Semua orang yang berada ditempat tersebut, sangat terkejut mendengar bahwa sahabat mereka saat ini telah meninggal, terlebih lagi kabar tentang dia berkoalisi dengan iblis seperti perkataan Zen tadi, yang menjelaskan semua kronologi kejadian di kota Ur kepada mereka dan membuat semua orang yang berada disana hanya tertegun.
"Jangan mendengar perkataannya, Cuma dia yang akan membunuh orang lain. Shimizu pasti tidak akan melakukan semua itu" kata Kouki menyangkal perkataan Zen. Karena dia yakin, Zen mencoba menghasut mereka saat ini, agar mereka dapat membenarkan perlakuannya tadi.
"Kalian bisa memastikan perkataanku itu, setelah kalian sampai dipermukaan" kata Zen santai, setelah beberapa dari mereka tidak mempercayai perkataannya tersebut.
"Aku tahu, sebenarnya kamu membunuhnya bukan? Mana mungkin dia berkoalisi dengan iblis. Kamu mengatakan hal tersebut karena kamu tidak mau dirimu disalahkan dengan apa yang kamu perbuat" kata Kouki kembali.
Walaupun benar Zen membunuhnya, tetapi Zen menatap pria yang menurutnya sangat bodoh dan naif tersebut dengan tatapan merendahkan. Zen tidak tahu, apa sebenarnya isi dari kepala pria bodoh tersebut.
Melihat ekspresi Zen tersebut, Kouki mulai salah paham. Dia menganggap perkataannya itu benar, dan membuatnya saat ini sangat emosi karena menganggap Zen telah membunuh salah satu teman sekelasnya.
"Mati kamu!" teriaknya sambil melesat kearah Zen dengan cepat membawa pedangnya tersebut.
Zen dengan santai menunggu serangannya tersebut. Saat pedangnya itu akan menyentuh Zen, tangan Zen sudah menangkap pedang tersebut dan membuat serangan dari Kouki tertahan. Pedang Kouki saat ini tidak bisa menembus kulit dari Zen yang sangat keras tersebut, akibat beberapa skill yang dia serap sebelumnya.
"Hoh... seorang pahlawan terkuat, yang tidak bisa membunuh seorang iblis, sekarang akan membunuh teman sekelasnya karena hanya kesalah pahaman dirinya yang sangat bodoh dan naif?" kata Zen sambil tersenyum mengejek.
Shizuku dan Kaori yang melihat serangan Kouki juga sangat emosi kepada pria tersebut, karena mereka belum memastikan perkataan Zen tersebut, dan sudah menyimpulkan sesuatu yang menurut mereka sangat bodoh itu.
Kouki sendiri yang mendengar perkataan Zen tersebut, sedikit mulai sadar karena saat ini memang benar bahwa perilakunya itu sangat salah, namun tindakannya itu terlambat, karena dia sudah membangunkan seorang Beast yang sedang tertidur.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengajarimu cara membunuh seseorang dengan baik dan benar" kata Zen sambil tersenyum menyeramkan.
Zen lalu mengepalkan tangannya yang tidak digunakannya untuk menahan pedang Kouki, dan langsung memukul bagian perut dari Kouki dengan Menahan kekuatannya, agar tidak membuat pria bodoh itu langsung mati seketika. Kouki yang menerima serangan tersebut, langsung terpental kebelakang dan mengeluarkan beberapa makanan yang dia makan sebelumnya bercampur beberapa darah.
"Uhuhk... Uhuhkk..." Kouki yang selesai mengeluarkan semua isi perutnya sambil memegang perutnya itu, yang ternyata armor pada bagian perutnya mulai retak.
Kouki mencoba bangkit, namun Zen saat ini sudah berada didekatnya dan langsung menendang bagian wajah dari Kouki dan membuatnya terpental kembali. Sebelum Kouki terhenti, Zen dengan cepat sudah berada dibelakangnya dan menendang bagian belakang dari Kouki dan saat ini terpental kedepan.
Zen kembali mendekat, namun saat ini kapten Meld menahannya untuk melanjutkan pertarungan tersebut.
"Maafkan aku pahlawan muda, ini semua salahku karena salah dalam mendidik mereka saat ini" kata kapten Meld saat ini, karena melihat Kouki yang sudah tidak berdaya saat ini, karena baru menerima tiga serangan Zen tersebut.
"Cih... Baiklah" kata Zen lalu mengeluarkan sebuah botol ambrosia dan memberikannya kepada kapten Meld dan menyuruhnya meminumkannya kepada Kouki.
Zen lalu beranjak dari tempat tersebut dan berjalan menuju kearah Shizuku dan Kaori meninggalkan kapten Meld, yang langsung mendekat kearah Kouki dan meminumkan cairan tersebut.
"Maafkan temanku itu Zen, walaupun seperti itu dia merupakan pria yang baik" kata Shizuku yang tahu sebenarnya watak dari teman masa kecilnya tersebut.
"Tenanglah, aku hanya sedikit mengetes kekuatannya saja dan ternyata dia sangat lemah" kata Zen dengan nada mengejek yang dapat didengar oleh semua orang saat ini.
Mendengar perkataan Zen, membuat beberapa orang mulai merinding saat ini, karena mereka mengetahui seberapa kuatnya Kouki. Namun disisi lain, pria yang sedang diejek oleh Zen, hanya tersenyum kecut dengan tangan yang mengepal saat ini.
"Lagipula Zen, cairan apa yang kamu berikan kepada kami itu?" tanya Kaori yang mencoba mengalihkan pembicaraan tersebut, dan sangat penasaran karena cairan yang diberikan Zen kepadanya.
Pertanyaan dari Kaori bukan saja membuatnya penasaran, tetapi kapten Meld juga yang saat ini sedang membantu Kouki untuk bangkit setelah memberikan minuman tersebut. Karena dia tidak pernah melihat obat yang kasiatnya sangat bagus seperti itu.
"Ah... nama cairan ini bernama Ambrosia" kata Zen singkat, karena dia tidak mau menjelaskan dia mendapatkannya dan sebagainya.
"Ambrosia?" tanya kapten Meld yang saat ini sedang membopong Kouki.
"Ya itu namanya, bisa dikatakan itu merupakan air ajaib" kata Zen.
Kapten Meld mencoba menanyakan Zen dari mana dia mendapatkannya, namun Zen terus memberikan jawaban yang ambigu dan mulai mengalihkan pertanyaannya, seakan dia tidak mau memberitahukan kebenaran cairan tersebut kepada mereka.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita kembali karena aku juga mempunyai seseorang yang menungguku" kata Zen yang mulai beranjak dan meninggalkan mereka ditempat tersebut.
Shizuku dan Kaori yang melihat Zen sudah jalan terlebih dahulu hanya mulai mengikutinya dan sudah berjalan beriringan bersamanya. Akhirnya kelompok pahlawan yang lain, mulai mengikuti mereka dan mulai meninggalkan tempat tersebut.
Kouki yang sedari tadi dibantu berjalan oleh kapten Meld, sekarang merasa bahwa tindakannya memang salah tadi, namun entah mengapa dia masih sangat emosi kepada Zen saat ini. Mereka berjalan hingga mereka sudah melewati lingkaran sihir teleportasi dan berjalan bersama dengan beberapa prajurit yang berada disana untuk kembali kepermukaan.
Mereka terus berjalan, hingga dari kejauhan mereka melihat sekelompok wanita yang sangat lincah membunuh para monster yang berada ditempat ini. Zen juga sangat terkejut melihat mereka sudah sampai dilantai 15 saat ini, karena kecepatan mereka sangat cepat.
Para kelompok wanita itu sangat terkejut, setelah merasakan kedatangan sebuah kelompok besar, namun saat melihat seseorang yang sedang berjalan didepan kelompok tersebut, mereka mulai tersenyum dan mendekat kearahnya.
"Bagaimana keadaanmu Zen? Apakah kamu baik – baik saja saat ini?" kata Asuna yang melihat kondisi Zen, tanpa menghiruakan orang - orang yang menatapnya, terutama para pria.
"Aku baik – baik saja. Lagipula monster didalam labirin ini, sangatlah lemah" kata Zen.
Disisi lain, para pria dikelompok pahlawan mulai tertegun setelah melihat kelompok wanita yang berpenampilan sangat cantik mendekati mereka, namun saat melihat semua wanita itu mengkhawatirkan Zen, mereka mulai iri dan bingung saat ini.
"Mengapa para perempuan cantik itu terlihat sangat dekat dengan Zen?" kata salah satu pria ditempat tersebut.
"Mereka Istri dari Zen." Kata Endou.
"APA!"