webnovel

ANTARA KITA V

Langkah kakiku terasa sangat berat saat aku pulang kerumah kemudian masuk kedalam kamarku.

Masa-masa kesuramanku kembali terulang, aku takut bertemu dengan Ishiki dan Ryuga, bukan mereka saja aku bahkan takut bertemu orang lain.

Sudah hampir beberapa hari sejak kejadian itu, aku bolos sekolah bermodal alasan sakit, padahal pada kenyataannya, aku hanya mencoba lari dari kenyataan tentang hubungan pahit aku, Ryuga dan Ishiki.

Rasanya aku tak ingin hidup, tapi mati pasti akan sakit, seandainya bisa, aku berharap bertemu pesulap dan membuatku menghilang dari dunia ini.

Hari ini adalah hari minggu, Yuuki tak pernah bertanya apa yang terjadi padaku, mungkin dia mengerti karena akhir-akhir ini dia tak pernah menceritakan indahnya masa SMA-nya.

Aku menghabiskan waktu dengan berselancar di internet, bermain game dan nonton anime.

Saat ini sudah mulai sore.

Saat itu aku sedang berada di tempat persemayanganku, kamar maksudku, terdengar ketukan dari pintu depan.

Yuuki membalas ketukan itu dengan menyaringkan langkah kakinya.

Terdengar nada suara Yuuki yang bertanya dari kamarku ini seperti bisikan.

Tak lama Yuuki mengetuk pintu kamarku.

"Ka... ada yang cariin kaka. "

"Hah Siapa?"

Aku sedikit membuka kamarku untuk berkomonikasi dengan Yuuki yang berdiri tepat di depan kamarku.

"Nggak tau, aku nggak kenal, coba kaka liat sendiri deh."

Aku beranjak dari kamar berantakanku, dan berjalan ke pintu depan dan menemui seseorang.

Terlihat sosok laki-laki yang belum pernah aku temui, bahkan aku tak bisa mengingat apapun darinya.

Si, si, siapa orang ini, jika diperhatikan di terlihat seperti boy band korea, untuk apa dia mencari ku?

"Hey Zell, ini aku."

Orang itu mendekat sambil mengambil tangan kananku untuk bersalaman.

"Maaf, siapa?"

Aku yang dalam keheranan hanya bisa mengatakan itu.

"Hah? Apa kau melupakan sahabat lama mu ini?"

Sahabat? Jadi selama ini aku punya sahabat? Tidak, tunggu dulu, dia siapa?

"Bukannya lupa, aku cuman nggak kenal sama situ."

Aku sedikit mematapnya dengan dengan pandangan sinis untuk menyuruhnya cepat-cepat pulang.

kau salah orang tau, cepet pergi dari sini!

"Ini aku Herry."

"Eh? Ehhhh????"

Seandainya terkejut itu memiliki peringkat mungkin aku sudah memecahkan rekor orang paling terkejut di dunia.

"Hahaha, nggak mungkin, Herry itu culun, pendek dan nggak berpakaian mencolok sepertimu."

Tangan kami yang lumayan lama bersalaman terputus.

"Hei, aku kesini untuk reoni tapi kau malah menghina masa laluku?"

"Aku nggak menghina, aku cuman mendeskrifsikan Herry, lagipula kau bukan dia."

Dia tak menerima penalaran ku, sedikit mendesah panjang, lalu memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana sedangkan tangan kanannya diletakannya di kepalanya seolah mencakar rambut yang sudah tersisir rapi.

"Ore wa ninggen kirai da"*

"Aku membenci manusia."*

Sambil membusungkan dada, dia menatapku dengan seolah orang rendahan.

Tunggu, itu mengingatkanku pada ayano dari class room of the elite.

"Oke, oke, aku percaya."

Tak ada pilihan lain selain aku percaya bahwa orang ini adalah Herry, temanku saat kelas 1 SMP.

Aku menyuruhnya masuk dengan membukakan jalan di pintu yang aku halangi.

Lalu setelah melewatiku, Herry duduk di atas sofa setelah aku menyuruhnya.

Yuuki dengan sigapnya membawakan air untuk kami minum.

"Aaaammm... kalo nggak salah Yu... Yuuki kan?"

Herry memasang lebar senyum di pipinya, dia mengatakan setelah Yuuki ingin pergi sebagai ucapan terima kasih.

Kenapa dengan perubahannya? Maksudku, Herry tak pernah tersenyum sedalam ini kepada orang lain apalagi kepada seorang gadis!

Yuuki tersenyum lebar, dia mematapku "aahhh... aku nggak nyangka kaka punya teman ganteng kaya dia," Yah, mungkin itu kira-kira yang ada dipikirannya saat itu.

Lalu saat mengalihkan pandangan canggung Yuuki kearah ku, dia kembali masuk ke kamarnya.

Oke, Yuuki, di sini aku juga sedang terkejut, mengerti?

"Zell, gimana kalo kita nostalgia bentar?"

Herry mengambil stik PS2 yang tergeletak begitu saja di bawah TV itu.

Aku menyalakannya, bermain game yang sama saat Rainata menginap di sini.

Apa-apaan dengan perubahan drastis ini? Herry yang dulu itu sangat culun bahkan bisa dilihat dari wajahnya, rambut hitamnya kini berubah menjadi sedikit kekuningan, gaya bahasanya benar-benar berubah.

Tapi satu hal yang pasti, aku tak penah menang bermain game apapun dengannya, jika aku bisa menang itu artinya dia sedang bosan dengan apa yang kami kerjakan. Tapi apa dia beneran Herry?

"Kenapa?"

Karena dari tadi aku menatap kearahnya, Herry sepertinya menyadari dan langsung bertanya.

"Yaa.. untuk apa kau kesini?"

Aku yang masih belum terima ini berusaha keras mengungkap identitas sebenarnya.

"Aku cuman berkunjung, hey Zell, gimana masa SMA-mu?"

"Yaahh... semua berjalan dengan lancar."

Nggak mungkin juga aku mau bicara denganmu tentang masalahku.

"Kalo kau gimana?"

"Yaa.. kau tau? Sesudah aku pindah banyak hal yang terjadi."

Aku sedikit mengingat masa lalu.

Mungkin ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat itu.. aku dan Herry dikucilkan oleh satu sekolah, lebih tepatnya menjadi bahan buly-an, kami sudah menjadi ejekan umum di sekolah kami dulu, entah apa yang ada di pikiran orang lain, mungkin karena kami aneh, mungkin.

Herry lelah menjalani kesehariannya itu dan akhirnya pindah kesekolah lain, aku sendirian. Benar, aku bahkan masih bisa berdiri saat hampir satu sekolah membicarakan ku.

"Hey Zell, apa kau ingat kenapa alasan aku pindah sekolah?"

"Malahan aku nggak pernah lupa."

Aku terus-terusan mencoba menang dalam game yang dari tadi kami mainkan.

"Sampe sekarang ini, aku selalu nyesel, aku meninggalkanmu sendirian saat itu."

"Ahh... sudahlah, lagipula itu udah lewat."

Mengingat masa-masa itu membuat semakin suram, jadi aku seolah tak peduli.

"Kau emang hebat, kau bisa bertahan sendiri."

"Sejujurnya aku nggak tau bagaimana aku sendiri bisa bertahan."

Sampe pada akhirnya aku bertemu seorang gadis yang mampu mendorongku untuk maju.

"Itu karena kau nggak peduli dengan pendapat orang lain dan tunduk dengan prinsipmu kan?"

Dia bertanya seolah menyadarkan ku dan memberikan ku jawaban beberapa hari terakhir.

Waktu berjalan dengan cepat saat kita melakukan hal yang kita sukai, senja mulai menunjukkan kilaunya.

"Aku pulang ya."

Herry mengatakan itu dan berdiri sambil menjulurkan tangannya kearah ku untuk bersalaman.

"Mending nginap aja."

"Rumahku agak jauh dari sini, besok aku juga sekolah, kau juga kan?"

Kali ini Harry berjalan kearah pintu keluar, aku mengikuti untuk mengantarnya.

"Oke, lain kali mampir lagi."

Sekali lagi, aku kami bersalaman, kali ini aku yang lebih dahulu menjulurkan tanganku lalu di sambut dengan cepat olehnya.

Benar.... selama ini aku bertahan karena aku tak peduli dengan pendapat orang lain dan patuh dengan prinsipku... itu saja.

Senin, Yuuki sudah berangkat terlebih dahulu tadi, aku sengaja agar tak bertemu dengan Ishiki di tengah jalan.

Saat aku sampai di sekolah, ruang kelas sudah ramai, dan tak lama pembelajaran dimulai. Sekolahpun berakhir dengan semestinya.

Lonceng sekolah membawa satu persatu orang pergi, di kelas ini tersisa aku, Billy, Rainata, Ryuga dan si ketua basket yang sedang berbicara dengan Ryuga, serta beberapa orang yang tak penting.

"Hmm."

Billy yang ada disampingku mendesah kasar, seolah mengatakan "lakukan sekarang."

Oke, oke, aku mengerti! Berhenti bersikap sok bijak di depanku!

Aku berjalan kearah Ryuga dan berdiri tepat di hadapannya.

"Hem, akhirnya kau berani datang."

Ryuga berdiri dan kembali menggenggam kerah bajuku lalu memojokkan ku ke dinding kelas ini.

"Aku cuman ketiduran beberapa hari ini. "

Aku menjawabku dengan nada datar.

Lagi-lagi kami menjadi pusat perhatian.

BOK...

Pukulan melayang kearah pipi kananku dari Ryuga, lalu setelah memukul dia tertawa lepas, seolah sudah mencabut duri dari kakinya.

"Ahhh.. sekarang aku lega."

Kerah bajuku dengan cepat terlepas.

BLUKK...

Satu pukulan balasan dariku yang mengenai pipi kanannya juga.

"Ahh.. kau membuatku terlalu banyak berpikir!"

Aku yang juga ikut tertawa karena kondisi memalukan ini.

Benar... jika hanya ini, persahabatan kami tak akan terhapus.

Ryuga menjulurkan tangan kanannya seolah berkata "kembali berteman," atau sejenisnya, dan langsung ku balas dengan menangkapnya.

Happy reading!

Terus suport novel ini dengan kasih votenya

Yusril_Shiddiqcreators' thoughts
Next chapter