webnovel

Bab 36. Dave Si Cerdas Dan Jenius

"Jangan menolak Anna, sejak tadi aku memperhatikanmu. Duduk dan makan atau aku akan memaksamu dan menyuapimu?"

"Aku bisa makan sendiri," balas Anna kembali duduk dan melanjutkan makannya.

Hingga mereka selesai, hanya ada keheningan. Nicho tak berani lagi bertanya apapun kepada wanita itu, takut jika menyinggung perasaannya.

.

.

.

"Besok aku berangkat dini hari, tak perlu membuat sarapan untukku," ucap Nicho ketika melihat Anna mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

"Baiklah," balas Anna hanya menoleh sekilas dan kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

.

.

Berdiri di balik jendela yang setengah terbuka, membiarkan angin malam membelai rambut panjangnya, mencoba melupakan segala hal yang terjadi siang tadi, namun gagal. Pikiran dan matanya menolak untuk diajak kerja sama, membuatnya tetap terjaga.

Dave sudah tidur beberapa jam yang lalu.

Helaan napas kasar berkali-kali terdengar lolos dari sela bibirnya. Meskipun ia tinggal bersama Nicho, seorang pria yang senantiasa menolongnya tanpa pamrih, namun bukan berarti Anna merasa nyaman di rumah ini. Mereka tidak memiliki hubungan apa-apa, dan rasanya seiring berjalannya waktu, apa yang ia lakukan sekarang merupakan sesuatu yang tidak benar, terlebih jika hanya terus menerima uang dari pria itu tanpa berusaha untuk menghasilkan uang sendiri.

Menoleh ke arah putranya dengan tatapan sendu, "Maafkan Ibu, Nak," gumamnya.

Dave sudah tumbuh besar, mungkin ia harus mencari pekerjaan sendiri agar bisa menyewa rumah dan hidup terpisah dari Nicho? Sudah terlalu banyak ia menerima bantuan dari pria itu, dan ia tidak ingin terus berada di rumah ini dalam keadaan seperti ini. Hidup layaknya benalu seolah tak memiliki rasa malu, ya meskipun itu hanya dirasakannya sendiri. Namun perasaan itu benar-benar sangat mengganggunya dan rasanya sangat tidak nyaman.

Hingga malam semakin larut, setelah memutuskan apa yang akan ia lakukan selanjutnya, Anna memaksakan diri untuk tidur.

….

Pagi menjelang, ketika Anna terbangun, saat itu Nicho sudah berangkat, hanya ada ia dan Dave di dalam rumah.

"Dave, kau sedang apa sayang?" tanya Anna mendekati putranya yang sedang duduk di sofa dengan kertas bergambar yang berada di tangannya.

Dave hanya menyodorkan kertas itu tanpa bersuara sedikitpun, menujukkan gambar di sana kepada Anna.

"Dave yang menggambarnya?" tanya Anna sembari melihat tiga sosok pada gambar.

Dave hanya mengangguk mengiyakan. "Ini Dave, Ibu, dan Paman Nicho," ucapnya menunjuk gambar dengan gaya bahasa khas anak kecil.

Mendengar itu, Anna tersenyum lembut sembari mengusap rambut Dave.

"Jika suatu saat, kita tidak tinggal di rumah ini lagi, Dave tidak apa-apa kan?"

"Selama Dave bisa terus bersama dengan Ibu," balas Dave singkat sembari mengangguk setuju.

"Tentu saja, Nak. Kemanapun Ibu pergi, Ibu akan selalu bersamamu," ucap Anna lalu mencium kening putranya itu dan memeluknya. Dave memang anak yang tidak banyak bicara, lebih suka diam dan menuruti semua keinginan Ibunya. Tidak pernah sekalipun anak itu membantah ucapan Anna.

Di usianya yang kurang lebih empat tahun, Dave termasuk anak yang cerdas dan jenius. Anak itu seringkali melakukan sesuatu hal dan menyelesaikkannya tanpa meminta bantuan sedikitpun. Kemampuan motoric dan caranya berbicara juga melebihi usia yang seharusnya. Mungkin karena gen dari Ayahnya? Entahlah, sebab dari kecil hingga sekarang Anna tidak secerdas itu.

Tidak hanya itu, Dave tidak pernah meminta sesuatu yang akan menyusahkan Anna, tidak sekalipun. Sejak usianya menginjak tiga tahun, Anna sudah mengajari banyak hal kepada Dave, dibantu dengan Nicho, Dave sudah menguasai banyak perhitungan, lancar membaca bahkan dengan beberapa bahasa asing sekalipun, begitupula dengan cara pengucapannya, ya meskipun masih terdengar kurang fasih, namun di umurnya yang masih terhitung sebagai balita, hal tersebut sudah merupakan sesuatu yang luar biasa.

Dave lebih suka berdiam diri di kamar, membaca beberapa buku yang seharusnya hanya bisa dipahami oleh anak berusia sepuluh tahun. Anna sendiri terkadang merasa heran dengan putranya itu. Terkadang ia merasa asing dan bahkan merasa ragu apakah Dave memang benar-benar anaknya atau bukan? Sebab pertumbuhan anak itu yang sangat berbeda dari usia yang seharusnya.

Meskipun baru berusia empat tahun, namun aura yang dimiliki Dave terasa sedikit berbeda. Tidak hanya banyak diam, namun putra Anna itu juga sangat minim ekspresi. Sehingga terkadang menyulitkan Nicho, bukan...namun bahkan Ibunya sendiri terkadang kesulitan menebak isi pikiran dan keinginan anak itu.

Aneh bukan? Namun itulah kenyatannya.

Hingga tengah hari, setelah Anna selesai membereskan segala pekerjaan rumah, ia hanya menemani Dave di ruang tengah. Bukan menemaninya bermain atau menonton adegan kartun di televisi, namun hanya berdiam diri di sofa, sembari menatap bocah laki-laki itu membaca sebuah buku yang dari sampulnya saja ia bisa mengetahui bahwa buku itu berisi perhitungan yang berbahasa inggris.

Ya, Nicho sering membeli buku untuk Dave.

Kadang Anna merasa bersyukur dan tak jarang pula ia merasa ngeri melihat perkembangan anaknya. Jika diusianya yang seperti ini Dave sudah secerdas itu, apa jadinya ketika putranya itu sudah dewasa nanti?

Next chapter