Pertarungan Berdarah
Pertarungan sengit yang terjadi antara tim pemburu kriminal dengan para kriminal terjadi di empat titik. Rigma harus menghadapi pria aneh yang terlihat seperti orang gila dengan hobby membunuh. Rihak sang ketua tim harus berhadapan dengan pria bertubuh besar yang kekuatan fisiknya luar biasa. Asrea dan andreas harus menghadapi 4 orang kriminal yang mengepung mereka. Begitu juga tim geminis yang staminanya terus dikuras oleh para kriminal biasa.
"Kau akan segera mati…"
"Hahaha... Aku suka tatapan dan hawa membunuhmu itu… ayo lakukan…! Pertarungan sampai mati… hehe..."
"Matilah…! "
*swing… terhenti…*
Ketika rigma mengerahkan pedang senja untuk menusuk lawannya, pedangnya tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
"Apa yang terjadi…! Benang…!? "
"Tepat…! Aku seorang hider dengan kemampuan mengendalikan dan memperkuat benang… kalau tidak salah ada yang bilang jiwa pengelana milikku setara dengan peringkat S…"
"Cih…"
Rigma terlihat bingung dan terus berpikir cara untuk bertarung melawan pria berambut putih tersebut.
'Kalau memang benar apa yang dia katakan… aku tidak boleh menahan diri… sebab bisa merugikan bagiku nantinya…'
'Bocah… dia lawan yang berbahaya… kau harus menggunakan kekuatanku untuk bisa menang… sebab jiwa pengelananya adalah sang penguasa benang… kemungkinan peringkat S+...'
'Aku tahu…!'
Perlahan ukiran tato pada tubuh rigma mulai bermunculan dan mengeluarkan cahaya merah.
[Tato Sakral]
Kemampuan dari [tato sakral] yang digunakan oleh rigma adalah memperkuat tubuh dan jiwa hingga 20 kali lipat. Rigma sendiri baru menguasai 50% dari penggunaan [tato sakral], jadi ia hanya bisa menguatkan tubuh dan jiwanya 10 kali lipat. Namun berkat penguatan tersebut, kulit rigma sekarang sudah setara dengan baja dan sulit untuk digores.
"Percuma… ikat…"
Benang-benang di sekitar rigma langsung bergerak dan mengunci pergerakannya.
"Kalau orang biasa pasti sudah tidak akan bisa bergerak… tapi…"
Rigma tersenyum ke arah pria berambut putih sambil menggerakan tubuhnya dengan normal. Benang yang mengikat tubuh rigma putus satu-persatu, hal itu membuat pria berambut putih tercengang.
"Bagaiman mungkin… hehe… cuma bercanda… kalau kau pikir dengan melepaskan diri dari benangku sudah cukup untuk membunuhku… kau salah besar…!"
[Benang Pemotong Besi]
*swing…*
Benangnya melesat dengan cepat seperti pedang tak terlihat, benang itu memotong pepohonan besar di sekitarnya hingga akhirnya mengenai rigma.
"Hahaha… bagaimana…? Eh…!? "
"Sakit juga… ternyata benangnya bisa melukai tanganku seperti ini…"
Rigma menahan benang yang melesat ke arahnya dengan lengan kanan, ia pun menerima luka tebasan pada lengannya.
"Mu-mustahil….! Benangku harusnya bisa memotong tank baja menjadi dua…!"
"Sayang sekali… tapi kulit dan dagingku saat ini lebih keras dari sebuah tank baja… sekarang giliranku...!"
*menghilang…*
Rigma menerjang ke arah pria berambut putih dengan cepat, saat pukulannya hampir mengenai targetnya. Tiba-tiba tubuh targetnya seperti tertarik ke arah kiri sehingga pukulan rigma pun meleset.
*Bdoom…!*
Pukulan yang sangat keras dari rigma hanya berhasil menghancurkan tanah dan membuat suara ledakan.
"Oi… jangan menghindar dong…"
Tatapan rigma yang penuh dengan nafsu membunuh membuat pria berambut putih gemetar untuk pertama kalinya.
'Di-dia… bukan orang yang bisa aku lawan… instingku berteriak dan memintaku untuk lari… baru kali ini ada orang yang bisa membuatku gemetar… aku harus… LARI'
Pria berambut putih menggerakkan salah satu jarinya, lalu tubuhnya pun tertarik dengan cepat.
"JANGAN KABUR….!"
Rigma mengejarnya dengan penuh semangat, pria berambut putih pun tersenyum. Ia memikirkan sebuah cara untuk mengalahkan rigma sambil terus melarikan diri.
[Benang Pemotong Baja]
[Benang Pemotong Baja]
[Benang Pemotong Baja]
[Benang Pemotong Baja]
*duar… boom... *
Rigma terus memukul benang yang melesat ke arahnya dan membuat kedua tangannya penuh luka.
'Hihi… teruslah ikuti aku dan kau akan mati…'
Rigma terus mengejar pria berambut putih yang terus menyerangnya hingga kedua tangan rigma sudah penuh dengan darah. Tiba-tiba pria berambut putih berhenti bergerak di sebuah area terbuka.
"Mati kau….!"
"Heee… kau yang mati…"
*terhenti…!*
Rigma yang melesat dengan kecepatan penuh langsung terhenti di udara tanpa bisa bergerak sedikitpun.
[Segel Benang 1000 Lilitan]
"Hahaha,,,, mengikuti musuh yang kabur…? Apa kau pikir aku tidak berjaga-jaga untuk musuh dapat mengejarku…? Sekarang kau tidak akan bisa kemana-mana… kalau kau memaksakan dirimu untuk lepas… tubuhmu pasti akan tercincang..."
Rigma hanya tersenyum setelah mendengar penjelasan dari pria berambut putih soal benangnya.
"Kenapa kau tersenyum…!? Apa kau sudah gila…!?"
"Kau ini kuat… tapi kurang pintar... "
"Huh…!? Apa maksudmu…!? Cari mati ya…!?"
*cetar…*
Pria berambut putih sangat marah ketika melihat rigma menanggapi situasinya dengan santai. Ia pun menyerang wajah rigma dengan benangnya hingga membuat banyak goresan.
'Harusnya kau itu putus asa…! Bahkan etranger kelas 1 tidak bisa lepas dari segel benangku ini…! Atau mungkinkah…? Tidak tidak… tidak mungkin dia bisa…!'
"Heee… kenapa mesti marah begitu…? Kalau benang ini memang tidak terkalahkan kau harusnya lebih santai…"
"Aku hanya tidak suka orang lain meremehkan benangku…!"
[Lantunan 100 Benang Kematian]
Pria berambut putih mengerahkan banyak benang dari tangannya, ia pun menyerang rigma secara brutal dengan benang-benang tersebut. Pecutan demi pecutan yang sangat keras menghujani tubuh rigma berkali-kali. Setiap pecutan benang pria berambut putih mengeluarkan suara keras dan gelombang udara yang kuat.
"Haaa… haaa… bagaimana rasanya 100 benang kematian milikku,...!?"
Rigma yang sudah menerima serangan benang bertubi-tubi mengalami luka parah, darahnya pun menetes ke tanah. Tapi senyuman dari wajah rigma belum hilang, tubuh penuh luka tidak membuat hawa membunuh milik rigma hilang.
"Sudah selesai…? Lumayan juga rasa sakitnya… tapi sayang…"
[Heal]
Tubuh rigma pun mengeluarkan cahaya tipis dan secara perlahan luka pada tubuhnya menghilang.
"Mustahil kau bisa menggunakan kemampuan penyembuh…!?"
"Tidak hanya itu… sejak pertama melawanmu… aku belum pernah sekalipun menggunakan 100% kekuatan jiwaku…"
"Ja-jangan bilang…!"
*putus…*
Suara benang yang tertarik mulai terdengar, rigma sudah melapisi tubuhnya dengan kekuatan jiwa. Ia mulai berontak hingga membuat benang yang mengikat tubuhnya putus satu persatu.
'LARI'
Lagi-lagi insting pria berambut putih berteriak menyuruhnya untuk segera melarikan diri. Namun kakinya tidak mau bergerak sedikitpun karena rasa takutnya yang luar biasa.
"HAAAAA….! HAA…!"
*wush…*
Gelombang udara tercipta ketika rigma berhasil lepas dari kekangan benang yang melilit tubuhnya.
"Bersiaplah… karena sekarang giliranku…"
"Hiiii….!!"
[Kekuatan Naga : 10%] [Penguatan Fisik] [Tato Sakral] [Penguatan Jiwa]
Kekuatan rigma yang sangat besar membuat tanah tempatnya berpijak retak, tekanan udara di sekitarnya juga terlihat sangat kuat.
"Jangan cepat mati ya…"
*pukul… BOOM…!*
Seluruh area hutan buatan berguncang seolah terjadi gempa bumi yang dibarengi dengan suara gemuruh. Pukulan rigma melenyapkan sebagian hutan buatan yang berada di jalur pukulannya tanpa sisa.
"Ah… meleset… 😃 "
"Haaa.. sa-saya akan berhenti jadi pembunuh…"
"Apa…? Bukankah enak jadi pembunuh… bisa memotong manusia seenaknya…? Tetaplah jadi pembunuh… Biar aku bisa melakukan pukulan ke dua…"
"Hiiii… saya mohon ampun… saya akan melakukan apa saja… apa saja… asal jangan bunuh saya…"
Pria berambut putih bersujud sambil memohon ampun pada rigma dengan wajah memelas dan hidung penuh ingus.
"Apa saja…?"
"Iya benar… saya bersumpah atas nama Azin Kusuma mantan pembunuh bayaran…."
"Jadi namamu azin…"
"Iya tuan…"
"Baiklah… sekarang ikat dirimu di pohon itu dan tunggu aku kembali… kalau aku tidak melihatmu berada disini ketika aku kembali nanti… aku akan mengejarmu hingga ujung dunia sekalipun…"
"Hiii… baik…"
Masalah pertarungan rigma selesai, ia pun melanjutkan perjalanannya menuju markas musuh.
"Nia…! Bertahanlah nia…!"
"Tenanglah sella…! Kita masih harus melawan 8 orang yang tersisa…!"
Tim geminis sedang dalam kondisi babak belur setelah berhasil mengalahkan puluhan orang yang mengepung mereka. Para penjahat yang tersisa tersenyum melihat wanita yang sudah terluka parah dan kelelahan di hadapan mereka.
Bersambung…