Efek Samping
"Diaduk tiga kali…. Lalu campurkan lumut yang terkontaminasi energi jiwa… dan tunggu hingga warnanya menjadi biru tua…"
'Bagus begitu… kau mulai lancar membuat alkimia yang aku ajarkan ya…'
"Jujur saja… ini cukup menyenangkan…"
Rigma mengobrol dengan santai bersama syna sambil menatap ramuan alkimia buatannya di dalam kamar.
'Oh iya…. Aku ingin tanya kenapa kau mengurung diri di kamar setelah menonaktifkan kekuatanmu…?'
"Tentu saja aku mencoba menangani efek samping mesum dari miasma yang aku keluarkan…"
'Hooo… kalau begitu selamat mencoba ya bocah… karena efek samping dari kekuatanku tidak akan hilang sebelum kau bersenggama dengan wanita… tentu saja main sendiri sampai keluar tidak akan dihitung… hohohoho….'
"Cih… dasar succubus kampret… jadi tetap harus sama wanita ya..."
Rigma terlihat kesal ketika tahu ia tidak bisa menghindari efek samping dari penggunaan kekuatan syna.
'Oh iya bocah… setelah ramuan menjadi biru… tunggu hingga dingin… lalu kau harus segera meminumnya… dan persiapkan dirimu…. Sebab rasa dari kematian lebih mengerikan dari kematian itu sendiri…'
"Iya aku tahu…"
'Meski tidak akan mati… tapi kau bisa gila bila tidak sanggup menahan rasa sakitnya…'
Rigma pun mulai menenangkan dirinya setelah ramuannya berubah warna menjadi biru. Ia mendinginkan ramuannya sambil melakukan meditasi untuk mempersiapkan diri.
*glup…*
Rigma pun meminum cairan berwarna biru yang telah dingin dalam sekali tegukan. Setelah itu rigma membaringkan tubuhnya di atas kasur dan tertidur dengan cepat.
'Ini… mimpi kah…?'
Rigma kebingungan saat melihat sekelilingnya sangat gelap, ia hanya melihat sebuah cahaya melingkari dirinya.
*jeb…*
'Uhakk… '
Saat rigma mulai berjalan, tiba-tiba sebuah pisau menusuknya dadanya dari belakang. Pisau tersebut perlahan mulai bergerak ke atas dan membuat rigma merasakan sayatan secara perlahan. Darah terus mengalir dengan deras hingga akhirnya pisau yang menusuknya berhasil membelah tubuh rigma. Ketika rigma telah mencapai ambang kematian dan kehilangan kesadaran, tubuhnya kembali seperti semula.
'Ini…! Tubuhku masih utuh… tapi jelas sekali aku mengingat rasa sakit dari sayatan pisau yang sebelumnya menusuk jantungku…'
*slash…*
Suara tebasan terdengar oleh rigma bersamaan dengan rasa sakit pada tangan kirinya.
'Aaaaaarrrghh….!!'
Tangan kiri rigma terpotong dengan sangat rapih, namun rasa sakitnya sangat dahsyat hingga membuat rigma berlutut. Rigma merintih kesakitan, namun suara dari mulutnya tidak keluar sama sekali.
*slash slash slash…*
Tebasan pedang yang entah dari mana datangnya kembali muncul dan memotong tangan serta kedua kaki rigma.
'Urgh… jadi aku harus menerima rasa sakit ini berkali-kali ya… SIAL….'
*tusuk…*
Kepala rigma pun tertusuk oleh pedang misterius hingga membuatnya mengalami kematian kedua. Beberapa detik kemudian tubuh rigma kembali utuh, perlahan kesadaran rigma pun kembali.
'Haaa….! Aku hidup lagi… rasa sakitnya satu atau dua level lebih mengerikan dari latihan syna… berikutnya apa…?'
Saat rigma berhasil bangkit, tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku dan ia pun tidak bisa bergerak. Tubuh rigma tiba-tiba dipaksa untuk berdiri dalam posisi tegak, lalu secara perlahan tubuh bagian atas bergerak ke kanan. Sebaliknya tubuh bagian bawah rigma bergerak ke arah kiri hingga membuat seluruh tubuhnya merasakan sakit.
'Aaaarggghhh… sekarang aku seperti cucian basah yang sedang diperas…'
*creack…*
Suara seluruh tulang pada tubuh rigma yang mulai hancur pun terdengar dengan jelas. Otot pada tubuh rigma mulai sobek, darah mulai keluar dari kulitnya. Pemandangannya yang sangat mengerikan terlihat ketika rigma mengalami kematian ketiganya. Tubuhnya benar-benar seperti kain usang yang habis diperas dengan sangat kuat.
'Haaa… hidup lagi…! Sepertinya aku mulai terbiasa dengan ini… majulah kematian…!!'
Malam itu rigma terus mengalami kematian dengan cara yang berbeda-beda dan tentunya rasa sakit yang luar biasa. Setelah puluhan kali mengalami kematian, matahari pun mulai terbit dan efek samping obat buatan rigma akhirnya menghilang.
"Huaaa….!!! Gila… benar-benar gila…!"
'Hooo hebat juga kau bocah bisa lolos tanpa menjadi gila… berapa kali kau mati dalam mimpimu itu…?'
"67 kali... hanya karena ingin menambah umur 1 tahun lebih panjang… aku harus mengalami 67 kali kematian yang tak terhindarkan… ini gila…"
'Untuk menambah umur makhluk hidup itu harus merubah sel dalam tubuhmu… obat yang kau minum hanya alat bantu untuk merubah umurmu… efek sampingnya diperlukan untuk menjamin keampuhan obatnya…'
"Jadi itu sebabnya kau tidak menyarankan obat itu…? Ya kalau orang lain sudah pasti bakal gila sekali mengalami efek sampingnya…"
Rigma yang baru bangun tidur pun bangkit, saat ia keluar dari selimut terlihat tubuhnya yang basah karena keringat.
"Huaa… aku harus segera mandi… badan rasanya lengket banget…"
'Menahan rasa sakit akan kematian 67 kali semalaman… tentu membuat tubuhmu penuh keringat…'
"Benar juga… padahal aku baru bangun tidur… tapi rasanya sangat lelah…"
Rigma mengeluh sambil membuka pintu kamarnya untuk pergi ke kamar mandi. Sialnya ketika rigma menuruni tangga ia bertatapan muka dengan dini. Wajah dini pun langsung memerah, senyuman aneh dini pun terlihat. Rigma benar-benar lupa soal miasma yang keluar dari tubuhnya sejak menonaktifkan kekuatan.
"Gawat…! "
"Gawat kenapa tuan…? ♥"
Nada bicara dini juga terdengar tidak biasa dan membuat rigma panik. Syna hanya tersenyum saat melihat kondisi rigma yang panik di depan lawan jenisnya.
'Selamat bersenang-senang bocah…'
'Sialan kau syna… kau sengaja tidak mengingatkanku soal miasma kan…?'
'Hihihi… salahmu sendiri yang lupa…'
Syna pun menghilang dan membiarkan rigma berduaan bersama dini yang terkena pengaruh miasma.
"Tuan… ♥"
"Eh iya…!?"
Rigma terkejut ketika melihat dini sudah tepat berada di depannya, wajahnya sangat mendekat ke wajah rigma.
"Mau mandi…?"
"Iya memang kenapa kalau aku ingin mandi…?"
"Biar saya gosokin punggung anda ya…♥"
"Gak perlu… aku bisa melakukannya sendiri…!"
"Gak perlu malu tuan… ♥ saya memaksa… ♥"
Rigma pun akhirnya gagal mencegah dini untuk masuk ke kamar mandi bersamanya. Mereka pun akhirnya terpaksa mandi bersama seperti saat rigma mengalami kelumpuhan sementara. Namun kali ini rigma memberanikan diri untuk mengambil tindakan yang cukup agresif. Ia membalikkan tubuhnya dan membuat benda pusaka di selangkangannya terlihat jelas oleh dini.
"Tu… tuan… anda sudah keras ternyata… ♥"
"I-... itu karena payudaramu yang selalu menggodaku…"
Perkataan rigma pun terbata ketika menjawab perkataan dini soal benda tumpul di selangkangannya.
"Baiklah kalau memang salah saya… saya akan bertanggung jawab mengurus benda keras ini…"
" berhenti…!"
Rigma langsung menghentikan dini yang mencoba untuk mengocok benda keras miliknya.
"Kenapa tuan…?"
"Hisap…"
"Apa tuan…?"
Dini kebingungan dengan perintah singkat yang keluar dari mulut majikannya. Ia bertanya dengan nada yang menggoda karena tahu majikannya sedang gugup.
"Aku ingin kamu menghisap benda yang kamu genggam…"
"Baiklah kalau itu perintah anda…"
Dini pun membuka mulutnya lebar-lebar dan mendekatkannya ke benda keras yang ada di genggamannya.
*slurp…*
Bersambung...