Kaisar terdiam, maniknya menatap ke arah sebuah bayangan yang berdiri tepat di hadapannya. Pena yang berada di tangannya dia genggam erat, mungkin pena itu akan patah jika dia menekan lebih kuat lagi.
Tapi Kaisar tidak peduli, bibirnya yang tertutup memulai terbuka. Melirik ke arah lain yang kosong, karena dia memang ada di ruang kerjanya. Dan dia juga tidak bisa begitu saja teriak karena bayangan itu akan menyerangnya.
Dan dia memilih tenang, menutup sebilah bibir itu lagi dan menaruh penanya pelan. Dia mendongak, menatap tepat pada sepasang kaki yang terus saja diam di tempatnya. Diam, terpaku pada sosok yang dia kenal bahkan mungkin sangat dekat dengannya. Tapi, sosok itu terlihat berbeda dengan sebuah senyuman miring yang menghiasi wajahnya.
"Selamat malam ayah.."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com