webnovel

Sebelum Perang

Alice saat ini sedang terbang bersama Zen dan Quenella. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk pergi kegaris depan dan mengikuti pertarungan melawan invasi dari Dark Territory yang akan berlangsung.

Alice berhasil membantu desa Rulid sebelumnya, dalam membantai beberapa monster yang menyerang wilayah dari desa tersebut. Kehadiran Alice saat menjadi ksatria integritas, juga sangat membuat penduduk dari desa tersebut sangat terkejut.

Akhirnya setelah selesai membantai semua monster yang berada disana, Alice memutuskan untuk mengikuti perang yang akan datang. Dia sudah berpamitan kepada keluarga beserta adiknya, lalu dia memutuskan untuk membawa Zen, karena dia masih tidak tega membiarkannya bersama Quenella sendiri pada saat ini.

"Sebaiknya kamu segera memakai jubah bertudung agar mereka tidak mengenalimu" kata Alice kepada Quenella yang duduk dibelakang tunggangannya, karena mereka saat ini sudah berada dekat dengan kamp dari para prajurit.

"Baiklah" kata Quenella lalu merubah tampilannya.

Dari kejauhan bisa terlihat beberapa prajurit sedang berlatih untuk mempersiapkan peperangan mereka. Sedangkan didarat, seorang sangat bahagia karena orang yang diharapkannya berada disini akhirnya datang.

Naga Alice mendarat dengan perlahan ditempat tersebut, Alice saat ini turun sambil menggendong Zen dan Quenella turun paling terakhir. Bisa terlihat seorang ksatria datang menghampirinya saat ini.

"Sensei!" teriak ksatria pria dengan rambut biru muda tersebut.

Ksatria itu sangat senang melihat Alice disini, namun raut wajahnya berubah saat melihat Alice bersama dengan Zen saat ini. Perhatian ini tidak luput dari pengamatan Quenella yang saat ini mulai emosi.

"Alice, jika dia terus menatap tuanku seperti itu, kupastikan dia akan menjadi daging cincang selanjutnya" kata Quenella.

"Tenanglah Ella, dia tidak bermahsut seperti itu" kata Alice. Alice sengaja mengubah panggilan dari Quenella agar dia tidak dicurigai saat ini.

"Apa mahsutmu?" kata ksatria itu yang marah, karena tidak terima atas perkataan dari Quenella tersebut. Quenella saat ini hanya tersenyum jahat dan bersiap menebas ksatria tersebut.

"Sudahlah Eldrie. Dan kamu juga Ella, hilangkan aura pembunuhmu itu" kata Alice.

"Cih" kata Quenella dan menghilangkan auranya tersebut.

Lalu mereka mulai berjalan menuju tenda yang akan digunakan Alice beserta Zen dan Quenella, untuk tinggal saat peperangan ini. Saat ini Zen masih dengan tatapannya yang kosong dan duduk dikursi roda, sedangkan Alice dan Quenella masih setia menjaganya.

Mereka bertiga saat ini berada diluar tenda bersama dengan Eldrie yang masih setia menemani gurunya tersebut. Mereka mulai berbicara tentang keadaan perang hingga Eldrie mulai menceramahi Alice, namun semuanya dihiraukan oleh Alice, namun tiba – tiba saja seorang datang kearah mereka.

"Paman!" kata Alice sambil menundukan kepalanya.

Pria itu mendekat kearah Zen dan hendak mengujinya, namun dia merasakan sesuatu yang berbahaya datang kearahnya dan langsung mengeluarkan pedangnya dan menangkis serangan tersebut.

"Sekali lagi kamu melakukan itu, aku akan menghancurkanmu" kata Quenella.

Alice dan Eldrie sangat terkejut karena serangan dari Quenella tersebut. Alice sendiri paham dengan apa yang terjadi, namun dia tidak menyangka reaksi dari Quenella seperti itu.

Sedangkan pria tersebut, merasakan dia harus berhati – hati kepada wanita yang menyerangnya tadi, karena dia merasakan jika dia bertarung dengannya, dia akan mati.

"Ah.. Maafkan aku, aku hanya menguji sesuatu. Jadi nona, sudihkah kamu memaafkan aku?" kata pria tersebut.

"Cih.." kata Quenella dan mulai menurunkan intensinya saat ini.

Akhirnya hari mulai larut, saat ini Alice dan Quenella sedang bersantai ditenda mereka bersama Zen, namun tiba – tiba saja seseorang membunyikan lonceng yang berada pada tenda mereka. Alice yang mendengar ini, akhirnya keluar dan ternyata mendapati dua orang sedang membawakan mereka makan malam.

Namun saat Alice mengijinkan mereka masuk, mereka berdua mulai menangis setelah melihat keadaan Zen tersebut. Sedangkan wanita berambut merah, menangis semakin histeris setelah mendengar tentang seniornya.

Keesokan harinya, Alice sedang mengikuti rapat tentang rencana pertempuran mereka melawan pasukan dari Dark Territory saat ini, beberapa ksatria integritas berada disini, dan beberapa ketua dari beberapa pasukan.

Rapat itu dipimpin oleh ksatria wanita yang pernah dilawan Zen yaitu Fanatio. Rapat itu terus berlangsung hingga seorang pria menanyakan sesuatu kepada Alice saat ini.

"Ojou-chan, apakah wanita yang bersamamu ikut membantu kita dalam peperangan ini?" tanya pria tersebut.

"Aku tidak tahu Paman, setahuku dia ikut datang kesini hanya untuk melindungi Zen" kata Alice.

"Hmm... Mengapa wanita itu saat ini harus melindunginya?" kata pria tersebut.

"Bisa dibilang wanita itu pelayannya" kata Alice.

"Seorang dengan kekuatan seperti itu merupakan pelayannya? Menarik, pantas saja dia sangat kuat" kata pria tersebut.

"Alice, cobalah untuk membujuknya. Dia merupakan aset besar jika dia mengikuti perang ini, jika kekuatannya sangat hebat seperti perkataan pria tua itu" kata Fanatio.

"Baiklah, akan aku usahakan" kata Alice.

Akhirnya rapat tersebut telah berakhir dengan menghasilkan beberapa rencana, untuk memukul mundur pasukan dari dark territory saat ini.

Alice sendiri akhirnya kembali ketendanya dan mendapati Quenella beserta kedua wanita yang datang kemarin, yang merupakan junior Zen dan Eugeo juga berada ditempat ini.

"Maafkan kami Alice-sama, kami hanya menjenguk senior Zen" kata Ronye sambil menunduk dan diikuti oleh Tize.

"Tidak apa - apa" jawab Alice.

"Ella, bisakah kita berbicara berdua?" kata Alice.

"Baiklah" kata Quenella mengikuti langkah dari Alice menuju keluar dan pergi kebelakang tenda mereka.

"Bisakah kamu membantu kami melawan pasukan Dark Territory?" kata Alice secara langsung kepada Quenella.

"Maafkan aku, aku tidak bisa. Tugasku saat ini hanya menjaga Tuanku" kata Quenella.

"Tetapi, bukankah kamu dulunya merupakan pendeta agung yang bertugas melindungi wilayah manusia ini?" kata Alice.

"Itu dulu, sekarang hidupku hanya kudedikasikan kepada tuanku seorang" balas Quenella.

Alice mdengar ini hanya menghela nafasnya, karena dia tidak bisa mengajak wanita tersebut, namun saat ini dia juga bingung, bagaimana Zen mengubah Quenella menjadi seperti ini.

"Baiklah, tetapi pastikan kamu menjaga Zen dan tidak membiarkannya terluka sedikitpun" kata Alice.

"Tenanglah, menurutmu siapa yang bisa mengalahkanku?" tanya Quenella.

"Baiklah, aku percaya kepadamu" kata Alice yang akhirnya merelakan Quenella menjaga Zen saat dia pergi berperang.

.

.

Keesokan harinya, semua pasukan dari kedua belah pihak sudah bersiaga disebuah tembok pemisah dari wilayah ini. Saat ini semua pasukan manusia sudah bersiap dan sedang menunggu waktu untuk berperang.

Namun diseberang, pasukan dari Dark territory juga sudah bersiap, karena mereka sekarang dipimpin oleh seorang yang sangat terobsesi terhadap jiwa seseorang.

"Alicia tunggulah aku"

Next chapter