webnovel

Menuju Perang Kedua

Saat ini, beberapa siluet mulai terlihat melompat diantara pepohonan pada hutan yang lebat ini. Butuh ketelitian ekstra dan kemampuan khusus untuk melihat para siluet tersebut berpindah antara beberapa pohon.

Siluet tersebut melakukan apa yang mereka lakukan bukan tanpa alasan. Mereka saat ini sedang mengintai beberapa iblis yang kembali kemarkas mereka, setelah mendapatkan informasi tentang hasil peperangan pada kota Verbergen.

Para iblis tersebut, tidak tahu bahwa mereka sekarang sedang diikuti, dan mereka mulai memasuki sebuah tempat yang merupakan markas yang menjadi tempat para pasukan iblis yang akan mencoba memasuki Labirin yang berada dihutan Haltina.

"Jadi disinilah markas mereka" kata seorang kelinci yang berhasil mengikuti para iblis tersebut.

"Laporkan hal ini kepada markas pusat" kata seorang rekannya yang bersama dirinya memata – matai para iblis disana.

"Baiklah" kata rekannya.

Namun disisi lain, Iblis yang diikuti oleh beberapa kelinci akhirnya mulai melapor kepada pemimpin yang bertugas memimpin mereka pada penyerangan hutan Haltina saat ini.

"Bagaimana hasil perang yang terjadi disana" kata seorang iblis yang bertugas memimpin pasukan yang akan menyerang kawasan hutan Haltina.

Sebenarnya, mereka akan menyerang hutan tersebut sebelumnya, namun saat pemimpin iblis tersebut mengetahui bahwa dihutan Haltina terjadi peperangan anatara Demi-human dan Manusia, dia memutuskan untuk menunggu peperangan tersebut selesai, dan menyerang pihak yang menang karena dipastikan mereka akan kelelahan.

"Hasilnya, pasukan Manusia menang Davros-sama" kata iblis tersebut tanpa rasa ragu sedikitpun.

"Sudah kuduga, lalu bagaimana para demi-human yang telah dikalahkan?" tanya pemimpin mereka yang bernama Davros.

"Mereka saat ini mulai membawa mereka kekaisaran mereka, namun kami melihat beberapa prajurit mulai memeriksa seluruh hutan Haltina" kata bawahannya tersebut.

"Sial, ini tidak boleh terjadi. Jika mereka tahu bahwa ada labirin disana, kita harus menghalangi mereka" gumam Davros saat ini.

"Baiklah, siapkan pasukan! Kita akan menyerang hutan Haltina saat ini"kata Davros dan dibalas anggukan oleh para bwahannya.

Disisi lain seorang pria saat ini sedang tersenyum setelah mendapatkan informasi yang diterima oleh para bawahannya saat ini. Pria tersebut yang merupakan Zen saat ini sedang duduk pada sebuah ruangan pada markas dari Elite.

"Bagaimana kondisi para wanitaku?" tanya Zen.

"Mereka saat ini sedang beristirahat Jenderal" jawab Cam yang berada disebelahnya.

Memang saat ini Zen menyuruh seluruh wanita yang mengikutinya untuk beristirahat, guna mempersiapkan diri mereka pada perang yang akan terjadi pada kerajaan Heilight.

Tidak seperti kabar yang diberikan Iblis sebelumnya kepada atasannya, Sebenarnya pada peperangan pada hutan Haltina, semua pasukan Elite berhasil mengalahkan seluruh pasukan manusia dengan korban pada pihak mereka hanya beberapa manusia kelinci yang terkena luka ringan, itupun karena mereka terjatuh dari pohon karena saking semangatnya membantai pihak manusia yang selama ini mengincar mereka.

"Lalu bagaimana dengan kerajaan Heilight?" tanya Zen.

"Orang yang Jenderal suruh kami untuk awasi, sudah mulai bergerak. Kami sudah mendeteksi beberapa orang sudah berhasil dikuasai oleh wanita itu, bahkan beberapa tempat vital sudah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan dari wanita tersebut" kata Cam.

Namun sebelum Zen menanyakan pertanyaan selanjutnya, sebuah pesan yang dikirimkan oleh seorang mata – mata pada kota Ankaji menghubungi mereka.

"Beberapa prajurit gereja yang dipimpin oleh Uskup Forbin, kembali menuju Ankaji dan berniat melululantahkan kota tersebut dan membawa kembali putri Liliana" kata pengirim pesan tersebut.

"Tunggu... salah satu syarat menyelesaikan labirin yang berada pada Divine Mountain, bukankah harus membunuh orang yang terpengaruh langsung dari Ehit." Kata Zen didalam hatinya sambil tersenyum.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang Jenderal?" tanya Cam.

Zen lalu beranjak dari kursinya dan mulai meregangkan tubuhnya saat ini dengan senyum yang menghiasi wajahnya, seakan bersiap melakukan sesuatu saat ini.

"Aku sendiri yang akan membereskannya" kata Zen sambil bersiap berangkat menuju kota Ankaji.

"Dengarkan, kalian fokuslah menghadapi pasukan iblis yang akan menyerang hutan ini kembali, dan kalian harus menang" kata Zen.

"Baik Jenderal" kata mereka yang berada didalam ruangan tersebut dengan menunjukan ekspresi kepercayaan diri.

Ditempat lain dikota Ankaji, para prajurit Ankaji mati – matian menghalangi pasukan gereja yang dibawa oleh Uskup Forbin untuk menghancurkan kota ini, karena penghinaan yang sebelumnya dia terima, beserta kota ini melindungi kelompok kriminal.

"Jangan salahkan kami jika kalian menentang pihak gereja" kata Uskup Forbin yang menyaksikan pasukannya mulai menyerang kota Ankaji.

"BERHENTI!!!" Teriak seorang wanita muda mencoba melerai pertarungan yang terjadi ditempat ini.

"Apa yang pihak gereja lakukan ditempat ini? bukankah wilayah Ankaji merupakan wilayah kerajaan Heilight?" kata wanita tersebut yang merupakan putri Liliana.

Melihat siapa yang menghentikan pertempuran tersebut, Uskup Forbin perlahan mendekati putri Liliana dengan perlahan untuk menjelaskan situasi saat ini.

"Maafkan kami Tuan Putri, tetapi kota ini melindungi sebuah kelompok kriminal saat ini." kata Uskup Forbin.

"Tetapi aku tidak pernah melihat mereka semenjak aku berada dikota ini?" kata Liliana.

Uskup Forbin hanya tersenyum mendengar jawaban dari Liliana saat ini. Sebenarnya, selain menghancurkan kota Ankaji, dia diperintah membawa kembali putri didepannya, namun jika dia melawan dia bisa menggunakan cara kekerasan atau bahkan membunuhnya.

"Tetapi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri Tuan Putri, kelompok itu ada didalam kota ini, bahkan pernah menyerangku dan memindahkanku pada tempat antah beranta" jawab Uskup Forbin.

"Tidak kalian salah, mereka tidak ada disini, kembalilah ketempat kalian atau aku akan melaporkan kejadian ini pada ayahku" kata Liliana.

"Tetapi ini semua perintah Yang Mulai Raja, Tuan Putri" kata Uskup Forbin sambil tersenyum licik.

Mendengar perkataan dari Uskup didepannya, Liliana tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu Ayahnya telah berubah saat ini, tetapi dia tidak menyangka akan seekstrim ini, bahkan sampai berniat untuk menghancurkan sebuah kota.

"Terlebih lagi, kami diperintah untuk membawa anda pulang Tuan Putri" kata Uskup tersebut sekali lagi.

"Maafkan aku, tetapi aku tidak bisa kembali sekarang. Dan atas nama Putri kerajaan Heilight, aku menyuruh kalian untuk kembali kekerajaan dan menyuruh Ayahku untuk mempertimbangkan kembali perintahnya" kata Liliana tegas.

"Apakah anda akan menentang perintah Yang Mulia Raja, Tuan Putri?" Tanya Uskup Forbin kembali.

"Aku tidak menentangnya, aku menyuruh kalian kembali dan menyuruh Ayahku mempertimbangkan keputusannya untuk menghancurkan kota ini" kata Putri Liliana.

Perdebatan putri Liliana dan Uskup Forbin terus berlanjut namun tidak menemukan titik terang. Uskup Forbin saat ini tidak bisa melawan argumennya dengan seorang putri yang sangat pandai dalam hal berbicara.

"Baiklah, karena anda tidak menyetujui perkataan kami, kami bisa menganggap Tuan Putri sebagai pembela kelompok tersebut dan kami bisa saja langsung menghukum anda saat ini" kata Uskup tersebut yang mulai terlihat emosi saat berdebat dengan Liliana.

"Apa mahsutmu?" tanya Putri Liliana. Namun Forbin sudah menyuruh beberapa pasukannya menangkap Putri Liliana.

Liliana sempat terkejut melihat perlaku dari Uskup Forbin tersebut, namun sebuah suara mulai membuat mereka semua menghentikan tindakan yang akan mereka lakukan kepada Liliana.

"Aku baru tahu, jika kamu kalah argumen dengan seorang anak kecil, kamu bisa menangkapanya"

Next chapter