webnovel

~Dawai-Dawai Asmara~

Chen Liao Xuan langsung memuntahkan darah segar yang menyumbat dadanya. Dia nyaris seperti tersedak dan terbangun dari masa-masa sekaratnya. Jemarinya yang tadinya melemah kini mulai memerikan kekuatan-kekuatan kecil. Hingga akhirnya dia membuka matanya, dengan rasa sakit yang teramat sangat. Dadanya bahkan seperti dibakar oleh api neraka yang paling panas sekalipun.

Keningnya keluar keringat dingin, dia mulai menebarkan pandangannya untuk sekadar mengetahui, di mana dia sekarang ini. Namun tiba-tiba, Chen Liao Xuan memegangi kepalanya yang teramat sakit. Selama pingsannya tadi... apa yang terjadi kepada kepingan-kepingan memori aneh itu?

Dia tak bisa mengingat apa yang telah dia lihat tadi. Setiap kali dia mengingat bahkan rasanya seperti dihantam oleh ribuan benda tumpul dan itu sangat menyakitkan. Chen Liao Xuan kembali menebarkan pandangannya, dia sekarang sedang berbaring di atas sebuah ranjang kecil, yang bahkan kedua kakinya saja tak dapat bagian dari ujung ranjang itu. Dia lantas menyibak tumpukan jerami yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Kemudian, dia mengerutkan keningnya bingung.

Dia di mana? Bagaimana bisa dia berada di sini? Setahu Chen Liao Xuan, terakhir hal yang dia ingat adalah, dia sedang bertempur hebat dengan pasukan rubah. Lalu, dia mendapatkan sebuah pukulan dengan cara teramat kotor. Lalu dia terjatuh di sebuah hutan pinus, bertemu dengan sosok aneh yang bahkan Chen Liao Xuan lupa. Sosok aneh apa itu?

Lagi, dia terbatuk. Gumpalan darah berwarna hitam pekat terus keluar dari mulutnya. Namun, dia memiliki cukup tenaga untuk menyembuhkan diri. Ya, mungkin sekitar dua purnama, atau tiga purnama lagi?

Tunggu....

Chen Liao Xuan kembali mengerutkan keningnya. Pukulan itu, adalah salah satu jurus rahasia dari kelompok siluman rubah. Bahkan, siapa pun yang menerima pukulannya, pasti akan musnah seketika. Untuknya yang mungkin adalah sosok Raja Iblis sekalipun, tidak akan sanggup menerima pukulan itu. Seharusnya, bahkan dia ikut musnah atau bahkan butuh waktu ribuan tahun purnama untuk bisa sadar diri dan bangkit. Lalu dia?

Apakah dia telah melewati satu musim semi berikutnya? Apakah dia telah melewati satu musim dingin berikutnya?

Chen Liao Xuan pun melirik, dua buah mangkuk yang ada di meja sampingnya, masih mengeluarkan asap tipis. Meski dia sendiri tak yakin kenapa ada mangkuk berisi bubur di sana. Tapi satu yang pasti. Dia tidak melewati musim apa pun. Bahkan mungkin, melihat keadaan itu, dia bahkan belum melewati satu hari pun. Dan dia sudah bisa sadarkan diri, di saat dia terkena jurus rahasia itu pada posisi dia sedang dalam keadaan kehilangan semua kekuatannya? Ini benar-benar gila!

Chen Liao Xuan kembali terbatuk, tangan kanannya terus menekan dadanya. Ada ramuan di sana yang dibalut oleh kain dari pakaian seseorang. Untuk kemudian, dia menebarkan pandangannya lagi, sebuah perapian kecil terlihat baranya masih menganga. Untuk kemudian, dia kembali memejamkan matanya. Tidak... tidak, dia harus segera kembali ke istananya. Meski semedinya telah gagal dia tetap harus kembali. Sebab purnama mendatang adalah sebuah pengukuhan, adanya jamuan yang membuat dia akan dicari banyak orang. Dan jika dia tak muncul, pasti para petinggi kerajaan iblis akan mempermasalahkannya. Kemudian, dia akan dipaksa keluar dari istna dengan alasan tak becus mengurus kerajaan iblis.

Mata Chen Liao Xuan langsung memerah, taringnya keluar kemudian dia mengerang kuat. Menghasilkan sebuah raungan yang amat menyakitkan. Bahkan sosok yang berjalan sendirian sambil membawa sebuah keranjang kecil itu sedikit meciut. Hingga akhirnya, Chen Liao Xuan memutuskan untuk berdiri. Tapi, kedua kakinya benar-benar terasa begitu lemah. Dia nyaris jatuh. Namun tiba-tiba....

Sebuah tubuh kecil menumpu tubuhnya. Chen Liao Xuan terhuyung karena tubuh kecil itu agaknya sangat rapuh. Dengan sekuat tenaga, tubuh kecil itu menguatkan kuda-kuda kakinya. Untuk kemudian kedua tangannya memeluknya dengan erat. Namun, bukan itu yang menjadi pertanyaan bagi Chen Liao Xuan. Dia sama sekali tak mengerti kenapa perasaannya menjadi aneh saat dipeluk oleh sosok kecil di depannya ini. Hatinya bergemuruh hebat, ada rasa sakit, rasa rindu dan tiba-tiba hatinya menghangat dalam satu waktu. Terlebih, seperti ada kekuatan yang ada di dalam tubuh sosok kecil itu yang menerobos masuk ke dalam dadanya. Untuk kemudian kekuatan itu mulai memenahi setiap sel-sel dan luka dalam yang ia terima. Dia, sama sekali tak mengerti, kekuatan aneh macam apa ini?

"T... Tuan, kau tak apa-apa?" tanya itu dengan suara bergetar. Pelan-pelan dan sepenuh tenaga sosok itu mendudukkan Chen Liao Xuan kembali ke ranjang kecilnya. Tapi saat sosok itu ingin melepaskan pelukan Chen Liao Xuan, dengan cepat Chen Liao Xuan menahannya. Sehingga, keduanya masih dalam posisi saling peluk. "Tuan, kau jangan kurang ajar! Aku adalah wanita baik-baik dari keluarga baik-baik, apa kau tahu itu!" marah sosok itu. Namun, Chen Liao Xuan tak peduli. Dia terus merengkuh sosok itu dengan erat. Bukan karena dia ingin, akan tetapi dia butuh. Ya, dia butuh energi yang dihasilkan dari tubuh sosok itu, yang bisa membuat lukanya sembuh dengan sangat cepat dan tepat. Sampai pada akhirnya, sosok kecil itu berhasil melepaskan diri. Dan Chen Liao Xuan memuntahkan semua gumpalan-gumpalan darah segar dari mulutnya dengan sangat sempurna.

Anqier, agaknya kaget, melihat sosok yang baru saja memeluknya dengan sangat erat itu memuntahkan gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam pekat. Hitam... apakah darah manusia itu berwarna hitam? Anqier kembali menetralkan otaknya. Sosok ini bukanlah manusia, tentu saja! Sebab, bagaimana bisa seorang manusia bisa terjatuh dari langit seperti bintang, dengan tubuh yang masih utuh! Dan dia masih bisa bertahan hidup sampai sekarang dalam kondisi yang tadinya... sekarat? Siapa sosok di depannya ini? Anqier benar-benar tak tahu. Hanya saja, rambut hitamnya yang menjuntai, serta wajah tampannya yang bahkan ketampanannya nyaris tak seperti manusia ini membuat perasaan Anqier aneh. Dia seperti tak asing dengan wajah itu. Tapi, dia sendiri juga tak tahu, kenapa dia bisa memiliki perasaan familier itu.

"Tuan, apa kau tak apa? Jika kau ingin memuntahkan semua luka dalammu, silakan. Setelah ini aku akan menghangatkan buburnya untukmu," kata Anqier cemas.

Kedua mata itu kini bertemu. Sepasang mata Chen Liao Xuan dan juga sepasang mata milik Anqier. Keduanya, nyaris tanpa kedip. Bahkan kedua pasang mata itu kini tampak nanar. Keduanya sendiri tak tahu, apa yang telah terjadi. Kenapa hati keduanya menjadi sangat sesak dan sangat aneh seperti ini. Namun tiba-tiba, Chen Liao Xuan memalingkan wajahnya. Kemudian dia kembali menekan dadanya dan terbatuk.

"Di mana aku, dan siapa kau? Manusia—"

"Berhentilah berceloteh, Tuan. Aku adalah manusia yang kebetulan ada saat kau jatuh ke bumi seperti bintang. Meski aku sendiri tidak tahu siapa kamu, dan bagaimana kamu bisa terjatuh seperti itu. Tapi sepertinya, kamu telah melakukan peperangan yang cukup serius. Itu tampak nyata dari luka yang kau dapatkan sekarang. Bahkan aku pikir, mungkin saja kau akan mati dan tak tertolong. Namun siapa sangka, kau bahkan bisa sadarkan diri dalam hitungan jam seperti ini. Bukankah kau merasa jika para Dewa sangat begitu memberkatimu?"

Next chapter