webnovel

Day 7

Sudah satu minggu Jisoo menjadi 'tawanan' Rose dan dia belom juga berhasil mencari jalan keluar, kacamatanya rusak dan ia memerlukan peralatan yang tidak sedikit untuk membenarkan kacamatanya, "ini Jis.. makan pelan-pelan" Jisoo langsung memakan bubur ayam buatan Rose dan mengunyahnya pelan. "ma-masih sakit?" Jisoo hanya mengangguk "banget" Rose hanya bisa mengangguk kecil dan menahan amarahnya karena ia melihat Jisoo terkapar lemah dan tak berdaya di kasur. "Je..." Rose hanya berdehem lalu menatap Jisoo, "gue.." Rose langsung membantu Jisoo untuk minum, lalu mengusap sudut bibir Jisoo.

"Iya gue ngerti kok, lo mau jenguk nyokap lo kan?" Jisoo langsung mengangguk "kita.. tunda besok ya Jis, muka lo sama kondisi lo masih lemah. Dokter bilang... lo juga harus banyak-banyak istirahat" Jisoo langsung mengangguk dan memejamkan matanya, "lo gak ngantor?" Rose langsung menggeleng, "hari ini Sabtu" Jisoo hanya mengangguk lalu menghembuskan nafasnya kasar, Rose langsung menyuapi Jisoo bubur ayamnya lagi. "Lo jadi nebang pohon jati gue?" Jisoo langusng mengangguk. "Banyak yang umurnya dah harus di tebang, jadi iya" Rose hanya mengangguk dan ia langsung menengok ke belakang.

"Ada tamu?" Sang butler hanya menagngguk, "gue harus temuin tamu dulu" Jisoo langsung menahan lengan Rose dan menatapnya, "kalo... Limario berulah. Gue mohon sama lo jangan bunuh dia" Rose langsung mengusap punggung tangan Jisoo dan tersenyuim, "lo harus janji sama gue" Jisoo tidak bisa apa-apa karena sekarang keadaannya sangat lemah, bahkan Jisoo tidak bisa berdiri. "Iya.. gue janji" Rose langsung mengusap punggung Jisoo dan melepaskan genggamannya lembut. "Tolong jaga Jisoo, kalo sampe terjadi apa-apa. Kamu tau akibatnya" sang butler hanya mengangguk.

Rose langsung berjalan menuju ruang tamu dan terlihat 2 orang detektif, langsung menunjukkan lencana mereka, "Ms. Clark, kami dari kepolisian. Saya adalah detektif Ryujin, dan ini rekan saya detektif Johnny" Rose langsung menyuruh Ryujin dan Johnny langsung duduk, "kami mendapat laporan bahwa... Jennie Clark saudari tiri anda menghilang" Rose langsung berpura-pura kaget, "Je-Jennie menghilang??" Johnny langsung mengangguk.

"Kami mendapat informasi bahwa saat Mrs. Manoban menghilang, orang terakhir yang bersamanya adalah anda" Rose langsung berpura-pura sedih lalu menatap polisi tersebut, "Jennie... emang bersama saya, tapi...." Rose langsung menghembuskan nafasnya kasar untuk menghilangkan rasa gugupnya "dia bilang... dia akan pulang ke rumah suamnya" Ryujin dan Johnny langsung menukar pandangan. "Apa... suaminya terlibat?" Rose hanya mengangguk, "kemarin, pacar saya di hajar oleh Limario sampai babak belur" Johnny langsung mencatat pernyataan Rose.

"Apa anda bisa menceritakan kejadian tersebut?" Rose langsung menceritakan kejadiannya sambil berpura-pura terpukul, "kalian berdua.. jika tidak percaya tidak apa-apa, kalian punya saksi banyak di taman saat itu" Rose langsung berdiri, "apa... anda ingin buktinya jika Limario adalah tersangka utamanya?" Kedua polisi tersebut langsung menghembuskan nafasnya dan menukar tatapan lalu mengangguk, Rose langsung berjalan menuju ruang kerjanya dan mengambil iPad Pro miliknya.

"Rose lo bisa" Rose langsung menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan lewat mulutnya pelan, Rose langsung keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang tamu, "ini.. buktinya ada di dalam iPad itu semua" Ryujin langsung membuka foto galeri, dan mereka menemukan sebuah video kamera CCTV dan tentunya, Rose sudah membuat semua rekaman tersebut dengan teknik deep fake.

"Apa... kami boleh membawa ini Rose langsung mengangguk" Ryujin yang masih curiga dengan Rose langsung menghembuskan nafasnya, "bagaimana anda mendapat ini semua?" Rose langsung menunjukkan email palsu, "Limario... dia mengancam saya, dan pacar saya" Ryujin langsung mengangkat satu alisnya dan "pacar?" Rose langsung mengangguk, "Jisoo Kim, orang yang telah di pukul oleh Limario... Jisoo, tidak menculik Jennie, pak" Rose langsung menghembuskan nafasnya "apa kalian ingin bertemu dengannya?" Mereka berdua langsung mengangguk.

Rose langsung mengantarkan kedua detektif tersebut menuju kamar Jisoo, "Jis.... ada yang mau ketemu sama kamu" Ryujin dan Johnny langsung melihat Jisoo yang terlelap, Johnny langsung menepuk pundak Ryujin dan membisikkan sesuatu. "Kalau begitu.. kami permisi dulu, dan kami akan mengontak anda segera" Rose langsung mengangguk, "dan satu lagi" Rose langsung mendangakkan kepalanya, "apa... anda tahu, mengapa Limario ingin mencelakai Jennie?" Rose langsung mengangguk, "karena Jennie sering bertemu dengan pacar saya, dia itu obsesi" Ryujin hanya mengangguk.

"Kalau begitu, kami permisi" Rose langsung mengantarkan tamunya menuju gerbang, "pak sebelum kalian pergi..." Ryujin langsung menengok kebelakang dan mengerutkan keningnya, "bolehkah saya... menyerahkan sesuatu lagi??" Ryujin langsung mengangguk, "Jennie pernah bilang.. kalau, Limario suka sekali mengonsumsi narkoba" Ryujin langsung mengangguk, "kalau begitu.. terimakasih" Rose langsung mengangguk dan tersenyum ramah. Setelah mobil Ryujin menghilang, Rose langsung menutup pintu lalu menghembuskan nafasnya lega.

"Showtime is begin Lim, lo bakal nyesel pernah idup" Rose langsung berjalan menuju kamar Jisoo untuk melakukan rutinitasnya, yaitu mengecek keadaan Jisoo dan melihatnya tidur.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung membuka matanya lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku dan ia mendengar suara orang yang sedang membaca narasi berita, "eungg.." Rose yang sedang fokus langsung meletakkan cangkir tehnya lalu menghampiri Jisoo, "udah enakan?" Jisoo langsung mengangguk lalu duduk dan menyandar headboard, "lumayan" Rose hanya mengangguk lalu menghembuskan nafasnya, "Jennie ilang" Jisoo langsung menatap Rose, "kali ini bukan gue" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya lega.

"Seenggaknya gue lega kalo itu bukan lo, Je" Rose langsung duduk di pinggiran kasur lalu mengecek keadaan Jisoo, "badan lo masih anget" Jisoo langsung mengangguk, "menurut lo siapa yang nyulik Jennie?" Rose lansgung mengendikkan bahunya, "Limario kali, gue perhatiin dia yang paling obsesi banget sama Jennie" Jisoo langsung mengangguk setuju, "bener banget" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya sedih.

"Udah... Jis" Jisoo langsung mengangguk lalu menatap Rose, "gue ngehela nafas bukan karena... gue masih sayang atau apa.. gue kecewa aja sama dia. Jujur, semenjak dia..." Rose langsung memeluk Jisoo lalu mengusap rambutnya, "gue tau perasaan lo, di tinggal sama orang yang paling lo sayang.. bahakan sampe detik ini lo kayanya masih sayang sama dia" Jisoo langsung melepas pelukannya.

Jisoo langsung menggeleng, "gue...." Rose langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Jisoo "bilang..." Jisoo langsung mencium bibir Rose singkat, "makan ikan?" Rose yang masih syok dengan perilaku tiba-tiba Jisoo, hanya mengangguk dan menatap Jisoo, "lo.." Rose dan Jisoo langsung menoleh ke tv lalu melihat suara breaking news "kamu tumben nonton berita, lagi ngawasin saham ya?" Rose hanya mengangguk malu.

"Lo... be-belum makan ka-kan?" Jisoo langsung tertawa kecil lalu mengangguk, "iya, gue belom makan" Rose lansgung mengambil mangkoknya lalu ia menyuapi Jisoo. "bentar.. benar.. gue mau ke kamar mandi bentar ya? Gue kebelet asli" Rose langsung tertawa kecil "m-mau gue bantu?" Jisoo langsung mengangguk, "biarin butler lo istirahat dulu" Rose langsung meletakkan mangkoknya di meja kecil samping kasur yang di tiduri oleh Jisoo.

Jisoo membuka selimutnya lalu Rose menarik Jisoo dan mereka terjatuh dengan posisi Jisoo yang di atas dan Rose di bawah, pandangan mereka bertemu dan bisa mendengar deru nafas satu sama lain, "lo imut, Rose... imut banget" Rose langsung membuang pandangannya karena wajahnya sangat merah. "Lo jadi gak sih ke kamar mandi??" Jisoo langsung tertawa canggung lalu membantu Rose untuk berdiri, "ma-maaf ya Rose?" Rose langusng mengangguk.

"Ma-masih ngerasa sakit?" Jisoo langsung menggeleng, "gak kok, ini udah agak baikan" Rose langsung mengangguk "gue... ke kamar mandi dulu" Rose langsung mengangguk, Jisoo langsung berjalan menuju kamar mandi dan langsung menutup pintunya, "anjir... kenapa sih gue???" Jisoo langsung berusaha menetralkan detak jantungnya dan lalu ia memejamkan matanya, "tarik nafas, keluarkan pelan-pelan dari mulut" Jisoo memberi dirinya sendiri sugesti untuk tenang "dah, mumpung si Rose nonton" Jisoo langsung mengambil bukunya dan menggambar peta clubhouse yang Rose tinggali.

Jisoo langsung membuka penutup toiletnya "Jis??" Jisoo hanya berdehem saja lalu menekan tombol flush lalu membenarkan celananya, "gak di kunci kok masuk aja" Jisoo langsung membuka kran washtafel lalu mencuci tangannya, "lo gak ada suaranya agak lama, gue.. takut lo pingsan" Jisoo langsung mengelap tangannya menggunakan handuk lalu memberikan Rose bukunya.

"Lo baca deh, mungkin... lo suka" Rose langsung mengangguk lalu mengambil buku tersebut, "a-apa ono?" Jisoo langsung menatap Rose, "udah.. mending lo baca itu surprise buat lo" Rose langsung berjalan menuju kamar dan duduk di arm chair dekat jendala lalu membaca cerita Jisoo, "jadi.. saham lo gimana? Dianggurin?" Jisoo langsung duduk di sebrang Rose lalu menatap wajah Rose yang sedang membaca tulisan miliknya.

Jisoo langsung mebambil kacamatanya lalu menghembuskan nafasnya kasar, "kenapa?" Jisoo langsung menatap Rose langsung menggeleng, "gapapa kok, kacamata gue rusak" Rose hanya mengangguk, "ntar gue beliin Bridges" Jisoo lagsung menggeleng. "Jangan, gak usah" Rose langsung menatap Jisoo curiga, "ini.. bukan dari Jennie, tapi... dari nyokap gue. Dan ini, projek gue pas jaman gue... SMA" Jisoo langsung memberikan kacamatanya.

"Coba lo liat" Jisoo langsung memberika Rose kacamatanya yang rusak, Rose langsung melihat lensa kacamata Jisoo, "keren ih... kok gue bisa luput sih!" Jisoo lansgung tersenyum, "karena... setiap orang pasti mikirnya itu kacamata biasa" Rose hanya mengangguk lalu mengembalikan kacamatannya, "lo mau gue buatin juga?" Rose langsung menatap Jisoo. "Ya?" Jisoo lansgung menaruh kacamatanya di meja samping kasur.

"Iya... lo mau gue buatin juga?" Rose langsung menatap mata Jisoo, "lagian.. kalo gue mau kabur, mana mungkin. Gue kabur dari garasi lo aja paling 3 menit kemudian gue ketangkep lagi" Rose langsung tertawa kecil dan mengangguk. "Iya juga sih" Jisoo masih menatap Rose, "jadi lo mau gue bukinin?" Rose langsung mengangguk.

Bonus Scene....

Limario langsung menggebrak meja lalu berdiri, "BUKAN SAYA YANG MENCULIK JENNIE, ITU BOHONG! JISOO YANG CULIK JENNIE!" Ryujin hanya menatap Limario curiga, "gak culik Jennie? Terus, jasad Jennie itu ada di mobil lo, dan ini.." Ryujin langsung menunjukkan foto Limario yang sedang memukul Jisoo, "masih gak mau ngaku?" Limario langsung lompat untuk menghajar Ryujin lalu mencekek Ryujin.

"BUKAN GUE YANG CULIK JENNIE" Limario langsung di tarik oleh Yeji dan Johnny lalu memborgol Limario, "LEPASIN GUE!! BUKAN GUE YANG CULIK JENNIE" Limario langsung di bawa ke luar "sayang kamu gapapa??" Ryujin langsung menengok lalu menggeleng, "gapapa kok, Ryeong" Chaeryoung hanya mengangguk, "Limario... berkata jujur, Jin. Bukan dia yang nyulik" Ryujin langsung mengerutkan keningnya, "aku... boleh ketemu sama Rose?" Ryujin langsung menatap Chaeryoung.

"Kamu.. lagi bunting sayang" Chaeryoung langsung menggeleng, "gapapa kok" Ryujin langsung berdiri dan membersihkan celananya dan merapikan vestnya, "yaudah, mendingan kita review sekali ini aja ya?" Chaeryoung langsung mengangguk.

TBC

Next chapter