webnovel

TERCELA

"Nak, kemana pria itu pergi?" Tetua dam bertanya dengan lembut, seakan ia takut untuk mengagetkan gadis kecil itu jika ia menaikkan nada suaranya sedikit saja.

"Xiao Jun sedang berusaha mengejarnya." Xiao Tianyou menjawab menggantikan Senja sambil menghampiri mereka. Ia mencoba untuk mengulur waktu untuk apapun yang ingin kakaknya lakukan dengan Gurunya itu.

Wang Yu, yang diam saja sejak tadi berjalan menghampiri Senja dan Tetua Dam kemudian dengan halus memisahkan lengan mereka yang saling berpegangan erat.

Tangisan anaknya secara tiba-tiba berhenti ketika Wang Yu memeluknya dan punggung Senja seketika terasa kaku.

"Anakku." Wang Yu bernapas lega dan lengannya membalut tubuh kurus milik Senja. Namun, nada suaranya justru terdengar seperti suara menyeramkan dalam mimpi buruk Senja. Tubuhnya bergetar dengan hebat. "Beritahu kepada Ayah dan Kakek, kemana pria jahat itu pergi?"

Senja menggigit bibirnya yang bergetar.

Xiao Tianyou mengira bahwa gadis kecil itu tidak akan mengatakan apapun, maka ia hampir mengangkat bicara lagi ketika tiba-tiba Senja mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah keramaian di pasar malam itu.

"Dia pergi ke arah sana?" Tetua Dam bertanya kepada Senja, kemarahan sekali lagi terlihat di kedua matanya dan ketika Senja mengangguk tanpa pertimbangan, Tetua Dam langsung melesat ke arah yang ditunjuk oleh Senja.

Kedua alis Xiao Tianyou berkerut. Karena, arah yang ditunjukkan oleh Senja adalah arah yang berlawanan dari arah yang sebenarnya di tuju oleh Ye Xiu dan Xiao Jun. Hal itu membuat Xiao Tianyou kebingungan.

Kenapa Senja berbohong? Senja menolong orang yang sudah menculiknya?

"Tianyou!" Panggilan tetua Dam mengalihkan pikiran Xiao Tianyou. Ia memberikan tatapan yang seakan meneliti kepada gadis kecil itu sebelum akhirnya ia mengikuti Tetua Dam. Meskipun ia mengetahui bahwa arahnya adalah salah, tapi ia tetap menutup mulutnya.

Ia juga pasti akan memberitahukan arah yang salah ketika ia hendak menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Senja tadi. Xiao Tianyou memiliki alasan untuk itu. Tapi, apa yang menjadi alasan untuk Senja?

Ketika Tetua Dam dan Xiao Tianyou menghilang dari pandangan, Wang Yu melepaskan pelukannya pada tubuh Senja dan berdiri dengan ekspresi yang sangat dingin. Ia menatap Senja, yang menundukkan kepalanya dengan ketakutan.

Ia meneguk liurnya dengan susah payah saat ia merasakan tatapan Wang Yu yang seakan menusuk tulang-tulangnya.

Tentu saja ia tidak cukup bodoh untuk membunuh putrinya saat ini, tapi ia harus membungkam mulutnya, jadi Senja tidak akan bisa mengadukan hal yang telah terjadi kepada Tetua Dam.

Wang Yu mengangkat kaki kanannya dan menendang gadis kecil itu tepat di dadanya hingga membuatnya terpental cukup jauh sebelum ia membentur dinding. Sebelum ia sempat menghirup udara untuk mengisi paru-parunya yang terasa sakit, jari-jari Wang Yu mencekik leher Senja dan mengangkatnya hingga menggantung di udara.

Wang Yu menatap anaknya dengan tatapan yang mengancam, tidak ada kebaikan yang terpancar untuk anaknya sendiri. Seperti Senja bukanlah apa-apa baginya.

Mulut Senja terbuka untuk mencari udara yang tidak bisa ia dapatkan, karena cengkraman erat di sekitar lehernya yang menghalangi jalur udara di lehernya. Rasa sakit di dadanya membuat rasa sakit itu semakin parah.

Dengan dorongan dari mencari udara untuk mengisi paru-parunya, ia mencoba untuk merenggangkan jari Ayahnya yang sedang mencengkram lehernya dengan menusukkan kuku-kukunya di permukaan kulit Wang Yu namun tidak berhasil. Ketika ia merasa seakan jiwanya hampir tertarik keluar dari tubuhnya, Wang Yu melemparkan tubuh Senja seperti yang ia lakukan di Sekte Pedang Gunung Sui.

Gadis kecil itu merengek dan meringkukkan tubuhnya ketakutan ketika Wang Yu menghampirinya lagi.

"Dengarkan aku," Wang Yu menekan pipi Senja di antara ibu jari dan jari telunjuknya. "Setiap kali kau berpikir untuk memberitahu kakekmu tentang apa yang telah terjadi, ingatlah rasa sakit ini. Kau akan mendapatkannya seratus kali lipat lebih parah dari saat ini. Tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu! Bahkan tidak kakekmu." Ia berkata dengan lambat. Menekankan tiap kata yang ia keluarkan sehingga dapat tertanam di pikiran Senja dan gadis itu dapat mengingat hal ini selama sisa hidupnya dan tidak akan pernah berpikir untuk melanggarnya.

Wang Yu melepaskan cengkramannya dari wajah Senja sambil berdiri dan membersihkan debu yang berada di sekitaran jubahnya. "Berdiri!" Ia berteriak kepada Senja yang sedang gemetar.

Mengabaikan semua rasa sakit yang ia rasakan dan kakinya yang sangat lemas, dengan cepat ia mencoba untuk berdiri tegak dengan bantuan dinding yang ada di belakangnya.

"Berhenti menangis! Kita akan berbicara dengan baik setelah ini." Wang Yu melirik Senja. Ia akan membuat Senja membocorkan semua hal yang ia tahu ketika bersama dengan Ye Xiu. Wang Yu menolak untuk percaya bila tidak ada hal penting yang dapat Senja berikan kepadanya. Senja telah bersama dengan Ye Xiu selama lebih dari sepuluh hari.

***

Xiao Tianyou mengikuti Tetua Dam dengan hening. Tidak peduli seberapa lama dan hati-hati pun mereka meencari sosok Ye Xiu, mereka tidak akan bisa menemukannya. Walaupun, Xiao Tianyou tahu bahwa mereka tidak akan bisa menemukannya di arah sini, ia tetap terus mencarinya dengan serius.

"Komandan Dam, kita tidak dapat menemukannya disini. Mungkin saja ia sudah terbang sangat jauh." Xiao Tianyou bicara dengan perhatian yang berpura-pura. "Bahkan Xiao Jun sudah mengikutinya, ayo kita kembali saja dan memeriksa keadaan cucumu lebih dahulu." Xiao Tianyou menyarankan, mulai merasa bosan dengan permainan kecil ini.

Untuk beberapa waktu Tetua Dam merenungkan saran dari Xiao Tianyou dan akhirnya menganggukkan kepala. "Ayo kembali untuk sekarang."

Tetua Dam dan Xiao Tianyou berlari sepanjang jalan kembali ke tempat dimana mereka meninggalkan Senja dengan ayahnya, tapi mereka tidak dapat menemukan gadis kecil itu dan Wang Yu.

"Dimana mereka?" Tetua Dam bergumam dan menelusuri pandangannya ke sekitar, tepat pada saat itu seorang penjaga bayangan muncul dari kegelapan dan berlutut di hadapan Tetua Dam dan Xiao Tianyou.

"Dimana cucuku?" Tetua Dam langsung bertanya kepada seorang Penjaga Bayangan itu sebelum ia sempat mengatakan apapun.

"Menjawab kepada Tuan, Nona Muda Senja dibawa oleh Tuan Wang Yu ke penginapan terdekat agar dapat diperiksa oleh seorang tabib."

"Tabib?" Tetua Dam menyipitkan matanya, sambil mengingat bahwa Senja baik-baik saja ketika ia meninggalkannya. Tapi, ia juga tidak begitu yakin dengan hal ini karena ia tidak memeriksanya dengan serius. "Apa yang terjadi?"

"Aku tidak begitu yakin, tapi ketika aku sampai disini, Nona Muda Senja sudah pingsan." Penjaga Bayangan itu mengerutkan kedua alisnya. Karena, ketika ia datang, Senja sudah terbaring di atas tanah dengan darah yang keluar dari mulutnya.

Next chapter