webnovel

Rahasia Universitas Atma

Lautan Kenikmatan Jiwa

Harun benar-benar mendekati rigma meski payudaranya bisa dilihat dengan jelas di bawah sinar rembulan. Rigma berkali-kali menelan air liurnya, payudara harun memang tidak sebesar milik dini. Namun bentuknya yang bulat dan ukurannya yang terlihat pas untuk digenggam membuatnya memiliki daya tarik tersendiri.

"Ha-harun… paling tidak tu-tutupi payudaramu…"

"Kenapa… ? apa kau tidak menyukai mereka…? Memang benar sih… ukuran mereka jauh lebih kecil dari milik pelayanmu…"

"Bu-bukan… begitu…"

Syna yang melihat tingkah rigma, tertawa terbahak-bahak. Ia sudah sangat berpengalaman soal hal-hal romantis dan cinta karena succubus memang suka melihat manusia bercinta.

'Akan ku bantu sedikit bocah… fuhhh…'

Syna meniup telapak tangannya, lalu sebuah serbuk merah muda melayang di udara. Suasana di sekitar rigma pun tiba-tiba berubah menjadi lebih erotis.

"Jadi boleh aku tidur bersamamu…?"

"Bo-boleh saja…"

"Makasih… "

Senyuman manis harun terlihat sangat manis bagi rigma, hanya saja suasananya berubah karena harun hanya menggunakan celana dalam. Jantung rigma terus berdetak kencang ketika harun naik ke atas kasurnya.

'Gawat…. Benar-benar gawat… ini terlalu berat untuk perjaka sepertiku… apalagi sejak terapi mesum yang dilakukan oleh dini selama seminggu penuh ketika aku tidak bisa bergerak…'

Rigma mencoba tetap tenang sambil membalikkan tubuhnya, namun harun malah semakin agresif. Harun mendekati rigma dan perlahan memeluk tubuhnya dari belakang, rigma merasakan tangan lembut harun menyentuh dadanya. Rigma dapat merasakan kelembutan payudara harun menempel di punggungnya. Payudara harun memang tidak sebesar milik dini, namun ukurannya cukup besar untuk ukuran wanita pendek seperti harun.

"Jadi… jantungmu juga berdebar-debar ya... aku pikir hanya jantungku yang rasanya seperti mau meledak… tapi ternyata rigma juga merasakan hal yang sama…"

"Yah mau gimana lagi… sepertinya aku sudah tidak bisa menyembunyikannya… "

Rigma sudah terlanjur terpojok, ia tidak bisa terus berpura-pura acuh karena jantungnya terus berdebar-debar. Rigma membalikkan tubuhnya dan menatap wajah harun, mereka saling menatap dengan mata sayu. Perlahan rigma memberanikan diri untuk memeluk harun, gadis polos yang ia peluk pun terkejut.

'Ahhh… melihat dua pasangan muda mesra-mesraan di ranjang seperti ini membuatku bersemangat…'

Syna sangat senang dengan perkembangan suasana yang dibuat oleh rigma sekarang. Harun sendiri malah menjadi gugup, jantungnya berdebar semakin kencang saat rigma memeluknya balik.

"Rigma… "

"Harun… "

*cium…*

Keduanya pun berciuman mesra, rigma dan harun tidak bisa menahan diri mereka. Ciuman mereka perlahan mulai berubah menjadi permainan lidah yang liar. Tangan rigma mulai meraba payudara harun sambil meremas lembut kedua buah ranum itu.

"Rigma… "

"Harun… "

Entah kenapa rigma tidak bisa melawan nafsunya yang semakin kuat, ia mencoba memimpin. Rigma mengambil posisi di atas harun, mata mereka berdua pun berkaca-kaca. Rigma perlahan menurunkan celana dalam yang dikenakan oleh harun. Lalu sebuah garis rapat tanpa bulu pada selangkangan harun pun terlihat.

"Ta-tanpa bulu…"

"Kenapa… ? kamu tidak suka…? Aku dengar dari temanku para lelaki suka yang seperti ini jadi…"

"Tidak mungkin aku tidak suka… ijinkan aku mencicipinya…"

"Eh maksudnya apa…!?"

Kepala rigma turun hingga selangkangan harun, pemilik selangkangan tersebut dapat merasakan nafas berat rigma menyentuh kulitnya.

"Ka-kamu mau ngapain…? Jangan dilihat terus… aku malu…"

Rigma menahan kaki harun yang mencoba menutup rapat selangkangannya, harun hanya bisa menutup mukanya saat menahan rasa malu. Garis yang berada di selangkangan harun perlahan mulai mengeluarkan cairan bening. Rigma sangat penasaran dengan rasa dari cairan bening yang terdapat pada garis di selangkangan harun.

"Aku mulai ya…"

"Tung- … ahhh… ♥"

Harun terkejut ketika pertama kali merasakan sebuah benda licin dingin menyentuh bagian intimnya. Lidah rigma berhasil membuat harun merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan. Bagi harun rasa nikmat ketika rigma menjilati bagian selangkangannya sangatlah luar biasa. Pikirannya seakan melayang jauh, ia tak bisa memikirkan hal lain selain rigma.

"Rigmaa….♥ "

Suara harun terdengar bercampur dengan desahan, ia memejamkan matanya sambil memegangi kepala rigma. Rigma merasakan sebuah cairan keluar dengan deras dari garis pada selangkangan harun. Sebuah cairan unik dan lengket itu keluar hingga membuat sekitar bibir rigma basah. Rigma melihat betapa basahnya selangkangan harun sekarang ini, ia membuka lebar pintu goa kenikmatan harun.

"Ja… ngan… dilihat… "

Harun terlihat sangat malu ketika rigma mengintip bagian dalam lubang kenikmatannya yang penuh lendir cinta.

"Aku boleh masukin…?"

Harun hanya mengangguk, rigma sendiri sebenarnya sangat gugup ketika bertanya pada harun. Rigma baru pertama kali melakukan hal mesum sejauh ini, sebelumnya ia hanya mendapatkan permainan tangan atau mulut dari dini.

"Errrt… pelan-pelan…"

Harun merintih ketika rigma melakukan penetrasi pada lubang di selangkangannya. Rigma mencoba selembut mungkin ketika melakukan penetrasi. Ia tidak menyangka akan sangat rumit saat melakukan seks untuk pertama kali.

*bless… sobek…*

Akhirnya seluruh batang kemaluan rigma berhasil masuk ke dalam lubang kenikmatan harun dan menerobos selaputnya. Keperawanan harun pun berhasil rigma dapatkan, dengan ini ia juga telah melepas keperjakaannya.

"Sakit…? "

"Gak apa-apa… lanjutin aja pelan… pelan…"

Harun berusaha tetap tegar meski selangkangannya terasa sakit, rigma juga berusaha bergerak selembut mungkin. Rigma memaju mundurkan batang kejantanannya untuk mencari kenikmatan pada lubang selangkangan harun. Setelah beberapa menit lubang yang rigma masuki terasa semakin licin dan memudahkan penisnya keluar masuk.

"Rigma… ♥ lebih kenceng…."

Harun berbisik di telinga rigma dengan nafas berat, suara erotis tersebut membuat rigma makin bersemangat.

'Bagus anak muda… terus... Lalu penuhi rahimnya dengan cairan putih kental milikmu…'

Syna yang menonton dari alam bawah sadar rigma terlihat sangat bersemangat. Apalagi ketika rigma mengikuti instingnya sebagai seorang pejantan yang sedang horny. Goyangan pinggul rigma semakin cepat dibarengi dengan gerakan pinggul harun yang mencoba mengimbanginya.

"Harun aku… gak kuat..."

"Aku juga rigma… aku mau sampai…"

"Ahhhh… ♥"

*crot…*

Kedua insan muda itu mengalami puncak kenikmatan secara bersamaan, rigma memenuhi selangkangan harun dengan cairan putihnya. Keduanya pun terbaring lemas di atas kasur yang menjadi saksi bisu adegan persetubuhan mereka. Mereka berdua pun tertidur secara bersamaan hingga pagi hari. Rigma perlahan membuka matanya, ia merasakan sebuah kehangatan yang berbeda dari biasa.

"....!!"

Rigma langsung membuka selimutnya dan mendapati harun sedang memeluknya dalam keadaan bugil.

'Sial…. Jadi semalam itu bukan mimpi… '

'Oi bocah… semalam itu semangat yang sangat bagus… '

'Kau menonton semuanya kan…? Jangan bilang kau melakukan sesuatu juga tadi malam...'

'Ya aku hanya sedikit membantu agar suasananya menjadi lebih bagus…'

'Kau…! '

"Hmmmm…. "

Rigma berhenti mengoceh ketika mendengar lenguhan harun yang baru terbangun dari tidurnya.

"Rigma… met pagi…"

"M-met pagi…"

"Hmmm… ?"

Harun bingung ketika melihat rigma gugup saat menjawab salamnya yang baru saja bangun tidur.

"Ehhh….!? "

Harun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, wajahnya memerah dan ia terlihat sangat panik. Tidak hanya rigma yang berpikir kejadian semalam adalah mimpi, harun juga mengira semua adegan panas yang mereka lakukan hanya mimpi.

'Ja-ja-jadi semalam aku beneran gituan sama rigma… aduh aduh aduh aduh… gimana cara aku menatapnya sekarang…'

*brak…*

Tiba-tiba pintu kamar rigma terbuka membuat suasana hening pecah seketika, dini pun masuk dengan santai

"Tuan… nona… sarapan telah siap… mohon segera dimakan sebelum dingin…"

"Ba-baik… "

"Untuk nona harun saya sudah sediakan pakaian ganti dan handuk di sana… "

"Makasih… hehe…"

"Kalau begitu saya permisi…"

Wajah dini datar seperti biasa, ia tidak bertanya apa-apa soal kondisi rigma dan harun yang sama-sama tanpa busana di satu kamar. Rigma segera bangkit dan memakai pakaiannya, ia tidak bisa terus membuat harun malu dengan tetap berada di kamar.

"Aku duluan ya… kamu mandi saja dulu…"

"I-iya…"

Rigma pun datang ke meja makan dan menyantap sarapannya bersama dini. Dini terlihat lebih diam dari biasa, ia bahkan tidak berbicara sedikitpun ketika makan. Rigma sungguh lega karena dini orang yang terlalu acuh terhadap situasi seperti ini.

"Jadi bagaimana rasanya kehilangan keperjakaan…?"

"Bruaaahhh… "

Rigma yang sedang minum tentu kaget mendengar perkataan dini, air yang ia minum pun keluar dari mulutnya. Rigma tidak menyangka bisa mendengar suara ketus dari dini, apalagi wajahnya terlihat marah.

"Anu… "

"Tidak masalah kok tuan… mau tuan lepas keperjakaan dengan siapa itu hak tuan untuk memilih… "

"Hanya saja lain kali… tolong lakukan dengan lebih tenang… "

Harun yang baru selesai mandi tidak sengaja mendengar perkataan dini. Rigma melihat harun yang wajah merona karena malu, sepanjang sarapan harun hanya menundukkan kepalanya.

Para Peneliti Jiwa

"Selamat jalan tuan… nona…"

"Kami berangkat…"

Rigma dan harun pun pergi ke kampus bersama, di dalam mobil suasana sangat hening. Keduanya masih mengingat hal mesum yang mereka lakukan tadi malam.

"Anu… harun… "

"Ah iya…?"

"Ini… aku dengar hari ini hari ulang tahunmu… selamat ulang tahun..."

Rigma menyodorkan sebuah kotak kado kecil kepada harun, ia sudah menyiapkannya 2 hari yang lalu.

"Makasih… boleh aku buka…?"

"Silahkan… "

Harun pun mendapat sebuah jepit rambut dengan motif kupu-kupu berwarna biru. Harun terlihat sangat senang dengan jepit rambut barunya dan langsung memakainya di depan rigma.

"Bagaimana…? "

Rigma terkesima melihat rambut harun yang berwarna hitam sebahu terhiasi jepit rambut kupu-kupu darinya.

"Cantik… "

"Hehe… makasih…"

Senyuman harun langsung mencairkan suasana di dalam mobil, rigma pun terbawa suasana hangatnya. Mereka pun berhasil mengobrol dengan santai seperti biasanya, tak terasa akhirnya mereka sampai di kampus. Kegiatan kampus berjalan normal seperti kejadian yang menimpa rigma di mall mega park tidak pernah ada. Kasus retakan dimensi yang memakan puluhan korban memang sudah menjadi hal biasa di Indonesia. Namun ada juga orang-orang yang menentang sistem pengekangan etranger melalui dokumen.

Kegiatan mereka tidak terlalu banyak dan juga jumlah para penentangnya terlalu sedikit. Pemerintah pun menghiraukan mereka seperti angin lewat yang tidak menimbulkan dampak apapun. Lain cerita soal guild yang mencoba merekrut rigma melalui pesan recorder, mereka memiliki dampak besar. Banyak pencurian material monster dimensi yang melibatkan guild dari dunia bawah. Material monster dimensi sangat berguna untuk membuat senjata atau peralatan untuk para etranger.

"Materi hari ini cukup sampai disini… jika ada pertanyaan silahkan hubungi saya…"

Materi perkuliahan pun selesai lebih cepat dari biasanya, harun menahan lengan baju rigma ketika ia hendak pergi.

"Cie makin lengket aja…"

Teman sekelasnya mulai mengejek rigma dan harun yang terlihat seperti sepasang kekasih. Mereka pun segera pergi dari kelas sambil menundukkan kepala karena menahan rasa malu.

"Aku mau menemui seseorang dari klub penelitian sains… "

"Boleh aku ikut… ?"

"Hmmm… sepertinya tidak masalah…"

Mereka berdua pun pergi ke gedung laboratorium tempat klub penelitian sains berada.

"Permisi… "

"Iya… ada perlu apa ya…?"

Rigma bertemu seorang wanita cantik dengan rambut hitam dengan ikatan rambut cepol yang agak berantakan. Bentuk tubuh yang sintal dengan payudara besar menghiasi dadanya dan tinggi badan sekitar 170 cm, membuatnya terlihat menawan di mata rigma. Wanita itu menanyakan keperluan rigma berada di gedung laboratorium atma, ia terlihat seperti seorang dosen.

"Anu… kami disini ingin mencari orang bernama Niken Laudia… dari kub penelitian sains…"

"Kalau boleh tahu… ada perlu apa ya dengan niken…?"

"Kami berniat ingin bergabung dengan kub penelitian sains… lalu temanku menyarankanku untuk bertemu dengan niken…"

"Oke akan saya antar ke tempat niken… maaf sebelumnya namanya saya Yora Lisnian…. Dosen pembimbing klub penelitian sains…"

"Wah kebetulan sekali… maaf saya lupa memperkenalkan diri… nama saya rigma…. Dan ini teman saya harun…"

'Mereka terlihat seperti sepasang kekasih… tapi bisa juga mereka saudara… tapi aku tidak berharap banyak saat melihat penampilan mereka...'

Yora mengamati rigma dan harun dengan seksama untuk menilai potensi mereka dalam melakukan penelitian.

"Silahkan ikuti saya…"

Mereka pun menaiki lift untuk sampai ke tempat niken berada, liftnya berhenti di lantai 10 gedung laboratorium.

"Wah tumben ada bu dosen…"

"Niken… ada calon anggota baru yang ingin bertemu denganmu…"

"Oh iya makasih ya bu yora… sudah repot-repot mengantar mereka ke sini…"

Seorang wanita dengan rambut coklat pendek kuncir kuda menyambut rigma dan harun.

"Perkenalkan saya adalah niken... jadi dari mana kalian dapat rekomendasinya…?"

Rigma dan harun saling menatap ketika mendengar pertanyaan niken soal rekomendasi. Rigma pun mengingat soal surat wasiat jidris yang menuntunnya ke wanita bernama niken.

"Ini rekomendasi kami…"

"Ini…!? "

Niken terlihat sangat terkejut saat membaca surat wasiat dari jidris, ia langsung berlari kecil ke arah ruangan yora. Mereka terlihat memperdebatkan sesuatu di dalam kantor kecil tersebut, rigma dan harun hanya bisa melihat dari kejauhan. Niken dan yora pun keluar dari ruangan, mereka menghampiri rigma sambil memasang wajah serius.

"Apa benar jidris yang menyuruhmu ke sini…!?"

"Iya… itu benar… itu surat wasiat yang diberikan kakak jidris pada saya…"

"Sial… jadi benar jidris sudah memilih penggantinya…"

"Eh… ? pengganti…?"

"Kau tidak tahu…!? Baiklah nanti aku jelaskan sambil berjalan menuju ruangan klub yang sesungguhnya…"

Rigma dan harun kebingungan mendengar perkataan yora yang terdengar seperti klub peneliti sains memiliki sebuah rahasia.

"Anu… "

"Oh iya kau juga boleh ikut… kalau kalian rekomendasi dari jidris… aku sebagai dosen tidak bisa menolak…"

Yora bersama niken, harun dan rigma masuk ke dalam lift yang sebelumnya membawa mereka ke lantai 10. Lalu yora mengeluarkan sebuah kartu dari saku jas dokternya, kemudian sebuah laser scan muncul. Laser tersebut menscan kartu yang dipegang oleh yora hingga muncul sebuah tombol baru di pemilihan lantai. Tombol berwarna hitam dengan lambang seperti api berwarna hijau di tengahnya.

"Siap atau tidak… kita akan berangkat… ke laboratorium jiwa…"

"Ehhh…!? "

Lift yang mereka naiki terasa seperti turun ke lantai dasar dengan cepat sehingga getarannya terasa. Rigma dan harun agak panik ketika getaran terus berlangsung selama beberapa detik, entah sudah sejauh mana mereka turun saat liftnya bergetar.

"Selamat datang di laboratorium jiwa… tempat ini sangat rahasia… kalau sampai pemerintah tahu… semua orang di sini akan mati… jadi sebagai orang yang dipercaya oleh jidris… aku harap kalian bisa menjaga rahasia ini…"

Yora pun mulai bercerita soal kenyataan tentang Universitas Atma kepada rigma dan harun. Niken sendiri pamit untuk menjaga area klub penelitian sains yang menjadi penyamaran mereka. Laboratorium rahasia di bawah tanah digunakan untuk meneliti jiwa, sebuah kegiatan yang dianggap ilegal oleh pemerintah indonesia sejak tahun 2120. Mereka melakukan penelitian ini karena menganggap pihak pemerintah terlalu memonopoli pengetahuan. Jidris sendiri berperan sebagai penghubung antara guild bawah tanah dengan laboratorium ini.

Universitas Atma sendiri sudah lama menjadi sarana pertukaran informasi dunia bawah untuk guild. Untuk klub peneliti sains sendiri, baru berdiri selama 3 tahun dan ruangan bawah tanahnya baru selesai dibangun 2 tahun yang lalu. Yora juga menjelaskan alasan kenapa identitas universitas atma sebagai sarana pertukaran informasi tidak diganggu. Pemerintah juga diuntungkan dengan adanya pusat penyebaran informasi dunia bawah di kampus atma. Mereka jadi lebih mudah membatasi pergerakan guild di dunia bawah.

"Jadi semua ini bersangkutan dengan guild…"

"Rigma… guild itu apa…?"

Harun yang belum tahu soal guild tentu saja kebingungan saat mendengar obrolan yora dan rigma.

"Guild adalah sebuah organisasi etranger bawah tanah yang beroperasi secara ilegal… mereka tidak memiliki surat izin resmi seperti organisasi etranger… mereka memiliki pengaruh besar di dunia bawah… sebab mereka adalah kumpulan etranger yang tidak takut dengan pemerintah…"

"Jadi mereka orang jahat…?"

"Tidak juga… kalau soal jahat atau baik… aku ragu bisa bilang kalau pejabat pemerintahan negara kita adalah orang baik… "

"Jadi intinya…?"

"Intinya aku tidak tahu mereka orang jahat atau orang baik…"

Rigma terlihat sangat serius saat menjelaskan soal guild serta dunia bawah kepada harun.

"Hahahaha… kalau aku jelas akan berkata lain… guild adalah tempat bagi orang-orang baik… bisnis mereka memang ilegal… tapi tujuan mereka untuk membantu para korban retakan dimensi…"

"Membantu korban retakan dimensi…?"

Rigma benar-benar tidak mengerti maksud dari perkataan yora soal guild yang ingin membantu korban retakan dimensi.

"Apa kalian tidak tahu… sebenarnya sudah ada alat untuk melacak dimana lokasi retakan dimensi akan muncul… dan kapan retakan dimensi itu mulai muncul…"

"Apa…!? Bagaimana bisa…!? Kenapa alat tersebut tidak pernah disebutkan di majalah penelitian manapun…!?"

"Alatnya sangat sulit dibuat… sebab material dunia bawah sangat terbatas… sekarang ini guild hanya memiliki 25 buah alat pendeteksi… soal teori alat tersebut… kami juga memilikinya… oh iya…. hari ini kalian akan dilantik secara resmi menjadi anggota baru kami…"

"Eh hari ini…!?"

"Yap… dan jangan berpikir untuk lari… sebab kalian sudah mengetahui rahasia tentang tempat ini…"

Rigma melihat ke arah harun yang terus bersembunyi di belakangnya, ia mungkin bisa saja menggunakan kekuatan syna untuk lari. Tapi harun berbeda, ia hanya manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan etranger.

"Cih baiklah… kami akan bergabung…"

"Hehe... pilihan yang bagus…"

Hari itu tangan rigma dan harun dipasangi sebuah chip kecil untuk berjaga-jaga apabila mereka berkhianat. Chip tersebut akan meledakkan tangan mereka, chip tersebut juga dapat menunjukkan lokasi keberadaan mereka.

"Dengan ini kalian resmi menjadi anggota peneliti jiwa… sekarang biar aku ajak kalian berkeliling..."

Rigma melihat banyak hal di laboratorium rahasia tersebut, ukuran laboratorium 2 kali luas gedung utama kampus atma. Yora menjelaskan soal aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar saat berada di dalam laboratorium rahasia. Pertama, dilarang membawa smart device atau perangkat eletronic yang memiliki gps. Kedua, tidak boleh membawa orang asing seenaknya ke dalam laboratorium. Ketiga, tidak boleh merekam aktivitas yang ada di dalam laboratorium.

"Bagaimana sudah paham…?"

"Iya… paham… ngomong-ngomong kapan kami dapat kartu seperti milikmu…?"

"Kartu ini adalah sesuatu yang spesial… hanya beberapa orang yang memilikinya… meski kalian menjadi anggota peneliti jiwa… belum tentu bisa memiliki kartu ini… yang memiliki kartu ini hanya ada 5 orang… aku, niken, andi, teram, dan lisa… "

"Jadi niken berada di atas untuk membawa anggota lain ke bawah…"

Yora membalikkan badannya dan tersenyum manis ke arah rigma karena tebakannya benar.

"Benar… ah iya… aku lupa bertanya… bagian mana yang ingin kalian pelajari terlebih dahulu…? Bagian mesin pelacak retakan dimensi…? Bagian penguatan jiwa…? Bagian pemulihan jiwa…? Atau lab bagian senjata jiwa…?"

"Bahkan pemulihan jiwa dan senjata jiwa juga ada…? Menarik… tapi aku ingin bertanya dulu… sudah sejauh mana penelitian pemulihan jiwa sekarang ini…?"

"Setahuku mereka sudah sampai dimana mereka bisa memulihkan energi jiwa seorang etranger setelah bertarung habis-habisan…"

"Berarti belum ada cara memulihkan kontaminasi jiwa…?"

"Belum… "

"Kalau begitu aku memilih kebagian senjata…."

"Hooo… pilihanmu sedikit menarik..."

bersambung...

Next chapter