webnovel

Mereka Berdua Cukup Serasi

Sementara itu, Ai Zhiyi juga diam-diam memerhatikan Chu Weixu yang sedang memandangnya dengan senyuman, mengamati setiap sudut wajah Chu Weixu yang terlihat segar dengan rambut yang masih basah.

Di mata Ai Zhiyi, Chu Weixu memiliki fitur wajah tegas. Orang-orang yang pertama kali melihatnya akan menyimpulkan bahwa Chu Weixu memiliki tempramen buruk dan keras walau wajahnya sendiri tampan. Itulah mengapa banyak gadis menyukainya saat di bangku sekolah, bahkan hingga saat ini. Sikap 'bad boy' dan acuh tak acuh selalu menarik dan terkesan lebih keren, sehingga para wanita bisa kehilangan martabat dan tatakrama mereka sebagai seorang wanita.

Namun, dari semua itu, ada kelembutan yang menggambarkan kasih sayang yang sama sekali tidak bisa ditutup-tutupi di wajahnya. Hanya Ai Zhiyi yang bisa melihatnya. Jadi, karena itu Ai Zhiyi selalu merasa bahwa itu adalah titik lemah yang membuatnya tidak bisa memarahi Chu Weixu terlalu lama.

Chu Weixu berdiri dibalik sinar matahari yang masuk melalui jendela bergaya eropa, sehingga ia tampak seperti dewa yang berbalut pakaian manusia, menyambut Ai Zhiyi dengan ramah dan penuh anugerah. Ai Zhiyi mengedipkan mata, berusaha mengalihkan dirinya sendiri dari rasa takjub.

Mata Chu Weixu cemerlang dan bersinar seperti berlian yang memiliki kilauan mulia. Hangat dan tenang. Namun, itu bisa saja berubah sangat tajam seperti pisau tertajam di dunia yang mampu membelah sutra yang melayang di udara. Itu bisa menjadi sangat mematikan, menusuk seperti sebuah pedang yang menancap jauh ke dalam hatimu saat kemarahan menguasai diri Chu Weixu, membuatnya terlihat seperti iblis dari neraka. Tidak ada gambaran khusus selain berkah dan nestapa.

Walaupun Chu Weixu tidak pernah menunjukkan sisi buruk itu kepada Ai Zhiyi, bukan berarti Ai Zhiyi tidak pernah melihatnya. Ai Zhiyi bahkan sudah beberapa kali menyaksikannya secara langsung bagaimana Chu Weixu mengamuk kepada orang-orang yang sering mengganggu Ai Zhiyi saat mereka masih di bangku sekolah dulu dan itu benar-benar buruk. Tidak heran jika banyak dari teman-teman sekelas mereka yang memperingatinya untuk tidak terlalu dekat dengan Chu Weixu.

Namun, pada akhirnya mereka berdua berakhir dengan hidup bersama tanpa sepengetahuan orang-orang, yang membuat peringatan itu hanya berupa kata-kata biasa. Perasaan Ai Zhiyi bukanlah hipokrit walaupun itu tidak direncanakan, begitupun Chu Weixu. Itu muncul tiba-tiba seperti sebuah takdir.

'Cinta bisa saja tiba-tiba mengetuk pintu hatimu, menerima dan mengabaikannya adalah pilihanmu', dan Ai Zhiyi memilih untuk menerima dan tidak pernah menyesalinya.

"Xiaoyi, selamat pagi," Chu Weixu menyapa dengan hangat. Ia lalu melanjutkan dengan nada sedikit merengek, "Aku sudah berusaha menahan diriku selama dua hari untuk tidak merokok. Aku berjuang setengah mati untuk itu. Biarkan aku merokok hari ini, oke? Besok aku akan jeda lagi."

Suara Chu Weixu berat dan dalam yang terdengar memikat, bahkan sudah banyak orang yang jatuh Cinta hanya dengan mendengar suaranya. Selain wajahnya, suaranya adalah salah satu sumber daya tarik yang membuat siapapun bisa jatuh hati

Ai Zhiyi memutar bola matanya. Setelah ia mengatakan kata-katanya, ia enggan berkomentar apa-apa lagi. Ia telah memberikan teguran sekali dan enggan menegur Chu Weixu dua kali. Seorang pembangkang seperti Chu Weixu hanya menjadi penurut sementara dan tidak akan pernah bertahan lama. Jika hari ini ia sangat patuh, maka besok Chu Weixu akan kembali berulah seperti anak nakal yang tidak bisa diatur dengan kesalahan berbeda. Itu sudah menjadi kebiasaan Chu Weixu sejak dulu, seperti ciri khas yang mudah diingat oleh Ai Zhiyi.

Menarik napas dalam diam, Ai Zhiyi dengan tenang berjalan ke meja.

Chu Weixu mengikuti prinsip 'bertengkar dan berselisih itu pasti, karena dari konflik bisa membuat pasangan kekasih bisa saling memahami', jadi ia sama sekali tidak merasa tersinggung dengan pengabaian itu. Ia sadar bahwa sikapnya kemarin terlalu egois dan curiga.

Menggosok ujung rokok di kusen, Chu Weixu merasa harus menuruti Ai Zhiyi, dan kemudian mengikuti Ai Zhiyi berjalan ke meja makan. Ia bertanya dengan nada tenang, "Kenapa pagi sekali? Jadwal lesmu jam sepuluh, bukan?"

"Sebelum pergi, aku akan membantumu menyiapkan bahan-bahan di bawah," Ai Zhiyi merespons dengan santai. Ia menarik kursi dan segera duduk dengan sangat anggun. Biasanya ia selalu duduk berlawanan dengan Chu Weixu sehingga ia bisa menatap pria itu diam-diam saat mereka makan, namun kali ini ia memilih untuk duduk di sampingnya.

Chu Weixu tersenyum. Melihat pria itu duduk di sampingnya, Chu Weixu menatap ke arah Ai Zhiyi dengan mata berbinar.

Ai Zhiyi menggeser mangkuk supnya, menghirup aroma gurih yang membuatnya lapar. Uap panas seketika menerpa wajah putihnya yang mulus, meninggalkan jejak kemerahan di pipinya yang tampak seperti buah apel yang baru saja matang. Ia mengaduk-aduk isi sup, membiarkan bumbu menyatu sebelum menyudu sup dengan potongan kentang besar di dalamnya.

Chu Weixu paling tahu bahwa Ai Zhiyi sangat menyukai kentang, jadi ia dengan sengaja menaruh banyak potongan kentang besar ke dalam sup. Melirik Ai Zhiyi, ia bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Enak. Hanya saja sedikit asin bagiku."

Chu Weixu mengerutkan kening, merasa ragu dengan pendapat itu. Sebelum Chu Weixu mengangkat sup dari kompor, ia beberapa kali mencicipinya terlebih dahulu untuk memastikan bahwa rasanya sudah cocok. Tapi, Ai Zhiyi baru saja berkomentar, jadi Chu Weixu segera mengambil sendok dan mencicipinya sekali lagi. "Hmm? Kurasa ini sudah pas. Aku hanya menambahkan dua sendok garam tadi. Kau memberitahuku sebelumnya, bukan? Jadi, aku mengikuti arahanmu."

Ai Zhiyi memang sering mengarahkan Chu Weixu di dapur, seperti jangan memasukkan lada ke dalam ikan; jangan tambahkan seledri; jangan tambahkan bawang pada sayur; jangan terlalu banyak garam, namun Chu Weixu tidak pernah mengerti dengan 'takaran khusus' dan 'sesuaikan', hingga akhirnya Chu Weixu mengikuti arahan Ai Zhiyi tanpa mengira-ngira.

Menggeleng pelan, Ai Zhiyi tetap pada pendapatnya. "Tidak. Ini masih asin. Tapi tidak masalah jika ada nasi."

"Mau ku ambilkan?" tanya Chu Weixu, ia merasa luluh di hatinya.

"Tidak perlu. Ini sudah enak. Masih bisa dimakan."

Itu terdengar kejam, tapi Chu Weixu merasa malu begitu mendengarnya. Ia menggosok tengkuk lehernya, berpikir bahwa ia memang seharusnya menambahkan satu setengah sendok garam tadi.

Ai Zhiyi sebenarnya memiliki nafsu makan yang kurang baik akhir-akhir ini, tapi tidak bisa mengatakan bahwa ia tidak bisa makan banyak kepada Chu Weixu sehingga ia hanya bisa menghindar dengan penolakan halus yang bisa mencegah konflik. Ia lalu kembali memakan supnya dengan tenang.

Tiba-Tiba, tangan lembut menyentuh wajah Ai Zhiyi, membuat Ai Zhiyi membeku seketika. Lalu, jemari itu membelai rambut Ai Zhiyi yang klimis. Dengan jarak seperti ini, Chu Weixu bisa mencium aroma shampoo Ai Zhiyi, jadi ia tidak bisa menahan untuk tidak mengatakan kekagumannya, "Kau wangi sekali."

Ai Zhiyi tersenyum, membuat wajahnya dua kali lebih lembut. Ia menoleh ke arah Chu Weixu dan berkata dengan suara anggun walau kata-katanya sendiri sedikit mengejek, "Simpan pujianmu dan segera makan makananmu. Setelah ini, biarkan aku mengeringkan rambutmu. Kau bahkan selalu membuatku harus terus merawatmu seperti anak kecil karena kau tidak bisa mengurus dirimu sendiri."

Mendengar kata-kata itu, Chu Weixu terkekeh pelan. Ia mengambil sendok sup, menuang beberapa sendok ke dalam mangkuknya. Ia berkata, menunjukkan mereka memang cukup serasi.

"Rambutmu juga sedikit panjang. Sepertinya, kita berdua memang tidak bisa mengurus diri sendiri. Bagaimana jika saat kau kembali, biarkan aku menggunting poni yang hampir menutupi matamu?"

Next chapter