webnovel

accident#30

21++

Belum sempat Toey berbicara, ada lagi yang masuk ke ruangan itu.

Mereka adalah Boom, Oajun, Purim, dan juga Ohm yang masih diluar dan tak diizinkan masuk.

Kenapa? Karena Ohm sudah berkeringat dingin setelah menghirup feromon Toey. Mereka belum Matting jadi akan bahaya jika Ohm menyerangnya sekarang.

Maka dari itu ia dibiarkan di luar.

"Astaga, kenapa ramean gini si anjir?" Bingung Oajun lalu menarik Fiat agar berada di gendongannya.

" kaga tau dah, pusing gueee" keluh Toey.

Memang akan menyakitkan baginya yang belum matting saat heating. Karena belum ada yang meredakan nya.

"Duh Toey lu bawa obatnya kaga?" Tanya Purim sambil memangku Chimmon yang masih gelisah.

"Kaga bawa gue anjir, lupa asli" jawabnya.

"Kalo misal lu langsung matting sama Ohm gapapa?" Tanya Boom.

"Hah?? Sekarang??" Boom mengangguk. Ia lalu menggendong Peak yang masih sama gelisahnya dengan yang lain.

"Iya, ntu si Ohm gue tinggal di luar takutnya nyerang lu" jawabnya.

Belum sempat Toey menjawab, ia sudah merasakan sakit di tubuhnya, maka dari itu ia langsung mengangguk dan membiarkan Boom membawa Ohm masuk.

"Ahh gila, asli Toey kenapa kamu bikin kaka gini??" Heboh Ohm lalu mendekati Toey. Ia lalu mengangkat Toey dan membawanya pergi.

Biarlah mereka matting dulu.

Fyi, bagi mereka yang sudah matting taakan bisa tergoda oleh feromon dari mate lain, walaupun mereka masih bisa menghirupnya.

Tetapi untuk yang belum menemukan mate nya, mereka tak bisa mencium feromon dari mate lain.

Maka dari itu Ohm hanya terpancing oleh feromon Toey saja.

Sing menatap Max bingung, lelaki jangkung itu terlihat gelisah sedari tadi. Sebenarnya ia belum saja menyadari bahwa itu juga terjadi pada ketiga alpha lainnya.

"Ni bau jeruk punya siapa si?" Tanya Sing.

"Punya Toey" jawab Fiat sambil memejamkan matanya. Saat ini ia masih dalam keadaan sama, di gendongan koala Oajun.

"Ooh baru tau gue" jawabnya.

Ia lalu kembali menatap Max yang sudah mengucur deras keringatnya.

Dengan perlahan ia mengusap nya membuat Max menatapnya.

"Gatahan banget?" Tanya Sing. Max mengangguk melas, membuat Sing menghela napas.

Ia lalu menatap yang lainnya, bahkan di pojokan ada Purim yang sudah menciumi leher Chimmon. Peak yang justru sedang kegerahan di kipasi oleh Boom. Dan juga Fiat yang tertidur di gendongan Oajun.

"harit chat mamah dulu" ucapnya lalu dengan segera mengabari mamah Max.

Setelah mengabari mamah Max, Sing lalu membiarkan Max menggendongnya dan membawanya ke kamar hotel.

Melihat Max yang pergi dengan terburu buru, Purim lalu menatap Chimmon yang sudah pasrah di pangkuannya.

Ia lalu membawa Chimmon pergi dan hal itu membuat kedua pasangan yang ada disana ikut kembali ke kamar masing masing.

Ohm sudah melakukan matting dengan Toey, dan sedang dalam proses. Sementara lainnya?

Sama saja.

Max lalu membaringkan Sing dengan hati hati. Ia membuka jas dan juga celana bahan Sing dengan cepat.

Setelah keduanya terlepas, tersisa dasi, kemeja, dan juga bokser Sing.

Ia lalu melepas dasi itu perlahan.

Sing menatapnya lemah dan sedikit khawatir.

Sepertinya Max akan mengganas. Ia harus siap bahwa nanti ia tidak bisa berjalan sama seperti teman temannya nanti.

Max meraup bibir kecil Sing itu perlahan, sementara tangannya dengan perlahan meremat pinggul Sing lalu meloloskan bokser itu.

Rematan itu terus turun ke bawah hingga ia merasakan jemari panjang itu meremat bokongnya dengan keras dan membuat lelaki kecil itu melenguh.

"Nghh~"

Gaya matting yang Max selalu lakukan adalah tidak kasar seperti pasangan generasi sebelumnya. Karena di generasi mereka matting dilakukan dengan lembut dan intens agar nantinya membuahkan hasil yang bagus.

Hanya ada beberapa pasangan yang masih melakukan gaya matting yang kasar. Seperti pasangan MaxTul, dan juga MewGulf.

Jemari Sing membuka jas hitam Max, lalu menarik dasi nya agar terlepas dengan cepat sementara si empunya sibuk mengobrak abrik rongga mulutnya.

"Aahh~~!! Nghh" desah nya tiba tiba saat Max menyentuh miliknya. Ia lalu menjambak rambut Max saat lelaki itu memasukkan kedua jarinya ke dalam sana.

"Ahh aahh~~"

Max semakin berkeringat, feromon mereka semakin tercampur, dan desahan dari Sing membuatnya tak tahan untuk berlama lama.

Ia pun segera menurunkan celana bahan dan boksernya, lalu ia mengambil pengaman dan memasangnya dengan cepat.

Ia lalu menatap Sing, mencium bibirnya sebentar lalu beralih membalikkan tubuh Sing agar tengkurap.

Ia lalu menarik pinggulnya, dan menciumi bahu Sing yang terbuka dari kemeja yang sudah tidak terkancing lagi itu.

"Ready?" Tanya Max tepat di samping telinganya. Sing lalu mengangguk. Kemudian Max mulai memasukkan miliknya dengan perlahan.

"Nghh~~" lenguh Sing saat milik Max sudah masuk seluruhnya. Max membiarkan nya untuk beberapa saat agar Sing terbiasa dahulu. Ia juga sadar pasti akan sakit bila langsung digerakkan.

Dan setelah terbiasa, Max kembali menggempur Sing habis habisan hingga tak terhitung lagi. Bahkan sebagai pembuktiannya lubang Sing hingga lecet dan memerah, tubuhnya yang penuh hickey entah untuk keberapa kalinya, lalu suaranya yang totally serak karena terlalu banyak berteriak. Bahkan wajahnya sembap karena menangis. Walaupun bukan karena kesakitan, tetapi karena, ekhem.

Mereka matting hingga senja, dan ketika baru saja selesai, Sing langsung tertidur karena terlalu lelah, Ia benar benar sangat lelah.

Max mengangkat Sing agar tertidur di atasnya, sementara ia menatap lelaki itu yang terlihat imut.

Astaga, tahan Max.

Ia memutuskan untuk mengambil ponselnya, dan mengecek emailnya sebentar lalu kembali menatap Sing.

Ia mengangkat lelaki itu, lalu menggendongnya walaupun masih dalam penyatuan yang belum terlepas.

Ia membawa lelaki itu sebentar, ia ingin minum. Lalu ia membawa Sing ke kamar mandi dan memandikannya.

Walaupun sudah dimandikan bahkan diberi minum, Sing hanya merespon kecil. Ia menurut saja ketika di mandikan, di beri minum, di pakaikan baju, bahkan diberi bedak bayi pun mau mau saja.

Dan saat ini, ia sedang di pangku oleh Max dan sedang duduk di balkon.

Keduanya sudah mandi dan bahkan, Sing sudah wangi bedak bayi. Dikarenakan semenjak mereka berpacaran, Max selalu memintanya untuk memakai bedak bayi.

Ia sangat menyukainya.

"Dedek dicariin ih daritadi, kemana coba? Tadi ada si L nyariin" tanya mamah tiba tiba masuk ke kamar lalu menuju balkon dan duduk di depan Max.

"Oh ada L? Sama pacarnya ya mah?" Sang mamah mengangguk sambil membuka tab nya.

"Iya, nama pacarnya Eza kayaknya, nyariin kamu juga tadi. Katanya kepo" ucap mamah.

"Ohh, nanti deh Max temu dia sama Harit" mamah pun mengangguk. Ia menatap Sing yang masih nyaman tidur di pangkuan Max. Ia bahkan memeluk lelaki itu erat seperti koala.

Mamah lalu mengusap rambut Sing perlahan, dan menatap Max.

Bungsunya itu sedang memainkan game di tabnya.

"Kecapekan banget kayaknya si Sing?" Tanyanya membuat Max terbatuk kecil.

"Abis kamu apain dedek??" Kepo mamah.

"Eee, tadi Sing sama serombongan lagi heating mah, ehe" jawabnya sambil menyengir.

" pantesan mamah masuk kok rada wangi wangi kopi susu campur sperma gitu, ihihihi" ucap mamah membuat Max menyengir lagi sambil mengelus rambut Sing.

"Eheheeheheh" ia hanya cengengesan sementara mamahnya menggeleng kecil.

"Kecapekan gini pasti kamu gila gilaan kan? Ih kasian calon mantu mamah" ucapnya sambil menatap punggung Sing.

"Ya gimana mah, kalo Max udah nyium feromonnya, ujung ujungnya ya pasti gini. Lagian mamah dulu sama papah juga ngerti ngerti aja kan maah?" Ucap Max membuat mamah menatapnya datar.

"Iya juga ya, heheeheheh" jawab mamah.

Keduanya asik mengobrol, sementara Ben dan Din masih sibuk mengurus urusan mereka, lalu papah yang sedang mebantu Ben mengurus kepindahannya ke Bali.

Rencananya Ben dan Din akan tinggal di Bali selama setengah tahun, lalu kembali ke Dormitory.

_________________________________________

Next chapter