma dan kelompoknya melihat banyak anggota militer yang sedang berlatih. Di area tengah terlihat ada 4 orang anggota militer yang terlihat sangat muda. Mereka sedang duduk sambil bermeditasi untuk mengatur energi jiwa di tubuhnya.

"Hooo… hebat… mereka seumuran denganku dan sudah bisa mengontrol sejauh ini…"

"Mengontrol apa rigma…?"

Asrea terlihat sedikit kebingungan saat mendengar komentar rigma soal mengontrol. Asrea bisa melihat energi jiwa milik para prajurit muda, tapi ia tidak mengerti apa yang mereka lakukan.

"Kamu mungkin tidak akan mengerti… sebab energi jiwa milikmu sudah bersatu secara penuh dengan tubuhmu tanpa masalah… berbeda dengan diriku yang kesulitan menyatukan energi jiwa dengan tubuh… mereka sedang mengontrol energi jiwa di dalam tubuhnya…"

"Oh iya… tadi kamu bilang mereka seumuran denganmu... memang umurmu berapa…?

"Hah…? Tentu saja umurku masih 19 tahun…"

"Apa…!?"

Asrea pun membeku ketika mendengar jawaban rigma soal umurnya yang masih sangat muda. Sebab asrea sendiri sudah berumur 24 tahun ketika menjadi rekan rigma sesama etranger lepas.

'I-itu be-be-berarti… A-aku telah bercinta dengan anak yang jauh lebih muda dariku…'

"Dosaku sangat besar…"

"Tenanglah… kita menanggung dosa yang sama…"

Dini menepuk bahu asrea ketika ia merenung di dekat dinding tanah pada area latihan untuk menghiburnya.

"Dini… kamu juga…?"

"Iya…"

"Kenapa aku jadi merasa tercurangi ya…? tapi… setidaknya kita senasib…"

Dini dan asrea pun saling mengaitkan lengan mereka untuk menandakan persahabatan satu nasib. Rigma menghiraukan kelakuan aneh kedua wanita yang tinggal satu atap dengannya itu dan fokus pada pelatihan.

"Jadi… ayah ingin kami mengontrol energi jiwa…?"

"Tepat… saat kalian bisa mengontrol seluruh energi jiwa pada tubuh kalian secara optimal… kalian akan naik level ke tingkat yang lebih tinggi… kalau beruntung kalian mungkin bisa menggunakan [Perwujudan Jiwa] setelah latihan selesai…"

"Berapa lama aku harus melatih mereka sampai bisa memasuki dungeon…?"

"Hmmm… mungkin sekitar 2 minggu… tapi karena area latihan ini tidak memiliki perbedaan selisih waktu… kalian harus giat berlatih…"

"Dua minggu ya…"

'Jadi bertepatan dengan hari penyerangan tentara revolusioner… ini kebetulan yang luar biasa...'

Rigma terus termenung sementara beberapa anggota grupnya ada yang masih tidak percaya kalau mereka itu lemah.

"Kami ingin bukti kalau kami benar-benar lemah seperti yang kamu bilang tadi tuan aldiano…!"

"Itu benar…"

"Iya buktikan…"

"Baiklah… karena kalian memaksa… Ahmad…! kau sudah cukup latihan bukan…?"

"Ya pak…!"

"Sekarang aku ingin kau, pria berotot yang terus terlihat kesal… untuk latih tanding melawan ahmad… kau boleh menggunakan seluruh kekuatanmu… kalau kau bisa bertahan selama 3 menit… aku akui penilaianku salah…"

*creak…*

Legi sangat bersemangat sampai meremas tangannya ketika mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

"Pak… apa saya boleh bertarung sekuat tenaga…?"

"Tentu… walaupun terlihat lemah… dia itu etranger kelas 1… jadi tidak akan mati dengan mudah…"

"Baiklah…"

Urat di kening legi terlihat semakin menonjol ketika mendengar dirinya terus diremehkan. Aura jiwa miliknya juga meluap-luap dan kulit pada tubuhnya sudah mengeras.

"Kalau begitu aturan pertandingannya mudah… siapapun yang pingsan atau menyerah akan kalah… dan untuk legi… kalau bisa bertahan selama 3 menit… aku akan mengakui kekuatanmu…"

"Cepat mulai…!"

"Baiklah… pertandingan dimulai…!"

*dush…*

Legi memulai serangannya terlebih dulu sambil memusatkan kekuatannya pada tangan kanannya. Namun lawannya tidak bergerak sama sekali ketika legi berlarian di sekitarnya dengan kecepatan penuh.

'Tidak ada pergerakan…!? Apa dia benar-benar kuat…? Mari kita coba…!'

Saat legi muncul di belakang ahmad, ia pun melancarkan pukulan terkuatnya dengan penuh rasa percaya diri.

*JDOOM…!!*

Pukulan keras legi menciptakan gelombang angin kuat disertai dengan suara ledakan yang dahsyat.

"Haaa… haa… bagaimana…? Apa ini sudah cuk-...!? Kenapa…!?"

Legi sangat terkejut ketika melihat ahmad masih berdiri tegak meski sudah menerima pukulan dahsyat.

"Kenapa…? Sudah jelas bukan… karena kau lemah…"

*tap… bam… DUAR...*

Ahmad menyingkirkan tangan kanan legi dengan menepisnya sambil memasang kuda-kuda. Kemudian ahmad memukul perut legi hingga membuatnya terpental sangat jauh dan menghantam dinding area latihan.

"Urgh…"

*brugh…*

Legi yang melindungi perutnya dengan kekuatan naga tetap jatuh pingsan setelah menerima pukulan ahmad.

"Lihat… sudah aku bilang bukan… dungeon yang ingin kalian datangi untuk latihan adalah dungeon gunung krakatau… dungeon yang tercipta dari retakan dimensi tanpa monster penjaga… atau lebih sering dibilang retakan dimensi lama… tempat itu jarang tersentuh dan membuat area sekitarnya memiliki energi jiwa yang pekat… ditambah lagi… kau hanya bisa keluar dari dungeon setelah berhasil melawan dirimu sendiri… berdasarkan saksi yang selamat dari ekspedisi dungeon ini sangat berbahaya… sekarang… apa kalian paham maksud dari ucapanku yang bilang kalian masih lemah…!?"

"Ya pak…! Kami paham…!"

Secara serentak anggota grup rigma yang memberontak pada aldiano menjawab dengan penuh rasa hormat.

"Bagus sekarang kita mulai latihan untuk kalian…"

Akhirnya pelatihan tak terduga dari Jenderal Aldiano dimulai untuk anggota grup rigma yang masih dianggap lemah.

bersambung...

Next chapter