webnovel

Pembantaian

Setelah Zen memberi intruksi kepada kelompoknya ini, mereka semua mulai melesat menuju ketempat dimana mereka akan memulai pertempuran ini. Zen yang sudah ditinggal oleh ketiga orang bersamanya, lalu melesat menuju kelokasinya juga.

Ditempat ini, Zen bisa mendengarkan suara langkah kaki yang sangat banyak, dan masih mencoba untuk memperhatikan semua pasukan yang akan menjadi lawannya sambil menyembunyikan keberadaannya saat ini.

"Bagaimana, apakah kalian sudah berada diposisi?" tanya Zen menggunakan telepatinya kepada Yue, Shea dan Tio.

"Sudah Zen, aku siap menyerang sekarang" kata Yue.

"Aku juga Zen" jawab Shea.

"Aku juga sudah siap Master" kata Tio yang sudah merubah panggilan dari Zen menjadi master saat ini.

"Aiko-sensei, bagaimana keadaan diatas sana?" tanya Zen menggunakan radionya.

"Mereka masih bergerak seperti biasa Zen, mereka belum ada menunjukan pergerakan yang aneh" jawab Aiko.

"Baiklah, awasi terus Aiko-sensei, karena aku dan kelompokku akan menyerang" kata Zen.

"Baiklah, berhati – hatilah Zen" kata Aiko yang masih terlihat cemas saat ini.

Zen lalu mengeluarkan senjata andalannya saat ini, yaitu sebuah pedang dengan berbagai rune yang terapat pada bilahnya, hasil karya dari Lisbeth yang menyempurnakan pedang Zen sebelumnya.

"Baiklah.. Tio sekarang!" kata Zen.

Tio yang mendengar itu langsung berubah wujudnya menjadi sebuah naga hitam lalu terbang dengan kecepatan yang sangat cepat, menuju pasukan monster yang sedang berbaris untuk berjalan menuju kota Ur dan membantai semua monster yang bisa terbang saat ini.

"GRAAAAAAAAAAAAAA"

Suara auman dari naga tersebut, membuat seorang pihak yang menjadi dalang kejadian ini terkejut. Dia dengan cepat mengarahkan beberapa monster yang dikendalikannya untuk menyerang naga tersebut.

"Sial, mengapa mantraku lenyap dari naga itu" kata pria dengan sebuah jubah hitam saat ini

Namun saat melihat beberapa monsternya mulai menyerang seekor naga, sebuah serangan petir yang sangat besar mulai menyerang bagian kanan dari pasukan monsternya itu. Tidak hanya itu saja, sebuah serangan besar dan langsung memusnahkan beberapa monsternya juga terjadi pada bagian depan dan kanan pasukannya tersebut.

"Apa yang terjadi" kata pria berjubah hitam yang masih mengawasi kejadian dimana monsternya sedang dibantai.

Disisi lain Yue mulai menyerang dengan kekuatan petir besarnya untuk langsung melenyapkan beberapa pasukan dari monster – monster disini. Saat ini gerakan para monster ini seperti tidak teratur, dikarenakan yang menjadi dalang mengendalikan para monster disini, sangat bingung untuk melawan siapa terlebih dahulu.

Shea sendiri saat ini membantai semua monster menggunakan Palu besarnya dengan sangat lincah. Berkat peningkatan senjatanya oleh salah satu saudara perempuannya, Shea dengan cepat membantai satu persatu monster yang menjadi tugasnya untuk membantai mereka.

Tidak seperti kedua wanitanya itu, Zen saat ini membantai monster ditempat itu dengan santai. Walaupun Zen menganggapnya membantai dengan santai, saat ini para monster tersebut berusaha untuk melindungi nyawa mereka, karena kecepatan membantai Zen yang santai itu amatlah cepat.

"Luar biasa, apakah benar mereka hanya petualang rank hitam?" kata Will yang membantau jalannya pertarungan tersebut.

Namun tidak dengan Aiko saat ini, yang berusaha keras berdoa untuk keselamatan Zen dan kelompoknya itu, walaupun penyerangan ini sudah menjadi pembantaian dari kelompok Zen. Yuka sendiri saat ini memperhatikan sesuatu pada teropongnya.

"Sensei, sepertinya itu iblis yang mengendalikan mereka saat ini" kata Yuka sambil mengarahkan pandangan gurunya itu kearah seorang berjubah hitam yang saat ini sedang mengangkat kedua tangannya, seolah dia sedang melakukan sesuatu.

Mendengar itu, Aiko langsung memberikan informasi tersebut kearah Zen saat ini, namun sebelum mendapatkan jawaban dari Zen, pria berjubah itu menatap Aiko saat ini dari kejauahan. Lalu dia mengarahkan tangannya kearah kelompok Aiko dan menugaskan beberapa monster menyerangnya.

"Sial, sepertinya kita ketahuan" kata salah satu murid, yang melihat beberapa monster dengan cepat mengarah kearah mereka saat ini.

"Baiklah, mari kita melarikan diri terlebih dahulu" kata Aiko dan mencoba mengorganisir semua orang yang berada ditempat itu untuk melarikan diri.

Namun sebuah bayangan hitam melewati mereka saat ini. Seekor naga dengan cepat menghembuskan api ungunya untuk melenyapkan monster – monster yang hendak menyerang kelompok yang bertugas mengawasi pertempuran tersebut.

"Terus lakukan tugas kalian, aku yang akan menjaga kalian dari serangan para monster busuk ini" kata Tio dengan wujud naganya itu, dan langsung melesat untuk terus membantai para monster yang akan datang.

"Benar kata Tio-san, lebih baik kita tetap fokus pada tugas kita" kata Aiko.

Tio sendiri saat ini, mulai membantai beberapa monster dengan ganas, karena dia merasakan mananya saat ini seperti tak terbatas, akibat sebuah benda yang dikalungkan oleh Zen tadi kelehernya.

Walaupun dia sudah berubah bentuk menjadi naga, kalung tersebut langsung menyesuaikan bentuknya dan sekarang menjadi sebuah anting dan tertancap indah pada telinga naganya saat ini.

"GRAAAAAAAAAAAA"

Tio terus melanjutkan pembantaian tersebut dengan ganas. Disisi lain, Yue juga terus menggunakan skill bersekala besarnya, dan terus membantai para monster tersebut. Entah sudah berapa ribumonster yang dia sudah bantai, tetapi saat ini pembantaian tersebut terus berlanjut.

Shea disisi lain juga membantai para monster ditempat ini sambil menggumamkan sebuah nyanyian. Saat ini dia terlihat seperti seekor manusia kelinci yang sedang menikmati wahana sebuah permainan.

Namun tidak jauh dari sana, sebuah teriakan terdengar dari seorang yang sangat akrab baginya saat ini.

"AKHIRNYAAAAAA" suara teriakan tersebut.

Disisi lain tempat berasalnya teriakan itu, seorang pria terus membantai monster ditempat ini sambil tersenyum, karena akhirnya semua statusnya resmi menyentuh S saat ini. Bisa dikatakan, dia merupakan orang terkuat didunia ini, dan dia juga akhirnya bisa membawa orang yang dicintainya ketempat ini.

Pembantaian secara sepihak ini terus berlanjut, hingga pasukan yang awalnya enam puluh ribu, sekarang jumlahnya menyusut dengan cepat hingga menyisakan sepuluh ribu saja saat ini.

Tidak seperti sebelumnya, serangan tersebut berasal dari ketiga arah, saat ini serangan tersebut sudah sepenuhnya berasal dari depan, dikarenakan beberapa monster akhirnya memutuskan untuk mundur sambil melindungi orang yang menjadi dalang kejadian ini.

"SIAL!!!" teriak pria berjubah tersebut.

"Sepertinya aku harus menjadikan sisa pasukan monsterku menjadi umpan saat ini, dan aku melarikan diri" kata pria tersebut.

Lalu dia mulai mengerahkan kekuatannya dan memfokuskan monsternya untuk membuat pengalihan agar dia bisa melarikan dari tempat ini. Setelah melihat monsternya menyebar, pria itu mulai menaiki sebuah monster untuk melarikan dari tempat ini.

"Tunggulah, aku akan mencari monster yang lebih kuat dan menghancurkan kalian" kata pria itu dengan emosi karena rencananya gagal saat ini.

Namun saat dia sudah beranjak, sebuah tombak melesat dengan cepat membunuh monster yang ditungganginya itu, dan membuatnya terjatuh saat ini. Pria itu dengan panik langsung bangun dari jatuhnya itu, dan hendak melarikan diri.

Namun, siluet sepasang mata yang besar muncul dihadapannya saat ini dengan intensitas yang sangat besar. Pria itu tidak bisa mengontrol ketakutannya dan langsung terduduk saat ini.

"GRAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Next chapter