webnovel

09

"Ini jantung bunyinya homo banget."

.

.

.

.

.

.

.

.

Nenra, pemuda dengan segala kejudesan yang terobsesi terhadap loli 2D itu, kini sedang menyapu ruang kelas yang kosong.

Dengan beberapa kata umpatan makian yang dia lontarkan terhadap dirinya sendiri.

Jam dinding masih menunjukkan pukul 06:55, masih sangat pagi. Tapi mengapa si pedo ini sudah sampai di sekolah?

"Untung dia abang gue, kalo gak. Gue sudah bunuh dia dari dulu."

Nenen membuang sapu yang dia genggam itu ke lantai dengan keras, dia merasa kesal dan geram.

"Padahal gue mau bolos piket, tau-taunya sekarang gue lagi menyapu. Bodo emang."

Bocah pedo itu kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya, dia melihat beberapa notifikasi. Yang tidak lain dari Line, beberapa grup kelas dan chat personal dari teman-teman kelasnya itu membuat si pedo, mengumpat kesal di dalam hatinya.

'Gara-gara notif ini juga, hp gue sampe di bajak sama si coli bangsat itu! Sialan..' guman nya dengan kesal.

Sekali lagi bocah pedo itu berdecak kesal.

Gue kok makin hari makin cepet emosi ya?- pikir si pedo. Yang kemudian dia langkahin kakinya keluar kelas, buat nyari udara.

Niatnya sih memang nyari udara, tapi karena lagi emosi. Si pedo ini sudah ada di luar sekolah, lebih tepatnya berada di samping sekolah. Yang biasanya para anak cowo pake buat sebat rokoknya.

"Hei, lo ngapain disini?"

Suara bass milik seorang cowo, membuat nenen berbalik ke samping. Dimana disana ada 1orang cowok yang sudah ia kenali. Sejak insiden kucing item itu.

Siapa lagi kalau bukan Justine.

Cowo dengan sebutan 'PREMAN SEKOLAH'Β  itu menindis ketanah rokok yang dia hisap itu. Itu artinya dia sudahan sebatnya, mungkin bukan sudahan, tapi karena ada orang yang sudah melihatnya smoking jadi dia sudahi.

Justine kemudian menghampiri Nenra, yang masih menatapnya tanpa bergerak. Seperti mematung.

Justine sempat batuk, kemudian mengatur napasnya. Dia keliatannya sedikit dehidrasi.

"Gue.. Gue ga akan laporin lo ke guru kok!" kata nenen takut-takut.

Justine hanya memandanginya, lalu kemudian mengusap tengkuk belakang lehernya. Seperti biasa.

"Laporin juga ga apa-apa, guru juga pada bosan liat gue keluar masuk ruang bk."

Nenra hanya tersenyum, dan itu senyuman takut.

"Lo ngapain kesini? Ngerokok juga?" Justine bertanya dengan masih menatap mata Nenen yang bermanik cokelat terang itu.

"Enggak, gue mau cari udara. Tau-taunya nyasar kesini. Ehe ehe.."

Kok gue malah praktein ketawanya si Handa?- pikir Nenen tiba-tiba

Justine mengangguk-ngangguk. Lalu kedua tangannya dia selipin di kedua kantung jaketnya.

"Ohya just.. Makanan peliaraan lo- maksud gue miaw, makanannya sudah habis."

Justine naikin sebelah alisnya, ngebuat si pedo itu telen ludah dengan berat.

"Oh.. Lo beri dia makan berapa kali perhari?"

Dengan gemetaran si pedo terdiam, berpikir.

Yang selalu beri makan dia bang geryl!- umpatnya dalam hati dengan rasa panik.

'Berapa ya?'

Nenen mulai menghitung, dengan jari jemarinya yang membantunya dalam berhitung.

"Anu.. Itu.. Kayaknya 2 kali sehari..?"

Nenra malah balik bertanya, membuat Justine terdiam.

Dalam hatinya, dia begitu sangat takut. Apalagi kalau Justine mulai banting sesuatu seperti 2hari yang lalu di aula. Mengingatnya saja sudah buat nenra bergidik ngeri.

"Ah.. Begitu.. 2kali ya.. Hm.."

Nenra sekali lagi nelen ludah.

"Umh.. Just.. Sebenarnya gue ga tau, karena yang selalu beri makan si miaw itu abang gue, bukan gue."

Kejujuran Nenra itu membuat bagian ujung bibir Justine terangkat keatas sedikit, mengapa? Sebab Justine merasa lucu melihat tingkah takut-takut Nenra itu.

"Jadi gue-"

"Pulang sebentar, bareng sama gue."

Nenra terdiam dan masih menatap Justine. Si pedo itu mencoba untuk mencerna apa yang Justine katakan. Karena masih pagi, dan tidak sempat sarapan. otak si Pedo belum bisa berkonsentrasi baik-baik.

"Eh?" bingung Nenra, yang kemudian Justine mengusap pelan pipinya. Membuatnya terbelalak kaget.

"Sebentar, pulang bareng gue." katanya yang kemudian menarik tangannya itu dari pipi Nenra. Dan menaruh sesuatu di rambut Nenra. Nenra tidak bergeming.

"Bulu mata lo jatuh, hitung tanggal berapa sekarang." katanya sembari tersenyum lalu meninggalkan Nenra yang masih mematung itu.

Nenra masih terdiam, dia beberapa kali mengedipkan matanya.

Yang dia rasakan saat ini, Terkejut, Speechless, dan yang paling aneh. Berdebar.

Nenra mengambil napas dan kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Beberapa saat kemudian, dia mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gemas.

"Ini.. Ini kok jantung bisa berdebar kenceng kayak gini ya?"

.

.

.

.

.

.

.

.

Bocah pedo itu kini berjalan menyusuri koridor. Merasa kebelet, dia berhenti di toilet.

Dia masuk kedalam dan menurunkan resletingnya, pada saat itu juga ponselnya bergetar hebat di saku bajunya.

Dia mengambilnya dan melihatnya, Sebuah pesan dari nomor yang tidak di ketahui.

Merasa penasaran, dia membuka pesan itu.

Isi pesan itu tertulis

Diterima: 08XXXXXXXXXX01

[Kemarin gue liat lo ngambil pulpen hic-tecnya alner. Gue ada fotonya. Kalo lo ga mau gue kasih tau pada alner, temui gue di parkiran sekolah. Jam istirahat.]

Nenra terdiam, matanya terbelalak.

Jika diingat kembali, kemarin itu Alner marah besar karena pulpen mahalnya hilang. Dan marahnya Alner sudah bukan lagi sebuah lelucon.

Nenen cepat-cepat memperbaiki celananya, dan menaikkan resletingnya. Dengan gerakan yang buru-buru dia melangkahkan kakinya keluar dari toilet.

Karena buru-burunya itulah, sampai-sampai dia terpeleset jatuh di lantai toilet yang basah itu.

Kali ini dia tidak cipokkan lagi sama lantai, kini keningnya yang terbentur.

Membuat si pedo itu berteriak kesakitan seperti saat pertama kali di sunat.

Teriakannya itu membuat seseorang yang lagi asik buang air besar, terhenti dan buru-buru keluar melihat siapa yang berteriak nyaring.

"Anju.. Lo gapapa?" tanya orang itu. Yang langsung si pedo itu jambak cantik rambutnya.

Bukannya minta pertolongan, malah jambak rambut orang.

"Jidat gue sakit oyy!! Kebentur lantai! Siapa yang naroh air berserakan kayak gini!?" Nenen emosi gaes.

(Adu sakit..-orang yang nenra jambak)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue heran, itu siapa sih yang liat gue ambil pulpen hictecnya alner?

Jadi Sebenarnya itu begini..

gue ambil pulpennya karena terjatuh di lantai, gue kira pulpen snowman gitu, secara juga waktu itu pulpen gue hilang. Jadi kesempatan yekan buat gue?

Tau-taunya bukan snowman tapi hictec yang harga 20rb. Pulpen mahal.

Karena jatuh di lantai, jadi gue ambil lah. Semua orang pasti kayak gitu kan?

Secara juga gratis.

Tapi, pas itu juga. Si Alnernya emosi banget. Pulpen berharganya hilang, hictec dia bilang. Sudah 2tahun dia pakai, anjirr. Kok itu tinta pulpennya ga turun-turun ya?

Gue mau kembalikan, tapi..

Rasa takut gue lebih besar dari pada rasa mengembalikan barang orang kembali.

Apa lagi orang yang punya pulpen itu Alner.

Jadi, gue ga jadi kembalikan pulpennya Alner.

Dan sampai sekarang tuh pulpen ga gue pakai gara-gara takut di cyduk sama Alner.

Tapi, itu kok orang bisa tau gue ngambil pulpennya Alner?

Yang di samping gue waktu itu kan, Carlos sama Alex, itu pun mereka berdua lagi sibuk dengan kerjaan masing-masing.

Jadi siapa?

Justine?

Ga mungkin dia, soalnya dia selalu duduk memojok terus.

Terus siapa?

"Nenen"

Gue ngerasa pipi gue di tempelin sesuatu yang dingin, gue menoleh ke samping.

Itu Ian.

Wajahnya kayak sedih banget.

Gue sama nih anak masih musuhan.

"Hm?"

"Maaf ya.."

Ian minta maaf gaes, sebenarnya gue ga terlalu pikirin soal yang kemarin. Gue juga ga dendam-dendam amat.

"Lo ngapain minta maaf?"

"Kan lo marah."

"Gue ga marah."

"Kalo lo gak marah, kenapa lo diemin gue?"

"Itu karena lo ga ngajak bicara gue, jadi gue diemin lo."

"Berarti lo ga marah lagi sama gue!?"

Gue mengangguk. Spontan Ian meluk erat gue.

Erat banget sehingga gue ga bisa bernapas.

Gue langsung nepok kepalanya dengan keras.

"Lepasin gue kunyuk!"

Ian melepas gue dan dia cengir.

"Gue senang lo ga marah sama gue nenen!"

"Biasa aja kali, gausah lebay."

"Bodo, gue peluk lagi ya?"

"Gak! Gue nanti ga bisa bernapas!"

"Kalo gitu, gue cium gimana?"

"Homo bangsad!"

"Yaudah kalo gitu, terima permintaan maaf gue. Ga terima gue sumpahin lo di gangbang sama om om serigala."

"Anjing.."

Ian beri gue cokelat silverqueen, yang tadi dia nempelin di pipi gue. Yang dingin-dingin itu. Mantap lah, di kasih cokelat gratis.

"Njirr.. Lu dua orang ternyata cocok juga ya?"

Cery tiba-tiba muncul, dan itu buat gue mengeryitkan kening.

"Tapi kan lu dua ini uke, uke sama uke. Ga ada rasanya ah."

"Gini gini gue seme ya!" kata Ian

"Heh! Mana ada seme yang pendek, cengeng, dan ambigu kayak lu!" ucap Cery sambil noyor kepalanya Ian, gue yang perhatiin hanya geleng-geleng kepala.

"JUAN!!"

Suara teriak itu spontan buat gue menoleh ke depan.

Handa memanggil seperti mengaung.

"Lo.. SIALAN LO NJIRR! GARA-GARA LO! GUE DI TAHAN DI DEPAN PAGAR KARENA BOKEP YANG GUE SIMPEN DI KOMPUTER SEKOLAH! ANJIRR! LO JADI TEMEN JAHAT BENER!"

ohh..

Pantas kemarin Juan tiba-tiba tanyain soal file bokep pada Handa.

Ternyata, Juan ngelaporin sama bk toh.

Gue ngeliat Juan, Juannya cuma diam sambil lipat kedua tangannya di dada. Santai banget dia.

"Kita teman ya?"

Jleb!

Menusuk banget itu Juan, kalimatmu.

Handanya melongo, kan udah gue bilangi. Semua pangeran dingin itu berlidah tajam.

"Anjer lo Juan, lo nusuk dia sampai di tulang rusuk bro! Sakit!" celetuk Evan.

Juan kemudian berdecak.

"Gue lakuin apa yang memang pantas gue lakuin. Karena, kita bukanlah teman."

Setelah mengatakan hal itu Juan pergi.

Kata-katanya Juan, perih banget!

Tapi, ini bukan yang pertama kali kok Juan bilang kayak gini. Waktu kelas satu dia juga pernah bilang. Kalau dia sekolah bukan untuk berteman, tapi menyelesaikan sekolah ini dengan cepat.

Kadang-kadang juga dia selalu bilang begitu. Biarpun tuh anak berlidah tajam, tapi orang-orang pada tetep ngedeketin dia.

"Pedo." -Cery

"Hm?"

"Juan sama Ian kan dekat tuh." -Cery

"Lalu?"

"Gue mau ngejodohin tuh wibu sama pangeran dingin itu! Siapa yang tau yekan. Tiba-tiba mereka saling terbuka satu sama lain dan IYKWIM!" -Cery

Gue natap ngeri si Fujo ini.

Kenekatannya merupakan hal yang mengerikan.

"Liat dan perhatikan nenen." kata Cery

Cery nyenggol pundak Ian, otomatis Ian natap gue dan Cery.

"Lo kan dekat tuh sama si Juan, kejar sana dia."

"Buat apaan?"

"Buat hati Juan enggak berantakan. Kan biasanya juga lo selalu curhat sama dia, giliran lo sekarang buat hatinya biar gak berantakan. Masa lo ngebiarin dia terpuruk kayak gitu."

Ian terdiam. Sesaat kemudian dia mengangguk.

"Lo bener juga." Ian pun keluar dari kelas ngejar Juan.

Gue melongo, Cery kedipin sebelah matanya pada gue. Itu kode keberhasilannya.

Tiba-tiba Cery narik lengan tangan gue.

"Gue mau liat prosesnya kayak gimana!"

Gue di tarik keluar sama Cery gaes. Tarikan seorang perawan ga sante banget.

.

.

.

.

.

.

.

Sekarang ini gue sama nih fujo laknat lagi ngintipin Ian sama Juan.

Mau tau dimana?

Di perpustakan gaes.

Kebetulan sunyi, jadi gue bisa denger apa yang bakalan tuh dua orang bicarain

"Juan, lo gapapa kan?" Ian bertanya

Juan cuma terdiam, lalu berdengus kesal.

"Juan, lo itu sering banget bantuin gue, beri gue advice kalau gue lagi sedih, dan bahkan sebuah pendapat. Jadi, sekarang ini. Gue mau lakuin apa yang lo lakuin ke gue seperti biasa."

Panjang amat tuh anak bicara.

Tapi. Gue beneran baru tau kalau Juan sama Ian ternyata dekat. Mereka teman kah?

"Juan.." Ian memanggil

"Lo kenapa?" Juan mulai bersuara, dan gue bisa liat Juan natap Ian saat ini.

"Gue kenapa?" Ian nanya balik. Aduh wibu ini ga liat situasi emang.

"Lo kenapa perlakuin gue kayak gini, Ian?" Juan berujar.

"Ju.. juan-" Ian mulai gugup gaes

"Lo bukan siapa-siapa gue." Juan berucap lagi

"Setidaknya, biar gue bantu lo. Lo selalu bantuin gue. Gue ga suka berhutang sama orang lain!" Weih, Ian mantul juga.

Seketika gue cengo ngeliat adegan mereka berdua, seperti sepasang kekasih yang lagi bertengkar.

"Maaf.. Gue minta maaf.."

Juan si pangeram dingin itu minta maaf gaes! Sekali lagi, dia MINTA MAAF!

Gimana gue ga histeris, dia paling pelit ngeluarin kata maaf atau pun kata makasih.

Tapi ini. Kenapa dia malah minta maaf sama si Ian!

Itu Ian ga pake-pake kan?

Gue liat, Juan naroh kepalanya di pundak Ian. Saat itu juga gue ngerasa tangan gue di cubit gemes sama Cery.

"Sakit laknat." kata gue yang dengan berbisik.

"Itu, lo liat gak? Mereka-uph" gue cepat-cepat nutup mulutnya Cery, soalnya dia pasti teriak-teriak gaje.

"Kita pergi saja." kata Gue, dan Cery ngelepasin tangan gue dari mulutnya. "Tunggu dulu nenen, gue abadikan dulu. Jarang loh liat otp nyata kek gini."

Cery ngeluarin hpnya dan mulai mengambil gambar Juan dan Ian itu. Gue cuma pasang wajah jijik.

Jangan-jangan Ian sama Juan..

Enggak, enggak mungkin kan mereka seperti itu! Hahaha!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekarang waktunya istirahat, waktunya gue pergi menemui orang yang liat gue ambil pulpen hictecnya Alner.

Gue harus pertahanin reputasi gue sebagai siswa biasa disini. Gue ga mau jadi pecundang ato pun populer.

"Nenen! Lo mau kekantin gak?" Evan mengajak.

"Sory, gue ada urusan."

Evan langsung natap heran gue. "Tumben lo sibuk, biasanya juga kosong."

"Itukan biasanya." gue langkahin kaki gue keluar kelas, dan dengan cepat menuju ke parkiran.

Tapi, sebelum ke tempat parkir gue kabarin dulu si anonim ini. Siapa tau dia ngerjain gue.

Ato gak, pas gue kesana. Salah satu ban motor guru kempes. Dan gue di tuduh sebagai pelaku karena ada di lokasi kejadian.

Ngeri banget sumpah, ini kebanyakan nonton sinetron nih.

Gue nelpon si anonim itu.

Tapi dia ga ngejawab.

Beberapa detik kemudian, pesan dari si Anonim itu muncul.

Isi pesannya berbunyi

"Lo jangan telepon oi! Kesini aja buruan."

Banyak bener dah maunya si anonim ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue sudah sampai di parkiran, tapi..

Enggak ada tanda-tanda kehidupan disini oi!

Cuma ada motor nangkring cantik sama kucing lagi kawin disini!

Gue nelpon kembali si anonim, tapi ga di jawab.

"Nenen!" Seseorang neriakin nama gue, jadi gue menoleh kebelakang

"Bangsat! Jadi lo ya orangnya!?"

"Sante bro, gue ga menggigit kok."

"Gue juga tau lo gak menggigit, lo kan manusia."

"Para komentator biasa bilang, iyain aja biar cepet."

"Udah ah! Ini kok malah oot si? Lo yang anonim sengklek itu ya?"

"Saha anonim sengklek?"

"Elu ogeb"

"Baru tau kalau gue anonim sengklek"

"Hm.. Terus saja oot! Gue pergi!"

"Hehehe maap."

Mau tau siapa yang ngirim sms ke gue?

Shuu, maniak spongebob. Dengan segala candaan recehnya.

"Lo dari mana tau gue ngambil hictecnya alner?"

"Ya gue liatnya lo ambil pulpennya alner, jadi gue tau lah" ucap shuu dengan santai nya.

Banzeng lu.

"Sebenarnya gue ga mau basa-basi, tapi kalo sama lo. Bawaannya pengen basa basi." Kata nya lagi.

"Dasar kantung kresek. Tenggelam lo sana!" Ucap gue.

"Alhamdullilah gue bisa renang, jadi ga bisa tenggelam gue." Dia merespon ledekan gud

"Bodo amat!"

Nah kan, emosi gue.

"Jadi lo mau apa?" tanya gue

Shuu natap gue. "Turuti permintaan gue selama seminggu ini. Gimana?"

Gue seketika cengo mendengar permintaan Shuu.

"Maksudnya, lo mau buat gue kayak budak lo gitu?"

Shuu menggeleng. "Nurut aja gitu, apa yang gue suruh lo harus menurut. Kayak hewan kalo sudah di latih, kan jadi nurut dia."

Jadi lo samain gue dengan hewan gitu!?

"Tau enggak sekarang Tahun apa?"

"Tahun 2018..?"

"Bukan, tapi Tahun ANJING!"

"Anjing aja punya tahun, masa lo enggak sih?"

"Plis, ini gaada kamera apa? Gue dah nyerah berdebat sama nih orang."

Shuu lalu kasih gue sebuah bross, dengan tulisan

β€’β€’Iam Faithful doggieπŸ’žβ€’β€’

"Ini maksud lo apaan ngasih gue kayak ginian?"

"Pertanda dari perjanjian kita."

"Tapi gue enggak-"

"Ntar, alner nelpon gue. Kayaknya sekalian kasih tau aja ya soal hilangnya pulpen mahalnya itu." kata Shuu sambil naik-naikkin kedua alisnya dengan senyuman liciknya, yang pengen gue ulek pake batu cobek.

"Bangsat.."

"Itu bros, lo pake sampe seminggu."

Gue cuma bisa natap geram si Shuu sialan ini.

"Lo kalo mau balas dendam ga gini juga caranya woi."

"Itu yang namanya balas dendam ya?"

"Gusti.. Kok lo bego ya?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Baiklah, sekarang ini. Gue benar-benar enggak ada niatan buat hidup.

Yang biasanya gue nonton di film ftv, pemeran utamanya di ancem dan di jadiin budak. Sekarang akhirnya, gue ngerasainnya secara nyata.

Gue juga kok goblok banget ambil pulpen orang sembarangan.

Akhirnya gini kan, gue dapat apesnya. Malah pemilik pulpennya bukan manusia yang punya hati.

Lain kali, gue harus hati-hati buat ngambil pulpen orang.

"Lo beli dimana bross itu?" Alex bertanya, yang langsung saja lamuan gue buyar karena suaranya.

"Enggak di beli, tapi di kasih."

"Doggie? Boleh ketawa gak nih?"

"Ketawa saja, ntar gue sumpahin itu motor lo bannya kempes, dan bensinnya habis di tengah jalan."

Alex tetap terkikik. Tiba-tiba pipi gue di cubit keras.

"Lo makin hari makin cepet banget ya emosi." kata Alex.

"Karena tanpa emosi this world is boring."

Alex terkekeh dan berhenti nyubit pipi gue.

Cubitannya sakit banget, kayak cubitannya si Cery waktu siang itu di perpus. Anjengg lah..

"Alex gue mau nanya, lo punya doi gak?"

"Ya punya lah.. Lo sendiri?"

"Gausah balik nanya plis."

"Oh hahaha, maaf. Tapi kenapa tiba-tiba lo nanya begitu?"

"Ya, cuma nanya doang. Doi lo di kelas mana?"

Alex tersenyum.

"Doi gue ada di kelas ini."

Justine juga doi nya ada di sini, jangan-jangan mereka punya satu doi!?

Hahaha, enggak mungkin kan?

Yakali 1orang cewe yang naksir 2orang cowok yang menonjol di sekolah.

"Mana dasi lo?" Alex bertanya, yang langsung gue keluarin dari kantung celana gue.

"Untungnya lo ga di dapat sama kedisiplinan osis." kata Alex, gue langsung ngebayangin wajahnya Alner. Dia kan ketua kedisiplinan osis. Orang jahad dia.

"Gue kalo make dasi bawaannya geli gitu."

"Mau geli, mau gatal. Yah lo tetap haruslah pake dasi. Kan sudah peraturannya. Sini gue pakein."

Gue ngangguk, dan Alex mulai berdiriin kerah baju gue.

"Btw, Alex. Kalo boleh tau, ciri-ciri doi lo kayak gimana?"

Gue natap kebawah Alex, dengan pelan jari jemarinya itu mengikat dasi yang dia pasangin ke gue, masuk kedalam keluar lagi, menyilang lagi. Gue paling gatau kalo soal masang dasi kayak gini.

"Ciri-cirinya? Lo beneran pengen tau?"

"Umh.. Iya. Berbagi itu indah loh."

Alex cuma terkekeh geli.

"Ciri-cirinya yang seperti apa nih? Fisik? Sifat?"

"Semuanya anjas.."

"Hahaha, oke oke.. Secara fisik."

Alex natap gue, "dia itu rambutnya cokelat, pipinya tembem, terus.. Tinggi badannya 160pas, pergelangan tangannya mungil."

Gue cengo dengar penjelasan Alex. "Lo hebat ya, sampe tau tinggi badannya."

Alex tersenyum, dan ngelanjutin masang dasinya gue. "Kalau secara sifat, dia judes, tukang komentar, tukang kumat, suka emosian gaje dia, terus.."

"Tunggu dulu, itu kayaknya yang lo sebut, semuanya kayak sifat buruknya."

"Bukan buruk, itu memang sifat aslinya. Buruk maupun baik sama aja."

"Bhaks, ngeri banget doi lo itu."

Alex kemudian narik keatas dasi yang sudah dia lipat-lipat itu, lalu dia rapiin sedikit. Dan turunin kerah baju gue.

"Yah, gapapa ngeri. Gue cuma berharap. Dia bakal merhatiin gue seperti yang gue lakuin kedia." setelah mengatakan itu, Alex natap gue.

Gue merasa kalimatnya itu seperti ada sebuah sentruman, sehingga jantung gue berdebar lagi.

Padahal yang dia maksud Doinya, tapi kenapa gue yang berdebar?

Ini jantung kok bunyinya homo banget sih, bangsat.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Karena jam kosong, gue meluangkan waktu gue di perpustakan dengan modal wifi perpus, yang kenceng. Ena nih streaming disini.

Tapi, pengennya nindis YouTube, tapi malah yang kebuka Facebook.

Dan lagi, status pertama yang muncul itu Michelle punya.

Yah.. Gapapa lah gue liat timeline Facebook dulu

_

Micell_ β€’β€’β€’

"Jadi cantik itu susah πŸ’‹"

πŸ‘πŸ’¬πŸ“₯

Liked by Handa. and 1.320 others

View all comment

Kevin02: apalagi ngedapetin hati mu sangadh susah :")

Handa: Jomblo ngenesin, pergi coli sana! @Kevin02

Leo nicolas: woi, gue minta tisu. Posisi gue ada di toilet sekarang! Gercep! @Kevin02

Kevin02: bilang ae lu cemburu krn ga di notice kemarin sama michele @Handa.

Lu jadi manusia, tau diri dikit bisa? Gue bukan penjual tisu! @Leo nicolas

Handa: Sa ae lu aer kobokan warteg, setidaknya gue berusaha, tanpa bilang jomblo. @Kevin02

Kevin02: itu barusan lo bilang jomblo, dasar kelinci berdasi @Handa.

Leo nicolas: ntar pulang lo lewat mana? @Kevin02

Muaniss: gue mau ke indomaret, ada yang mau nitip?

Crloss: pisang, pisang apa yang ena? 🌚

Handa:

Gapapa kelinci berdasi, dari pada lo. Buaya buntung. Wkwkwk |@Kevin 02|

|@Muaniss| dari kemaren gue nitip dur*x, mana?

|@Crloss| hmm 🌚 semua pisang ena apa lagi yang uhuk!

Kevin02:

@Handa. Dasar banci kalengan! Lo kalo mau berkelahi sini! Kita adu panco!

CeryFJ: ish cabe

Leo nicolas: 🌚 I see pisang.

Alnerrr: michele, tolong nonaktifkan komentarmu.

Micell_ menonaktifkan komentar

Kevin02 β€’β€’β€’

"micin, micin apa yang istimewa?

Micintaimu.. Ciaaa"

πŸ‘ πŸ’¬ πŸ“₯

Liked by neenn and 1.100 others

View all comment

Leo nicolas: sa ae lo gagang pintu

Handa: mama tau sendiriπŸ‘Œ

Evaann tamvan: najis bangsat @Kevin02

Kevin02: |@Leo nicolas| ganteng gini di samain sama gagang pintu? Mata lu picek ya?

@Handa| Bodo handa bodo!

@Evaann tamvan| bukan lo gblk!

Fans ikemen boy: kakak ganteng deh.

neenn: orang kurbel

Alx: ^(2)

Justin: ^(3)

Ian chuck: ^(4)

MbaDiana: seme baru buat Handa @CeryFJ

CeryFJ: Handa itu seme, seme sama seme gimana rasanya coba? Lagian Handa udah ada pasangannya.

Alnerrr: pulpen hictec gue kembaliin!!

Kevin02: @Alnerrr bukan gue yang ambil!

Handa. β€’β€’β€’

"Dari tadi galau mikirin kenapa kalo niup 'huh' udaranya dingin, kalau niup 'hah' udaranya panas."

πŸ‘πŸ’¬ πŸ“₯

Liked by neenn and 2.969 other

View all comment

Leo nicolas: kalau mendesah gimana bro? 🌚

Handa: @Leo nicolas panas dingin jadinya bro 🌚

Crloss: I see mendesah 🌚

Shuu': @neenn @Evan tamvan @Alx @Justin @Juan elias @Ian chuck @.JJ @rafii @Muaniss

neenn: sekalian aja lo tag sekampung! @Shuu'

Alx: ^(2)

Justin: ^(3)

Muaniss: ^(5)

Ian chuck: 4 dulu gebleg @Muaniss

Kevin02: gue ga di tag? @Shuu'

Handa: Orang kosong kayak lo ga pantas di tag @Kevin02

CeryFJ: woi! Sememu tuh! @Muaniss

Leo nicolas: anjirr, tanggung jawab lo! @Handa.

Handa: Eh? Kenapa gue tanggung jawab? Gue hamilin lo ya? @Leo nicolas

Leo nicolas: fak. bukan itu njing. Gue ngepraktein apa yang lo bilang di status lo!

Crloss: gausah galai

Crloss: *gakau

Crloss: *gslau

Crloss: GALAU NJIRR! AH! INI KEYBOARD NGAJAK BERANTEM!

neenn: nyampah lu ajg @Crloss

Alx: @neenn lo dimana?

Kevin02: gaada yang mau nanya keberadaan gue juga nih?

neenn: @Alx di perpus, waifi geratis bro. Uhuy!

Muaniss: sayang

Handa: @Muaniss iya sayang ;)

Evan Tampan: homo bngst

CeryFJ: KYAAA KAPAL OTP PARAMOUR KW GUE BERLAYAR JUGA!! @Handa @Muaniss

neenn: Fujo kamprt

Muaniss: gue ga manggil lu sayang najiz, orang gue lagi nunggu orang buat nyambungi lagu via vallen.

Alnerr: pulpen hictec gue mana oi!

Handa: Ya mana gue tau dimana pulpen hic tec lo @Alnerr

β€’Tebecehβ€’

"Jangan ganjen, kamu gak akan kuat. Biar aku saja, yang ganjenin kamu."

-Handa 2K18-

Next chapter