webnovel

Kembali ke Reisen

Seorang wanita yang saat ini tidak menggunakan jubah yang sering dipakainya untuk menyembunyikan dirinya, saat ini sedang berdiri menatap padang gurun yang dipenuhi dengan batuan terjal ditempat ini.

Melihat ini semua, dia semakin emosi dibuatnya. Karena dia tidak bisa berbuat apa – apa saat tempat ini menjadi seperti ini saat dahulu ada peperangan ditempat ini, dan membantu sahabatnya yang dahulu tinggal disini.

"Dahulu, disini terdapat sebuah kota yang makmur Zen" kata Lyutillis dengan nada kesedihannya bercampur kemarahan saat ini.

"Aku tahu." Kata Zen mencoba menenangkannya.

"Jika aku menemui dewa busuk tersebut sekali lagi, akan kupastikan untuk membunuhnya" kata Lyutillis dengan tekad yang berkobar dari dalam dirinya saat ini.

Setelah Zen meghidupkannya kembali, Lyutillis akhirnya mulai keluar dari tempat dimana dia bersembunyi yaitu Labirinnya hingga dia mati ditempat tersebut, untuk menghindari perbuatan Ehit dan dunia yang mengdiskriminasikan kelompok mereka dahulu.

Lyutillis langsung merasa emosi setelah melihat keadaan Hutan Haltina, yang dahulu merupakan kerajaan yang dipimpinnya dan sangat makmur. Lyutillis langsung berlutut dan menangis melihat semua itu, dan akhirnya memutuskan mengikuti Zen untuk membantunya menghabisi orang yang mengakibatkan kerajaannya yang dipimpinnya dahulu menjadi seperti itu.

"Kamu tidak sendiri Lyu, aku akan selalu bersamamu" kata Zen menggenggam tangan dari Lyutillis.

Memang Lyutillis awalnya menganggap Zen sebagai orang biasa yang membantunya sama seperti rekan liberatornya dahulu, hingga dia merasa jatuh cinta kepadanya, karena dia satu – satunya pria yang dia kenal tidak terkena pesona wanita dewasa yang menggoda darinya, walaupun dirinya terus menggodanya.

Akhirnya Lyutillis memutuskan untuk mencoba kehidupan baru yang dulu tidak pernah dia rasakan, karena dia merupakan seorang ratu yang harus bersikap bijaksana didepan rakyatnya, dan dia ingin menjalani sebuah kehidupan baru dimana dia ingin memilih sendiri jalan hidupnya.

"Terima kasih Zen. Kalau bisa, bisakah kamu menepuk bokongku untuk menghilangkan kesedihanku saat ini" kata Lyutillis yang akhirnya kembali ke tabiat aslinya.

"Cih... padahal kukira kamu sudah berubah" kata Zen lalu melepaskan tangan dari Lyutillis dan berjalan menuju tempat tujuan mereka.

"Aku bercanda Zen!" teriak Lyutillis dan mulai mengejar jejak Zen yang sudah meninggalkan dirinya.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan mereka menuju kesebuah goa yang dulunya Zen pernah masuki, karena merupakan pintu masuk sebuah labirin. Perlahan suara menyebalkan mulai terdengar, namun suara tersebut terhenti karena seseorang yang mengawasi tempat ini terkejut dengan seseorang yang datang pada tempat ini.

"L-Lyu?" kata suara tadi yang menyambut mereka, saat tiba dipintu masuk labirin ini.

"Sudah lama Miledi-chan" kata Lyutillis.

.

.

Ditempat lain, Asuna saat ini sedang bersama Remia untuk mencoba berbagai pakaian yang sudah didesainnya untuk pernikahan Asuna. Bukan hanya Asuna dan Remia yang berada disini, Yuna, Yui dan Myu juga ikut melihat pakaian yang akan digunakan Asuna pada pernikahannya kelak.

"Sangat indah Remia-san" kata Asuna, yang melihat gaun yang digunakannya pada pantulan cermin yang melihatkan dirinya mengenakan gaun tersebut.

"Hm..." gumam Remia yang memperhatikan ada sesuatu yang belum sempurna dari Desainnya.

"Ada apa Remia-san?" tanya Asuna kembali setelah melihat ekspresi dari Remia itu.

"Sepertinya aku harus menyesuaikan gaunmu lagi Asuna. Karena bagian perutmu yang sedikit buncit karena kehamilanmu, terlihat sedikit tidak bagus" kata Remia sambil memperhatikan kembali gaun Asuna saat ini.

"Tetapi menurutku sudah bagus" kata Asuna sambil mencoba memutar tubuhnya dan melihat kembali tampilannya pada cermin didepannya.

"Tidak... untukmu semuanya harus sempurna" kata Remia.

Asuna yang mendengar perkataan Remia, akhirnya mau tidak mau menurutinya. Dikarenakan dia tahu, jiwa Desainer Remia saat ini tidak ingin rancangannya terlihat cacat sedikitpun. Asuna lalu kembali kesebuah ruang ganti dan dibantu Remia untuk melepaskan gaunnya.

"Baiklah, kalau begitu mari lihat tempat pernikahanmu Asuna" kata Yuna dan dibalas anggukan oleh Asuna.

"Jangan terlalu memaksakan diri Remia-san, aku akan selalu memakai rancanganmu apapun yang terjadi" kata Asuna yang akan berpamitan kepada Remia untuk melihat tempat pernikahannya yang sudah disiapkan oleh Yuna.

"Kalau begitu kami pergi dulu Remia-san" kata Yuna dan akhirnya beranjak dari sana bersama Asuna beserta membawa Yui dan Myu.

"Baiklah berhati - hatilah" kata Remia dan mulai melanjutkan pekerjaannya.

Asuna dan Yuna saat ini sudah didalam mobil yang membawa mereka menuju sebuah tempat, yang sudah didekorasi amat indah untuk penikahan mewah yang berada ditepi pantai. Pemandangan yang sangat indah pada ditempat ini, membuat siapapun akan terpukau jika berada disini.

"Bagaimana?" tanya Yuna, namun Yui dan Myu tidak menghiraukan perkataannya dan langsung berlari menuju bibir pantai untuk bermain disana.

"Berhati – hatilah kalian berdua!" Teriak Asuna kepada kedua putrinya yang sudah saling kejar – kejaran pada bibir pantai yang indah ditempat ini.

"Tenanglah, ini pantai milik pribadi dari perusahaanku" kata Yuna.

Akhirnya seseorang mulai mendatangi mereka dan menjelaskan konsep dan sebagainya dari tempat ini. Memang Yuna dan wanita yang lainnya, tidak mengijinkan Zen untuk ikut serta dalam menyiapkan semua ini. Terutama Asuna yang ingin pernikahannya sesuai dengan keinginannya, dan membuat acara yang sempurna dan akan menjadi sebuah kenangan indah bagi Zen dan dirinya.

.

.

Sebuah golem seukuran boneka saat ini sedang berlutut kepada Zen, setelah mendengar bagaimana sahabatnya bisa hidup kembali. Dia bukan berusaha meminta Zen untuk menghidupkannya kembali, namun dia meminta Zen untuk menghidupkan orang lain yang sangat dikenalnya dan sudah dianggap keluarganya sendiri.

"Tolong hidupkan dia kembali" kata Miledi yang saat ini sudah berlutut menggunakan tubuh golemnya.

"Aku bisa saja menghidupkannya, tetapi kamu tahu sendiri kekuatannya seutuhnya sudah diambil darinya oleh Ehit. Walaupun aku menghidupkan dia kembali, apa yang membuatmu yakin dia akan bahagia dan bisa hidup dengan tentram kembali?" tanya Zen.

Miledi yang mendengar hal tersebut hanya tertunduk saat ini. Memang Zen beralasan hanya bisa menghidupkan kembali seseorang, dan dia memutuskan untuk menghidupkan Miledi, namun Miledi meminta Zen untuk menggunakan skillnya tersebut kepada seseorang yang sudah dianggap keluarganya, yang dulu sangat menderita. Dan juga, orang tersebut merupakan mantan Liberator yang memimpin mereka.

"Tapi bukankah kamu bisa memberikannya kekuatan?" bisik Lyutillis yang melihat kesedihan dari sahabatnya tersebut.

"Apakah kamu tahu persyaratan untuk memberikan kekuatanku kepada yang lain, Lyu?" balas Zen kepada Lyutillis.

"Hm... benar juga, tetapi bukankah kamu bisa membuat dia jatuh cinta?" tanya Lyutillis kembali.

"Apakah kamu berfikir aku akan mengajak semua wanita yang akan kutemui untuk menjadi wanitaku?" balas Zen.

"Bukankah kamu seperti itu?" balas Lyutillis kembali. Namun perbincangan bisikan mereka terhenti, setelah Golem Miledi mulai bangkit dengan tatapan tekad saat ini, karena sudah memutuskan sesuatu.

"Baiklah, kalau begitu bisakah kamu membangkitkan diriku?"

Next chapter