webnovel

SENYUM YANG HILANG I

Saat ini, aku sedang melirik lapangan tengah sekolah kami yang merupakan panggung masa muda karena dipenuhi dengan orang-orang seperti itu.

Selain sendirian di kelas ini setelah Billy meninggalkanku, nada dari lagu yang beberapa kali terngiang di dalam kepalaku membuat suasana di ruangan ini tak pernah sepi.

Jendela dari urutan mejaku masih belum tertutup membuat angin lembut membelai rambutku yang sebelumnya sangat jarang kutata ini bergoyang layaknya rumput di lapangan luas yang biasanya ada di dalam anime-anime.

Angin itu seperti sedang membawa awan hujan mengarah padaku.

Yang terakhir dari orang-orang di lapangan itu, Billy berjalan dengan langkah keras seolah sedang ingin menghadapi raja iblis atau semacamnya.

Dari atas sini aku tak terasa mengikuti jalannya dengan lirik mataku seperti sedang ditarik oleh magnet kehidupan.

Di depan gerbang sana ada dua orang yang menghadangnya, memakai baju hitam putih layaknya agen CIO dari sebuah perusahaan besar.

Dengan sedikit berbicara dengan mereka, Billy berlari ke arah yang sama dengan rumahku.

Dan tanpa sadar aku mengejarnya.

Benar juga, jika diingat-ingat lagi aku tak tahu di mana rumah Billy, aku juga tak tahu apa yang terjadi padanya, tapi ini sepertinya adalah masalah yang sedikit besar.

Meskipun aku sudah berusaha mengejar mereka aku harus menyerah karena mengingat kondisi jantungku yang sudah tak sama seperti dulu.

Kini aku memperlambat langkah kakiku dengan nafas yang terhenga-henga mengaturnya.

Kemudian, aku tak peduli lagi dengan apa yang sedang aku lakukan.

Kembali menjalani jalan yang sama, sama seperti kebiasaanku sebelumnya.

Tepat di sebelah rumah Rainata aku menemukan Billy yang sebenarnya sedang tak lagi aku cari karena langit sudah semakin gelap, dia terlihat bersembunyi di semak-semak yang sedikit tinggi sambil menunduk.

Di depan dari jalanku, kini orang yang tadi hanya ada dua bertambah satu, mencoba mengelilingi pandangan mereka dari tempat ketempat.

Ajaibnya, mereka tak menemukan Billy yang terlihat jelas dari sini.

Tak lama setelah menyadari keberadaan ku, entah kenapa Billy sedikit menggerakkan semak di depannya.

Billy yang seperti tak ingin lari lagi hanya bisa diam dikepung oleh orang-orang itu yang mengepungnya.

Dari sini aku hanya bisa melihat sebenarnya apa yang akan terjadi.

Tak terlalu dekat, Billy akhirnya menerjang orang itu dengan kakinya seolah sedang terbang melayang, meskipun tendangan itu berhasil di tangkis tapi tetap saja orang itu menerima efek yang cukup sakit.

Di perkomflekan kami ini, meskipun jalannya agak besar tapi sangat jarang ada orang yang melintas, membuat suasana ini layaknya perumahan mati.

Yah, jika aku tak menolongnya apa yang akan terjadi? Apa aku adalah orang jahat?

Maksudku, ada orang yang bilang " Banyaknya kejahatan bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi diamnya orang-orang baik" Jika itu benar, jadi apakah saat membiarkan kejahatan terjadi masih bisa disebut "orang baik?"

Cih sial, aku kebanyakan mikir!

Aku sedikit berlari, mengangkat tas punggungku yang kini sudah ku lempar kearah satu orang yang terlihat sedang ingin menyerang Billy dari belakang.

Orang itu menerima dengan lembut lemparan tasku, lalu kemudian aku menendang bagian pinggangnya dengan kaki kananku.

Meskipun sedikit menjauh dari ku, orang itu kembali dengan kuda-kuda setelah melemparkan tas ku kesamping.

Yah, mungkin aku sudah tak sekuat dulu, tapi jika hanya mengingat gerakan-gerakan yang dulu pernah aku pelajaran mungkin akan berhasil, bagaimanapun juga sebisa mungkin aku harus melindungi dadaku.

Sebagai tanda bahwa aku sudah siap dengan kuda-kuda ku orang tadi melayangkan pukulannya ke samping kananku dengan lengan kanannya, pukulan itu benar-benar sangat kuat sampai aku bisa dengan jelas merasa angin yang menghembus kecil.

Karena aku berhasil menghindari itu, orang itu kembali menggunakan tangan yang satunya untuk mengincar wajahku.

Karena aku sudah menduga bahwa temparan dari lengan kirinya tak sekuat kanan, aku menghentikannya dengan lengan kanan ku lalu memberinya satu tamparan telak di bagian perutnya.

Dari tamparan ku tadi, orang yang tingginya hampir sama dengan ku ini tertunduk memegangi perutnya.

Kemudian, kakiku mulai memutar dan menendang bagian belakang dari lututnya yang membuat orang itu akhirnya mendaratkan lututnya di atas aspal ini.

Tak hanya itu, aku kembali menyerangnya dengan tumbukan keras dengan sikut ku dan kali ini benar-benar membuatnya tertengkurap.

Oke, satu beres....

Saat aku membalikkan badanku satu orang juga mengalami hal yang sama dengan orang yang tadi aku lawan.

Tapi masalah adalah orang besar ini, layaknya last bos yang belum pernah di taklukan siapapun dia berdiri tanpa sikap apapun di depan Billy.

Meskipun terlihat tak ingin melawan, orang besar itu menangkis beberapa tamparan dari Billy yang bertubi-tubi.

Aku mendekat dengan terjangan yang sama dengan Billy tadi kearah orang yang berdiri tegak di depannya, dan dengan cepat orang itu mundur menghindar.

Lalu Billy seolah sedang merencanakan sesuatu maju tanpa ampun memberikan tendangan kearah kepala dan juga leher, dengan secara bergantian kakinya itu naik turun dengan kekuatan dan kecepatan yang sangat luar biasa.

Setelah tendangan yang nampak terlihat seperti tanda bahwa itu yang terakhir di mana dia mengunakan tendangan kunci memberikan ruang untukku maju tanpa di ketahui orang itu.

BLUK....

Satu tamparan yang sangat kuat dariku berhasil mengenai perut orang itu berkat Billy yang sudah mengecoh nya.

Meskipun begitu, orang itu sama sekali tak terlihat merasa kesakitan melainkan hanya menyapu-nyapu bagian yang baru saja aku pukul.

Sudah kuduga, orang ini adalah big bos nya! Kami tak mungkin menang.

Billy yang terlihat tak puas kembali menendangnya dari sisi kanan dan di tangkis dengan mudah oleh orang itu seperti sedang menahan ranting kecil.

Entah mengapa tanpa pikir panjang aku mencoba mengambil kesempatan dan mengarahkan kepalan tanganku ke sisi kirinya lalu hal sama terjadi padaku.

Tangannya kini mulai memegangi tangan dan juga kaki Billy yang masih terangkat satu.

Lalu seolah sedang menyingkirkan ranting kecil yang baru saja aku bahas, orang itu melempar kaki Billy ke belakang, lalu dengan cepat dia menarik lenganku membawaku berputar melewati tubuhnya kemudian melepaskan gengamanya.

Putaran itu membuatku tak bisa mengendalikan tubuhku dan akhirnya menabrak Billy yang sedang mencoba untuk tetap berdiri.

DUG, DUG...

Rasanya sangat sakit, bukan bagain mana yang baru saja tertabrak dengan Billy, tapi sakitnya berada di antara dada dan perutku.

Sial sakit sekali!

Aku menghembuskan nafas panjang untuk mencoba menghentikan rasa sakit ini.

"Oke, oke, aku bakal ikut kalian, jadi tolong biarin dia pergi."

Billy sepertinya sadar dengan keadaanku, mengambil tindakan dramatis yang biasanya dilakukan oleh main karakter dari anime action biasanya.

Cahaya petir dan juga air hujan yang mulai turun membuat Billy terlihat semakin keren dengan rambut yang terbang kesana-kemari karena angin kencang ini.

Billy mengambil tas punggung ku yang tergeletak begitu saja di tengah jalan lalu memberikannya padaku.

"Nih, cepet pulang sana."

Meskipun terdengar mengusir tapi tatapan dari Billy menandakan bahwa dia belum menyerah sedikitpun.

Aku mengambil tas ku di tangannya lalu berjalan menjauh kearah rumahku.

Saat aku berada jauh dari mereka, Billy berlari kearah ku lalu mengambil sesuatu dari dalam kantongnya.

Benda itu dileparkannya kearah orang yang satu-satunya bisa berlari tegak. Dan secara mengejutkan benda bulat itu meledak tepat setelah orang itu menangkisnya.

Tunggu, apa itu? Semacam senjata ninja? Apa ayahmu ninja dari konoha?

Telat up, lupa klo hari ini hari Minggu

Yusril_Shiddiqcreators' thoughts
Next chapter