webnovel

Insiden Di Kehidupan Baru

Bisikan Dari Kegelapan

Pertemuan antara ayah dan anak malah terjadi setelah sebuah insiden yang memukul hancur mental sang anak.

"Kenapa yah…? Kenapa…!? Padahal aku hanya memalingkan matanya darinya kurang dari 15 menit…"

Rigma benar-benar terpukul melihat kondisi aisha yang begitu parah. Kondisi koma saat mengalami kontaminasi jiwa sangatlah mengerikan. Belum ada satu penelitian pun yang menemukan cara menangani kontaminasi jiwa. Cara satu-satunya untuk menjaga korban agar tetap hidup adalah mesin penetral jiwa.

"Tenang rigma…"

Seorang wanita berambut coklat panjang dengan jas putih memeluk rigma dan mencoba menenangkannya. Wanita dengan wajah cantik tersebut adalah Tiana Alisman, ibu kandung risma dan istri sah aldiano.

"ibu... "

Rigma pun perlahan mulai meneteskan air matanya yang sebelumnya tertahan oleh kemarahannya. Pelukan hangat sang ibu membuat kemarahan rigma mereda, aldiano merasa tenang ketika melihat kondisi anak yang lebih baik.

"Sanjaga… maaf merepotkanmu… tapi untuk korban bernama aisha… aku yang akan mengurusnya... "

"Siap… tentu saja boleh… ini tidak merepotkanku sama sekali pak…"

"Terima kasih…"

Sanjaga baru tahu soal jenderal aldiano yang selama ini ia segani datang secara pribadi dengan pesawat induk hanya untuk anaknya.

"Ayo rigma lebih baik kita cepat membawa aisha ke rumah sakit khusus…"

Rigma hanya mengangguk menjawab perkataan ibunya, akhirnya mereka pun menaiki kapal induk untuk membawa aisha. Hanya satu rumah sakit yang memiliki fasilitas terbaik untuk merawat pasien kontaminasi jiwa. Rumah sakit khusus etranger, sebuah rumah sakit yang berada di daerah jawa barat. Pasien yang dirawat di rumah sakit khusus etranger kebanyakan adalah etranger yang terluka parah atau korban retakan dimensi.

Aisha sendiri dibawa ke kamar perawatan khusus intensif, sebuah kamar khusus untuk perawatan vip. Semua proses perawatan aisha berjalan dengan baik sampai tubuhnya masuk ke dalam kapsul pemurni jiwa. Sebuah teknologi untuk mencegah korban kontaminasi jiwa meninggal, sebuah kapsul yang beberapa tahun terakhir ditemukan. Dokter yang bertanggung jawab atas asiha bilang kondisinya sudah aman, lalu sang dokter pergi dari ruangan tersebut.

"Semuanya akan baik-baik saja… ayah akan menjamin semua biaya perawatannya sampai obat dari penyakit kontaminasi jiwa ditemukan…"

"Maaf yah... tapi sepertinya itu mustahil… penelitian soal kontaminasi jiwa sudah dilakukan selama puluhan tahun semenjak pertama kali kasus ini muncul… tapi belum ada tanda-tanda kalau obatnya akan ditemukan…"

"Tapi setidaknya kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan… kau juga harus bisa melakukan apa yang bisa kau lakukan…"

"Apa yang bisa dilakukan seorang remaja yang baru lulus SMA…!? Aku hanya bisa melihat dari luar barikade dan menunggu pasukan khusus menangani retakan dimensi… hasilnya tentu akan mengecewakan…!"

"Kau bisa memulai dengan mencoba jadi etranger… untuk mencegah kejadian seperti ini terulang kembali…"

"Haha… etranger yang hebat yang selalu jadi pujaan meski datang terlambat dan gerakannya dibatasi oleh selebar kertas…!? Maaf aku lebih tidak sudi menjadi etranger kalau harus seperti itu…!"

"Rigma…! "

Rigma pergi meninggalkan ayahnya setelah berdebat, tiana langsung menghentikan suaminya yang hendak mengejar rigma.

"Dia butuh waktu untuk menyendiri…"

"Tapi…"

"Dia baru berusia 18 tahun… emosinya masih labil…"

"Aku tidak pernah ingat mengajarkannya menjadi orang lemah…"

"Tapi cara mendidikmu ketika rigma masih kecil terlalu berlebihan… itu sebabnya dia tidak suka kekerasan…"

Aldiano pun menghentikan niatnya untuk mengejar rigma, sebab ia juga tahu keberadaannya tidak membantu sama sekali untuk saat ini. Rigma memilih untuk menyendiri di area taman belakang rumah sakit sambil melamun.

'Kenapa kau sangat membenci etranger…?'

"Siapa kau…!? sudah dua kali aku mendengar suaramu…"

Rigma dikejutkan oleh suara misterius yang kembali terdengar di kepalanya. Ia tahu pemilik suara misterius itu bukanlah sosok sembarang yang hanya sekedar iseng.

'Hahaha… maaf atas ketidak sopanan ku…'

Sosok wanita berambut pirang kuning dengan dua tanduk yang menghiasi kepalanya perlahan mulai terlihat di depan rigma. Bola mata merah dan bibir tipis sosok tersebut menambah kecantikannya. Di punggungnya terdapat sebuah sayap berwarna hitam seperti sayap kelelawar. Pakaiannya yang hanya menutupi payudara dan organ intimnya membuat rigma menelan air liurnya sendiri.

"Perkenalkan nama saya Syna Arfintos.... Ratu succubus ke 5 yang dipilih langsung oleh dewa kegelapan…"

"Ja-jadi kau benar-benar succubus… aku pikir mataku salah menilai…"

"Aku tidak tahu bagaimana penggambaran succubus di dunia ini… tapi kalau memang sama seperti wujudku… berarti dulu memang pernah ada seseorang dari kaumku yang datang ke dimensi ini…"

Wujud fisik yang dimiliki oleh syna sangat mirip dengan penggambaran succubus dalam sejarah makhluk mitos. Namun rigma tidak pernah tahu wujud succubus bisa sangat cantik seperti sosok yang ada di depannya.

"Oke langsung ke intinya saja… kenapa hanya kau yang menampilkan wujud di depanku…"

"Hooo… jadi kamu bisa merasakan keberadaan mereka berdua…"

"Bukan itu… jelas-jelas aku bisa melihat bayangan lain yang ada di belakangmu…"

"Hmmm itu malah membuatnya lebih menarik… dua sosok yang tidak menampilkan wujudnya sekarang… karena mereka masih menilai kepantasan dirimu…"

"Kepantasan…? Sebagai apa…?"

"Sebagai wadah…"

"Jadi kalian ingin aku menjadi etranger…?"

"Tepat…"

"Maaf aku tidak tertarik…"

Rigma langsung berdiri dan berjalan pergi menjauhi syna, melihat reaksi rigma tentu membuat syna terkejut.

"Eh…!? Apa maksudmu tidak tertarik…?"

"Seperti yang aku bilang aku tidak tertarik menjadi etranger…"

"Ta-tapi… etranger itu memiliki kekuatan besar tahu… apalagi aku ini ratu succubus dan kau cocok sebagai wadahku… jadi kalau kau membuat kontrak denganku… kau akan langsung jadi sangat kuat…"

"Untuk apa…? Sekarang ini aku tidak terlalu membutuhkan kekuatan…"

"Ehhhhh….!? Apa kamu yakin tidak mau menjadi orang kuat dan terkenal…?"

"Sangat yakin… aku tidak pernah sudi menjadi sosok etranger yang hanya bisa pamer kekuatan tanpa bisa menyelamatkan siapa pun... "

Syna benar-benar dibuat kehabisan kata-kata untuk menjawab perkataan rigma soal etranger. Namun syna juga tidak bisa begitu saja pergi mencari wadah lain, sebab kecocokan untuk jiwa pengelana kuat sepertinya sangat sulit dicari.

"Paling tidak pasti akan bermanfaat bila kau memiliki kekuatan bukan…?"

"Tetap tidak tertarik… kenapa kalian tidak mencari orang lain saja… di dunia ini pasti ada orang yang jiwanya lebih kuat dariku…"

"Soal itu… kami memiliki jiwa yang agak spesial… berbeda dengan jiwa pengelana lainnya…"

"Berbeda…? Apa maksudmu…?"

"Jiwa pengelana pada dasarnya mencari orang dengan jiwa yang kuat untuk bisa menjalin kontrak… tapi kami berbeda… sebab tidak hanya membutuhkan jiwa yang kuat… tapi juga frekuensi jiwa sang kontraktor harus cocok dengan frekuensi jiwa kami... sekuat apapun jiwa manusianya kalau frekuensinya tidak cocok… kontrak akan langsung hancur… ditambah kami berbeda dengan jiwa pengelana biasa yang bisa 3 kali gagal mencoba… jiwa kami akan langsung hancur, jika memaksa wadah yang tidak cocok untuk di tinggali…"

"Hmmm…"

Rigma terlihat mulai sedikit berpikir, ia mengumpulkan semua kemungkinan yang ada dari perkataan syna.

'Kalau memang mereka benar akan langsung hancur kalau coba-coba dengan wadah yang belum tentu cocok… aku jadi agak kasihan… tapi aku tidak mau jadi etranger yang menjijikan…'

"Seberapa lama jiwa kalian akan bertahan tanpa wadah…?"

"Kalau berdasarkan kekuatan kami… mungkin 1 tahun… setelah itu kami akan lenyap…"

"Kalau begitu untuk sementara kalian bebas mengikutiku… aku akan mencoba memikirkan tawaran kalian... "

"Benarkah…!?"

"Iya… sebab aku benci para etranger..."

"Baiklah…"

Rasa iba rigma membuat keberadaan syna dipertimbangkan olehnya, namun isi kepala rigma saat ini hanya meneliti soal kontaminasi jiwa. Rigma kembali melamun sambil mengingat kenangan-kenangannya bersama aisha semasa sekolah. Tak terasa hari sudah petang, rigma pun kembali untuk menemui ayah dan ibunya di ruang perawatan aisha.

"Rigma… "

"Maafkan aku terbawa emosi yah… tapi aku tetap tidak pernah ingin menjadi etranger... "

"Tidak masalah… ayah dan ibumu sudah sepakat untuk membiarkanmu memilih jalan yang kau mau… dengan 1 syarat…"

"Syarat…? "

"Iya… mulai besok ayah akan mengirim seseorang yang akan membantu dalam urusan rumah, memasak dan lain-lain… kalau kau menerima syarat ini ayah tidak akan keberatan…"

"Ya… kalau cuma itu sih aku tidak masalah… asal dia tidak mengganggu kegiatan penelitianku nanti… dan aku ingin masuk universitas di dekat sini… "

"Maksudmu Universitas Atma…?"

"Ya… "

Universitas Atma adalah sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di area purwakarta. Alasan rigma memilih universitas tersebut adalah jaraknya cukup dekat dengan rumah sakit khusus etranger dan memiliki jurusan kimia farmasi. Aldiano senang melihat semangat hidup anaknya belum padam karena gagal melindungi aisha.

"Kalau begitu ayah akan menyiapkan semua kebutuhanmu disini… sebelum itu kau juga harus bersiap-siap, bukan…? ayah dan ibu juga tidak bisa terlalu lama menggunakan pesawat induk seenaknya…"

"Iya… "

Setelah mengantar rigma kembali ke rumah lamanya, aldiano dan tiana pun pergi untuk kembali menjalankan tugas mereka. Tujuan adanya kapal induk tidak lain adalah sebagai arena pertarungan etranger melawan retakan dimensi yang terjadi di langit. Banyak kasus retakan dimensi muncul di langit dan monster dimensi yang keluar juga dapat terbang atau berukuran besar.

Awal Bencana

Tiga minggu berlalu sejak rigma mengurus kepindahannya dan ia pun sudah diterima di universitas atma.

*ting tong…*

Rigma yang sedang mencari bahan untuk penelitiannya dikagetkan oleh suara bel rumah barunya.

"Haaaa…. Siapa sih pagi-pagi gini… ganggu aja…"

Rigma mengeluh sambil meninggalkan laptopnya untuk melihat tamu yang ada di depan pintu rumahnya.

*buka…*

"Selamat pagi tuan rigma… saya Dini Amirah… saya diperintahkan oleh jenderal aldiano untuk mengurus kebutuhan anda mulai sekarang…"

Seorang wanita berambut hitam pendek model bob muncul di depan rigma, kulit putihnya terlihat sangat khas.

"Jangan bilang kamu bukan asli indonesia…"

"Iya… saya dipungut oleh jenderal aldiano setelah diselamatkan dari peperangan di area palestine…"

"Ah iya… disana memang rawan perang… oh iya… ayo masuk dulu… kita lanjutkan obrolannya di dalam…"

"Baik…"

Rigma pun melanjutkan pembicaraan mereka di area tengah sambil menyuguhi dini teh hangat.

"Jadi… kau yang disuruh ayah untuk mengasuhku…?"

"Benar tuan…"

"Baiklah bahasa indonesiamu cukup bagus… sejak umur berapa kau dirawat oleh ayahku…?"

"Sudah 8 tahun sejak pertama kali saya bertemu beliau…"

Rigma menatap dini dengan tatapan tajam, ia mencoba mengamati setiap sudut tubuh wanita yang ada di depannya.

'Dilihat dari bentuk tubuhnya… jelas sekali dia ini sangat terlatih… ayah pasti sudah melatihnya dengan baik…'

Rigma dapat membedakan orang yang memiliki kemampuan bertarung hanya dengan mengamati bentuk tubuhnya.

"Baiklah langsung ke intinya… sebutkan semua keahlianmu…"

"Baik… saya ahli beladiri jarak dekat… terutama seni beladiri menggunakan pisau… saya dapat mencuci piring dan pakaian… saya juga ahli dalam memasak dan membersihkan rumah… sa-saya juga ahli dalam urusan memenuhi kebutuhan ranjang…"

"Bruuuuussshh… uhuk…!"

Rigma yang sedang meminum tehnya langsung tersedak ketika mendengar keahlian terakhir dini.

"Si-siapa yang mengajarimu hal seperti itu…!?"

"I-itu… jenderal aldiano…"

"Orang tua brengsek… jadi gosipnya suka selingkuh itu benar…! Kalau ketemu kau harus bersiap ayah keparat…!"

Rigma memang pernah mendengar dari ibunya kalau ada banyak gosip yang beredar soal aldiano. Aldiano ayah rigma dikabarkan sering bermain di belakang tiana, tapi tiana sendiri menyadari kekurangannya yang selalu sibuk dengan penelitian. Itu sebabnya ia menyuruh rigma untuk tidak terlalu keras pada ayahnya. Sebab ayahnya hanya memenuhi kebutuhan alaminya dan tidak pernah menikah lagi.

"Ahh maaf aku terbawa emosi… jadi apa kau sudah mengurus semua penyamarannya…"

"Daripada dibilang penyamaran… hal ini lebih cocok dibilang kerja sambilan… sebab saya akan mengajar sebagai asisten pembimbing pencak silat di kampus anda…"

Rigma sadar tidak ada yang bisa ia lakukan untuk merubah kelakuan ayahnya. Rigma merasa aneh pada ekspresi wajah dini, sebab hanya perkataannya yang terbata saat mengatakan soal perbuatan mesumnya bersama ayah rigma. Dari tadi rigma melihat dini terus menjawab pertanyaannya dengan wajah datar. Lebih tepatnya rigma hampir tidak bisa melihat adanya pada wajah dini, perubahan mimik wajahnya terlalu sedikit.

"Ahhh gerombolan maniak silat itu ya… aku juga mendapat tawaran dari mereka… tapi sayang aku tidak begitu tertarik…"

"Saya pikir anda cukup berbakat dalam beladiri tuan…"

"Begitu ya… tapi sayangnya aku tidak sekuat ayahku… "

"Anda terlalu merendah…"

Rigma mencoba menghiraukan ekspresi wajah dini yang terlihat tanpa ekspresi dan terus mengobrol dengannya.

"Itu kenyataan… ngomong-ngomong obrolan kita harus berakhir di sini… sebab aku harus berangkat ke kampus… kamarmu berada dilantai dua tepat di sebelah kamarku yang ada papan namanya…"

"Baik tuan… saya izin untuk membereskan kamar saya…"

"Silahkan… "

Rigma pun ikut naik ke lantai dua untuk mengganti pakaiannya dan berangkat ke kampus. Rigma berangkat sendirian ke kampus, ia sekarang tahu tugas yang diberikan ayahnya pada dini bukan untuk menjaga dirinya. Sebab rigma tahu dini tidak akan membiarkannya pergi sendirian, kalau tugas utamanya adalah sebagai bodyguard. Rigma pun termenung di dalam mobil pribadinya, sebuah mobil yang dapat menyetir dengan sendirinya.

"Aaaaahah… gadis yang aneh… menurutmu gimana syna...?"

"Hihihi… dia gadis yang terlihat sangat membara…"

Syna yang terlihat sangat senang muncul di samping rigma, tentunya rigma merasa aneh dengan perkataan syna tentang dini.

"Membara…? Maksudmu apa…?"

"Kami para succubus punya mata yang unik… dimana kami bisa melihat kobaran nafsu yang dimiliki seseorang…"

"Kobaran nafsu…?"

"Jadi intinya kami bisa mengetahui besarnya nafsu yang dimiliki oleh manusia melalui jiwa mereka…"

"Oh begitu… sebentar… jangan bilang kau juga bisa melihat punyaku…!"

"Hehehe… "

"Jangan cuman tertawa…!"

Tak lama setelah mengobrol dengan syna, rigma pun tiba di kampusnya. Banyak mahasiswa yang berdatangan dengan menggunakan kendaraan pribadi mereka masing-masing.

"Manusia itu sangat aneh ya… mereka suka sekali berkumpul pada satu tempat…"

"Apa tidak masalah menunjukkan wujudmu seperti ini…?"

"Tidak masalah… sebab hanya kau yang ku ijinkan melihat wujudku…"

Rigma pun merasa tenang saat mendengar penjelasan syna, sebab ia bisa mendapat masalah kalau ada orang yang melihat penampilan syna yang vulgar.

"Sekarang waktunya masuk kelas…"

"Jadi ini ruang kelasmu…? Pintunya besar ya…"

Rigma pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kelas E jurusan kimia farmasi.

"Yooo rigma… akhirnya kau datang juga…"

"Yaa… ada apa kali ini jidris…?"

Rigma telihat enggan menjawab sapaan dari teman kelasnya, Jidris Kurnia. Jidris adalah seorang remaja aktif yang selalu riang dan mencoba mendekati rigma.

"Ini soal si harun… dia katanya melihat cairan jiwa murni di pusat farmasi… yang ada di mall mega park itu…"

"Cairan jiwa murni…? Apa aku tidak salah mendengarnya…?"

Cairan jiwa murni adalah ekstraksi dari monster dimensi yang masih segar atau baru tewas. Sebuah cairan yang cukup berharga untuk membuat obat-obatan atau penelitian tentang jiwa.

"Apa kamu tertarik rigma…?"

Seorang gadis yang tingginya sama dengan rigma adalah Harun Lanias. Harun terus mendekati rigma saat masa orientasi kampus berlangsung seminggu sebelumnya. Sebab harun sangat pemalu menghadapi banyak orang yang berkumpul di satu tempat. Jurusan kimia farmasi memang berisi kumpulan orang-orang unik yang sifatnya aneh-aneh.

"Ya sedikit… tapi... "

"Ayolah ikut dengan kami melihatnya…"

"Cih… iya-iya aku ikut dengan kalian… puas…?"

Rigma tidak pernah bisa menang ketika berargumen dengan jidris, sebab ia selalu pandai memaksa orang dengan senyumannya.

'Jadi kamu lemah melawan orang yang murah senyum ya…'

'Diam kau syna… aku hanya tidak ingin menyebabkan masalah…'

'Pffft… tak usah malu... '

'Cih…'

Rigma bersama harun dan jidris pergi ke mall setelah mata kuliahnya selesai hari itu. Syna terlihat sangat mengantuk karena mengikuti pelajaran yang dipelajari rigma.

"Huaaahh… sungguh membosankan pelajaran alchemy di dunia ini…"

"Jadi di tempatmu kimia disebut alchemy…?"

"Benar… dan lagi ilmu pengetahuan di dunia ini tentang alchemy jiwa masih terlalu dasar…"

"Sebentar… kalau begitu di dimensimu sudah ditemukan obat untuk penyakit kontaminasi jiwa…?"

"Bukan obat… tapi cara menyembuhkan jiwa yang terkontaminasi adalah ritual pemurnian jiwa… kalau di dunia ini mungkin disebutnya terapi…"

"Apa kau bisa melakukannya…?"

Harun dan jidris terheran-heran melihat rigma berbicara sendiri sambil berjalan menuju area parkir. Rigma tentu tidak menyadari keberadaan harun dan jidris yang berada 20 meter di belakangnya.

"Kadang dia suka berbicara sendiri ya…"

"Iya aneh… "

"Jangan bilang dia sedang berbicara dengan jiwa pengelana…!"

"Tunggu jidris… ka-kalau memang rigma seorang etranger… buat apa dia repot-repot masuk ke universitas atma...?"

"Benar juga… etranger memiliki bayaran tinggi entah itu yang ada di kepolisian, TNI ataupun organisasi etranger…. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan soal biaya hidup... "

Harun dan jidris semakin kebingungan memikirkan banyak kemungkinan lain yang ada di kepala mereka.

"Lebih baik kita tanya langsung ke orangnya…"

Ketika rigma sedang mencari kunci mobilnya, harun dan jidris pun menghampirinya.

"Rigma… "

"Eh…? Iya…?"

Rigma agak terkejut melihat jidris dan harun yang sudah berada di belakangnya. Rigma heran kenapa mereka harus menghampirinya di area parkir seperti ini.

"Mobilmu muat untuk 4 orang kan…?"

"Iya begitulah… memang kenapa…?"

"Kami bisa ikut di dalam mobilmu…?"

"Bukannya kalian bawa mobil sendiri…?"

"Kami hanya ingin perjalannya jadi penuh obrolan… benarkan harun…"

"I-iya… benar kata jidris…"

"Kalau begitu baiklah… kalian boleh ikut…"

Suasana hening pun tercipta di dalam mobil rigma, tidak ada satu pun obrolan yang di mulai oleh jidris dan harun.

"Oi… "

"Ke-kenapa kau terlihat kesal rig…?"

"Kalian bilang ingin ikut mobilku karena ingin mengobrol… tapi sekarang malah pada diam… kita dah 5 menit di perjalanan…"

"Rigma… kamu sebenarnya tadi bicara sama siapa ketika jalan ke parkiran kampus..?"

"...!"

Rigma langsung panik ketika mendengar pertanyaan tersebut, ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

"Itu… aku banyak mengoceh sendiri…"

"Tapi kamu terlihat seperti berbicara dengan seseorang… "

"Kalian mungkin salah lihat…"

"Harun… tidak baik terlalu mengusik urusan pribadi seseorang… setiap orang memiliki rahasia yang tidak bisa ia beberkan…"

Rigma merasa kesal dengan ucapan jidris yang seolah menyindir dirinya, tapi di sisi lain ia terbantu berkat perkataannya. Tanpa terasa mereka pun sampai di mall mega park, mall terbesar di daerah purwakarta yang didirikan tahun 2135.

"Siapa sangka mal ini sudah berdiri selama 15 tahun…"

"Ya dengan banyak renovasi sana sini…"

Rigma menjawab perkataan jidris dengan nada ketus sambil berjalan memasuki area mall. Kerumunan pengunjung dan toko-toko barang mewah berjajar di dekat area pintu masuk.

"Ramai banget…"

"I-iya …"

Harun terlihat gugup melihat keramaian dan terus bersembunyi di balik badan rigma.

"Ayo… lebih cepat selesai lebih baik…"

"Yooo… "

Rigma ingin segera menyelesaikan acara kunjungan ke pusat farmasi dan melihat cairan jiwa murni.

"Jadi ini pusat farmasi… bagus juga…"

"Ini adalah tempat membeli bahan kimia paling lengkap di purwakarta… "

*berguncang…*

Rigma dikejutkan oleh sebuah guncangan yang membuat seluruh mall bergetar.

*teeeetttt….*

"Bunyi alarm retakan dimensi…!?"

Alarm retakan dimensi adalah sebuah sinyal peringatan yang harus dimiliki oleh setiap mall untuk menjamin keselamatan pengunjung. Alarm tersebut dipasangi radar energi jiwa skala kecil untuk mencari retakan dimensi.

"Retakan dimensi…? Apa maksudmu rigma…?"

"Sekarang di mall ini telah muncul sebuah retakanan dimensi... "

Rigma terlihat sangat serius ketika menjawab pertanyaan jidris, sebab ia paling tahu seberapa mengerikannya retakan dimensi itu.

Bersambung…

Next chapter