webnovel

Back to Academy

Semua tempat yang ada di Kekaisaran sudah di sucikan, tidak ada lagi jejak wabah penyakit yang menjadi ingatan buruk mereka. Jelas semuanya berkat Sean yang seorang Kesatria Kuil Suci, dia melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuan yang dia miliki.

Manik berwarna abu gelap itu menatap Rimonda yang tersenyum lebar menatap Sean "saya senang anda tersenyum Yang Mulia.."

Setelah kejadian dua hari lalu, sikap Sean berubah. Dia menjadi seorang kesatria yang sangat sopan dan benar-benar patuh padanya. Bahkan Ramon saja masih asing dengan Sean yang begitu berbeda dari kesan pertama yang mereka dapatkan hari itu.

Rasanya seperti mereka bertemu dengan orang baru, tapi nyatanya orang yang mereka hadapi sekarang adalah Sean. Pria berumur lima belas tahun yang memiliki sikap seperti seorang antagonis dan selalu membenci orang-orang Kekaisaran.

Tapi kali ini, di hadapan mereka hanya ada Sean. Seorang pria berumur lima belas tahun yang memiliki sikap sopan dan begitu patuh pada Rimonda. Apakah mereka harus bersyukur karena sudah bisa menggenggam seorang yang memiliki status penting di Kuil Suci.

Sepertinya Rimonda juga merasa kehadiran Sean di antara mereka sudah lebih dari cukup untuk sekarang. Walau begitu mereka jelas harus berhati-hati dengan Putra Mahkota yang masih terlihat begitu tenang sekarang. Mengingat sikap kakak mereka, jelas kakak mereka tengah merencanakan sesuatu yang mereka tidak tau.

Tapi biarkan saja Putra Mahkota melakukan hal yang dia inginkan, asalkan mereka juga bisa bertindak untuk menghindari kelakuan buruk itu maka tidak apa.

"Yang Mulia, mari kita kembali"

Sean kembali bersuara setelah dia menyelesaikan semua tugasnya, maniknya terlihat begitu lembut dengan salah satu tangan terulur untuk Rimonda. Dan dengan santai Rimonda meraih tangan Sean mengabaikan Ramon yang menggerutu karena di abaikan.

Jelas biasanya Ramon yang selalu membantu Rimonda tapi setelah ada Sean dia jadi jarang di butuhkan. Memikirkannya saja sudah membuat Ramon kesal apalagi dia harus melihatnya setiap saat sekarang. Mereka kembali ke akademi dengan Sean yang masih saja mengekori mereka.

Lebih tepatnya Sean tengah mengekori Rimonda saat ini, dan entah kenapa Ramon merasa tidak nyaman dengan tatapan semua murid yang mengarah pada mereka "apa kau tidak ada niatan untuk pergi!"

Jelas Ramon tengah mengusir Sean, tapi status Sean adalah kesatria pribadi Rimonda jadi dia harus selalu ada di samping Rimonda "saya tidak bisa melakukannya Yang Mulia.." jawab Sean ramah.

Bukannya menyerah Ramon langsung berhenti menatap tajam ke arah manik abu gelap milik Sean itu "kau itu, ini akademi! Bisakah kau tidak mengganggu kami"

Rimonda langsung menghela nafas panjang, maniknya menatap kakak kembarnya yang begitu kesal sekarang. Sepertinya memang Sean tidak seharusnya ada di sini, apalagi ini adalah hari pertama mereka sekolah setelah mengambil cuti selama seminggu.

Dan peraturan sekolah juga tidak memperbolehkan kesatria masuk ke lingkungan akademi.

"Sir, anda bisa pergi. Saya pikir pekerjaan anda sudah menumpuk sekarang" ucap Rimonda menatap Sean yang terlihat tidak suka tapi Sean akhirnya mengangguk dan membungkuk pada Rimonda.

"Saya harap Yang Mulia memanggil saya jika ada masalah" ucap Sean sebelum memberikan sebuah kalung pada Rimonda.

Kalung dengan permata berwana abu gelap itu membuat Rimonda terkejut, ah.. dia ingat jika para kesatria selalu memberikan sebuah kalung untuk memanggil mereka. Tapi dia tidak percaya jika akhirnya dia mendapatkan kalung itu dari Sean, permata yang berwarna sama dengan mata Sean itu begitu indah.

Sepertinya dia harus bersyukur bahwa dia memiliki seseorang yang akan membantunya sekarang "terima kasih"

Sean jelas terkejut tapi akhirnya dia tersenyum dan langsung meninggalkan Rimonda. Gantian Ramon yang bernafas lega menatap Rimonda yang masih mengamati kalung pemberian Sean.

"Apa kau begitu menyukainya?" Ramon terlihat kesal tapi dia juga bahagia karena adiknya memiliki orang yang akan membantunya sekarang.

Dan Rimonda langsung mengangguk dan menggunakan kalung itu, kalung yang simpel dan tidak begitu mewah. Sangat menyenangkan dia bisa memiliki kalung ini dan Rimonda akan menjaga kalung ini dengan baik.

"Sebaiknya kita masuk kak" ucap Rimonda menarik Ramon yang mengangguk setuju.

Mereka melangkah menuju ruang kelas yang sudah ramai akan murid-murid, semua murid jelas menatap mereka dengan bisikan yang terdengar jelas di telinga mereka. Sepertinya mereka memang harus siap menjadi bahan rumor di akademi sekarang dan seterusnya.

"Yang Mulia.."

Suara itu jelas suara Richard, pria yang mengaku sebagai teman Caesar. Pria itu tengah membungkuk memberikan salam pada mereka, apakah ada hal buruk yang terjadi sampai anak kelas sebelah mendatangi mereka sekarang.

"Caesar tidak ada, saya dengar dia sudah tidak masuk selama tiga hari" ucapan Richard membuat si kembar terkejut.

Manik keduanya langsung terlihat khawatir dan bersiap untuk pergi sampai mereka bisa melihat Caesar yang berjalan mendekati mereka "salam pada Bintang Kekaisaran.."

Caesar membungkuk menujukkan sebuah tatapan yang begitu menghormati si kembar. Tidak ada lagi tatapan bersahabat yang dulu mereka lihat, apakah pertengkaran mereka seminggu yang lalu menjadi lebih buruk. Mereka pikir semuanya akan membaik setelah mereka kembali, tapi Caesar bahkan langsung berjalan menuju bangkunya setelah memberi salam.

Si kembar terdiam menatap nanar akan Caesar yang mengabaikan mereka, dan mereka jelas melihat tawa mengejek dari Giselle sekarang. Dugaan mereka memang benar bahwa penyebab pertengkaran mereka adalah Giselle. Tapi apa untungnya gadis itu melakukan hal tidak berguna seperti ini.

Apa dia berniat membuat si kembar tidak memiliki orang yang berharga, akhirnya keduanya menghela nafas menatap Richard yang berniat pergi. Keduanya melangkah mendekati bangku mereka dan mulai duduk tenang menatap ke arah depan.

Sepertinya mereka berdua harus menyelesaikan masalah ini secepatnya, jika tidak si kembar jelas tidak tau akan seperti apa hubungan mereka nantinya. Jam pelajaran di mulai dengan Profesor yang mengajar mereka memberi selamat pada mereka dan menyuruh mereka mendatangi ruangan Kepala Profesor.

Si kembar jelas tau apa yang akan terjadi, tapi sebagai murid yang baik mereka harus menurut walau kesal. Dan mereka juga harus mengurungkan niat mereka untuk berbicara dengan Caesar saat istirahat nanti. Jam pelajaran selesai dan si kembar bangkit berniat menuju ruangan Kepala Profesor tapi mereka di hadang Caesar.

Murid-murid memang sudah pergi keluar kelas dan hanya tinggal mereka bertiga di sana. Dan Rimonda langsung sadar akan apa yang terjadi pada Caesar sekarang "maafkan aku.." ucap Caesar menunduk tidak berani menatap mereka.

"Aku terlalu bodoh untuk melupakan bahwa kalian ingin hidup di dunia ini, Yang Mulia.. saya akan menjadi teman sekaligus orang yang akan mendukung anda"

Next chapter