webnovel

Day 8

Seattle, United State of America

Jisoo langsung membuka pintu apartemennya lalu menghirup udara yang ada di dalam apartemen tersebut lalu menghembuskan nafasnya, "Rose? Lo gak mau masuk?" Rose langsung melihat kedalam apartemen milik Jisoo langsung menatap Jisoo, "ini... apartemen kamu Jis?" Jisoo langsung mengangguk, "iya, ini apartemen aku sama bunda aku tinggal... walaupun ini tersmasuk apartemen kumuh, tapi building managementnya bagus kok" Jisoo tanpa sadar langsung menarik lengan Rose masuk lalu menutup pintunya.

"Emang gak se gede rumah kamu, Rose... tapi masih layak tinggal kok" Rose hanya mengangguk, Rose langsung menatap kesekeliling apartemen Jisoo dan mendekati rak yang penuh dengan foto keluarga, "Jis??" Jisoo langsung menghampiri Rose lalu memberikan satu botol bir, "apa?" Rose langsung memperlihatkan foto keluarga. Jisoo langsung mengambil foto tersebut dan menaruhnya kembali. "Janji, nanti aku ceritain" Jisoo langsung menarik Rose lalu membuka jendela apartemennya dan melangkah keluar lewat jendela.

"Ayok sini.. gapapa kok, Rose aman" Rose hanya mengangguk lalu ia mengikuti Jisoo untuk naik keatas rooftop, "ini..." Rose langsung merasakan pusing, "Rose kenapa?" Rose langsung menggeleng, "ga...papa kok" Jisoo hanya mengangguk, tanpa sadar Jisoo langsung menarik lengan Rose dan kini mereka berada di atas gedung rooftop tersebut lalu meminum birnya sambil menikmati angin sore.

"Lo suka?" Rose langsung mengangguk lalu menghembuskan nafasnya kasar, "sekarang lo certa" Jisoo langsung mengangguk, "adek gue, namanya Yuna. Dia meninggal sama bokap gue" Rose langsung menatap Jisoo, "semenjak itu.. nyokap gue yang kerja banting tulang buat... ngesekolahin gue di MIT" Jisoo langsung meminum birnya lalu mengeluarkan Zippo yang ia temukan di laci kamarnya, "bentar, gue... ambil kertas dulu" Rose langsung mengangguk.

Rose langsung memejamkan matanya dan menghirup udara di sekitar apartemen tersebut, "enak ya? Tenang?" Rose langsung mengangguk, "iya" Jisoo langsung melemparkan 1 tumpuk kertas lalu menaruhnya di fire pit tersebut, Jisoo langsung menuangkan birnya sedikit di kertas tersebut lalu menyalakan apinya dan melemparkan korek tersebut, "Itu... dari Jennie?" Jisoo langsung mengangguk, "oh ya, gue... belom denger cerita dari lo" Rose langsung menatap Jisoo.

"Gue?" Jisoo langsung mengangguk, "itu pun... kalo lo gak keberatan sih" Jisoo langsung menegak birnya yang hanya tersisa sedikit lalu menggeret sebuah cooling box dan membukanya, "kamu mau makan s'mores?" Rose langsung mengangguk, Jisoo langsung mencium bau kotak tesebut langsung mengerutkan keningnya, "ini... siapa yang ganti?" Rose langsung menatap Jisoo. "Jisoo?" Jisoo langsung menengok kebelakang lalu tersenyum, "Mina? Lo kapan kesini" Rose langsung menatap datar Mina. "Eh, kenalin.. ini tunangan gue, Rose. Rose ini Mina" Rose langsung tersenyum kemenangan saat Jisoo bilang bahwa Rose adalah tunangannya.

"Bukannya lo pacaran sama Jennie ya?" Jisoo langsung menggleng, "gue udah putus 2 tahun yang lalu" Mina hanya mengangguk, "ini... lo yang ganti isinya?" Mina langsung mengangguk, Rose langsung melegakan tenggorokannya. "Jis, kamu lupa?" Jisoo langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Rose, "dia itu sama kaya kamu" Jisoo langsung mencium pipi Rose. Rose langsung menghampiri Mina dan menodongnya dengan pisau lipat, Mina langsung menodongkan tusuk berbahan aluminum di tenggorokan Rose, "jangan sentuh laki gue, paham?" Mina langsung mengangguk dan mereka langsung memasukkan senjata mereka masing-masing.

Jisoo yang melihat adegan tadi, langsung melegakan tenggorokannya lalu menatap Rose, "um... gimana, kalo.. kita pindah ke dalem oke? Di-di luar mulai dingin soalnya, ehehe.." Rose masih menatap tajam Mina sementara Mina hanya menatap Rose dengan wajah kalemnya, "ayok, undang cewek ini juga" Jisoo langsung menatap Mina, "Min?" Mina langsung ngangguk.

.

.

.

.

.

.

Mina dan Rose duduk berhadapan dan membuat Jisoo merasakan hawa dingin yang amat sangat di apartementnya, "kalian... berdua jangan saling bunuh-bunuhan oke?? Ingat di sini ada warga sipil" Jisoo langsung mengambil seluruh peralatan makan termasuk pisau lipat milik Rose dan tusuk sate berbahan aluminium milik Mina, "oke.. gue masak dulu" Rose masih menatap tajam Mina lalu menopang dagunya, "jadi... lo tipe Yandere hm?" Mina hanya mengangguk dan menatap Rose, "tapi lo gak kelitan pembunuh, dan lo mau ngebunuh gue iya?" Mina langsung menggeleng.

"Kamu ngancem aku" Rose hanya mendengus kesal, "gue akuin lo hebat" Jisoo langsung menaruh pizzanya dan di tengah-tengah meja dan membukanya, "silahkan menikmati" Jisoo langsung duduk di antara mereka lalu menyalakan televisi dan sedikit menurunkan volumenya.

*tok..tok..

Jisoo langsung menghembuskan nafasnya kesal, "sebentar ya? Jangan ada yang mulai makan dulu" Jisoo langsung menghampiri puntunya, sementara Rose dan Mina langsung menatap bergantian pizza yang ada di depan mereka, "lo temen SMAnya Jisoo kan?" Mina langsung mengangguk, "kalo lo kenapa lo ngelakuin hal itu hm?" Rose langsung menghembuskan nafasnya kasar, "lo udah tau alasanya kenapa harus tanya?" Jisoo langsung datang sambil membawa apple pie lalu ia letakkan di meja, "siapa tadi?" Jisoo langsung memakan pizzanya, "biasa... tenangga sebelah, dah tua sih" Rose hanya mengangguk lalu menatap Mina.

"Lo dari mana aja?" Jisoo lansgung menatap Rose, "Jisoo 'berlibur' sama gue" Jisoo cuman nyengir doang, "oh ya kalian berdua kan satu tipe, lo udah dapet incaran Min?" Jisoo yang sepertinya sudah biasa dengan perlakuan Rose kepadanya hanya membiarkan Rose mengalungkan lengannya manja, "namanya... Son Chaeyoung, dia.." suara ketokan pintu langsung kembali terdengar.

"bentar ya?" Jisoo langsung berjalan menuju pintu dan polisi langsung menyergapnya, dan membaca hak-hak Jisoo. Rose langsung menggeram, "gue... ada masalah sebentar" Rose langsung menelpon pengacaranya lalu ia mengambil pizzanya.

.

.

.

.

.

.

Ryujin kini duduk di hadapan Ryujin, "lo yang bunuh Jennie iya?" Jisoo langsung mengerutkan keningnya, "gue? Ngebunuh Jennie" Jisoo langsung mendengus kesal, "dasar orang kaya, kalian suka banget nuduh yang miskin! Pak, Limario pak, orangnya. Saya pernah denger Jennie cerita kalo Limario sering mukulin Jennie" Ryujin langsung duduk, "lalu.. dimana saat kamu Jennie menghilang" Jisoo langsung melegakan tenggorokannya, "saya bekerja di Richwood, lebih tepatnya Water Spring Clubhouse, sebagai bagian IT" Jisoo langsung mengeluarkan kartu tanda pengenalnya.

"Bukannya udah gak di gunakan lagi?" Jisoo langsung mengangguk, "emang pak, saya bekerja untuk keluarga Park, dan Clark. Saya mohon, pak saya gak salah" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya, "denger... bapak masih curiga sama saya?" Ryujin langsung menatap mata Jisoo lalu menghembuskan nafasnya, "gimana ya.. Limario bilang bahwa kamu yang menculik dan membunuh Jennie" Jisoo langsung menggeleng. "Denger, pak" Ryujin langsung mendengar suara perut Jisoo yang berbunyi.

"Bapak.. ngelakuin penangkapan illegal, saya bisa tuntut kepolisian loh" Ryujin hanya diam, "kalo emang bener saya bunuh Jennie, bapak punya bukti apa?" Ryujin langsung memutar rekaman saat Limario mengamuk, "denger baik-baik ya?" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya, "pak.. dengerin baik-baik, saya gak pernah nyakitin Jennie, justru Limario yang sering ngancem buat bunuh saya, sering malahan" Jisoo langsung membuka bajunya. "Ini buktinya" Jisoo langsung menunjukkan Ryujin luka tusuk, "boleh saya..." Jisoo lansgung mengangguk.

Ryujin langsung memfoto badan Jisoo dan Jisoo langsung memakai kembali bajunya, "sebentar" Ryujin langsung keluar sementara Jisoo langsung menghembuskan nafasnya kasar karena ia lapar. Rose duduk di ruang tunggu "hai, Rose?" Rose langsung menatap Chaeryoung dan mengerutkan keningnya, "Chaeryoung?" Chaeryoung hanya mengangguk lalu duduk di samping Rose, "kamu... apa kabar?" Rose langsung bermain hapenya, "baik" Chaeryoung langsung menghembuskan nafasnya.

"Gue..." Rose langsung berdiri dan menghembuskan nafasnya kasar, "gue seneng ketemu sama lo, dan jangan harap lo gue maafin" Chaeyoung hanya menghembuskan nafasnya kasar lalu menunduk,, "kenapa lo lakuin ini Je?" Rose tidak menghiraukan Chaeryoung, sebenarnya Rose mengerti apa yang di katakan oleh Chaeryoung. "Jis?" Jisoo langsung mengangguk dan menggandeng tangan Rose, "yuk makan" Chaeryoung langsung melihat senyum Jisoo, "gak ada sama sekali paksaan" Chaeryoung langsung menghembuskan nafasnya kasar.

"Kamu salah?" Chaeryoung langsung mengangguk, Ryujin langsung menggaruk rambutnya "yaudah ayok, Limario boong ke kita" Ryujin langsung memperlihatkan bekas sayatan di badan Jisoo, "Jisoo yang bilang sendiri" Chaeryoung langsung menghembuskan nafasnya kasar, "dah yok.. gak usah di pikirin" Chaeryoung langsung mengangguk.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Rose, "ini terakhir kali gue boong sama polisi oke? Gue sumpah, gue gugup" Rose hanya mengangguk, Jisoo langsun duduk di sebelah Rose dan melepaskan make up yang menempel di badannya dan merebahkan punggungnya di sofa, "Rose.." Rose langsung memijat telapak tangan Jisoo lalu menyenderkan kepalanya di pundak Jisoo. "Gue mohon... lo jangan ngebunuh orang lagi oke?" Rose hanya berdehem, "janji?" Rose langsung mengangguk.

"Gue gak mau lo kenapa-kenapa..." Rose langsung memeluk pinggang Jisoo erat "besok ke makam ortu gue yuk, gue kangen" Jisoo langsung mengangguk, "abis ke RS ya?" Rose hanya berdehem.

TBC

Next chapter