webnovel

Berhasil

Didalam sebuah goa yang yang dipenuhi dengan es, terdapat suara mengerikan yang dikeluarkan oleh beberapa goblin. Goblin – goblin tersebut saat ini sangat fokus untuk melindungi nyawa mereka sendiri, dari kejamnya seorang Beast yang sedang mengincar mangsanya.

Satu persatu tubuh goblin ditempat itu terjatuh. Beberapa bahkan akhirnya berusaha secepat mungkin untuk meninggalkan tempat itu, namun sialnya hal itu sudah diprediksi oleh Beast itu dan terus menghabisi mereka satu persatu.

Beast itu saat ini terus membantai para goblin itu dengan tampang kejamnya, karena dia menganggap goblin yang berada disini, akan menjadi sarana dirinya untuk menjadi lebih kuat guna menjalankan rencananya yang sudah dia buat sebelumnya.

Setelah beberapa lama, akhirnya tempat itu dikelilingi oleh beberapa bangkai dengan cairan berwarna merah mengalir dari sana, seakan cairan ini bermuara ditempat tersebut. Teman si Beast yang saat ini bersembunyi, sampai saat ini masih memperhatikan temannya itu dengan ekspresi yang tidak percaya.

Si Beast yang dikenal sebagai Zen oleh beberapa orang, akhirnya berjalan kesuatu gerobak dimana wanita yang akan dia selamatkan berada. Wanita itu terlihat menangis saat ini karena bersyukur bahwa orang itu datang menyelamatkannya dan juga dia tidak terluka karenannya.

Zen lalu menggunakan pedangnya dan mulai memotong tali yang mengikat Selka dan membebaskannya saat ini. Selka yang sudah terbebas langsung memeluk Zen sambil menangis di pelukan pria tersebut.

"Maafkan aku Zen" kata Selka.

Zen yang mendapatkan pelukan dari Selka tersebut lalu mulai membalas pelukannya dan mulai menenangkan wanita tersebut.

"Sudahlah, yang penting saat ini kamu baik – baik saja" kata Zen.

"Terima kasih Zen" kata Selka.

Mereka terus berpelukan sampai Eugeo yang selama ini bersembunyi mulai mendekat kearah mereka, setelah melihat sudah tidak ada goblin yang tersisa karena pembantaian oleh Zen sebelumnya.

"Sebaiknya kita kembali karena hari sudah malam. Takutnya semua orang akan mengkhawatirkan kita" kata Eugeo.

Mendengar perkataan Eugeo, Zen langsung mulai beranjak. Namun Selka saat ini tidak mau melepaskan pelukannya saat ini.

"Mari kita kembali sekarang Selka, benar kata Eugeo sebelumnya" kata Zen namun tidak dihiraukan oleh Selka dan terus memeluk Zen, karena masih trauma dengan apa yang dialaminya dan dilihatnya tadi.

"Baiklah, bagaimana jika kugendong?" tanya Zen menawarkan karena sepertinya Selka tidak mau melepaskannya.

Mendengar perkataan Zen, akhirnya Selka merespon dengan menganggukan kepalanya. Lalu Zen mulai merendahkan tubuhnya dan mulai menggendong Selka dibelakangnya dan mereka bertiga akhirnya meninggalkan goa tersebut.

Diperjaan pulang, suasana ketiga orang itu sangat sunyi. Saat ini mereka hanya ditemani dengan pencahayaan dari sebuah tumbuhan yang menemani mereka melewati gelapnya malam diperjalanan mereka saat ini.

"Maafkan aku Zen" kata Selka yang bergumam digendongan Zen.

"Sudah kubilang tidak apa - apa" balas Zen.

"Tetapi karena keegoisanku, aku merepotkanmu untuk datang menyelamatkanku" kata Selka.

"Aku sangat senang membantumu Selka. Dan juga lihat keadaanku, bukankah aku baik – baik saja dan aku tidak terluka sedikitpun." kata Zen.

"Tetapi tetap saja Zen, aku merasa sangat bersalah" kata Selka.

"Baiklah – baiklah, kalau begitu bisakah kau menjelaskan mengapa kau pergi ketempat itu?" tanya Zen.

Mendengar pertanyaan Zen itu, Selka mulai mengeratkan pelukannya digendongan Zen dan mulai menceritakan kenapa dia pergi kesana. Setelah Selka berpamitan kepada Zen dan Eugeo, Selka memutuskan untuk memakai cara yang sama seperti Kakaknya, agar dia dibawa oleh Ksatria integritas dan membawanya ketempat Kakaknya dibawa.

Namun saat dia sampai disebuah Goa, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali goblin berada ditempat itu. Selka mencoba melarikan diri, namun kekuatan goblin disana sangat kuat dan langsung menyekapnya.

Eugeo sendiri saat mendengar ini sangat merasa bersalah. Karena menurutnya, adik teman masa kecilnya tersebut akan celaka karena dirinya yang saat ini tidak bisa diandalkan.

"Lalu setelah kau dibawa pergi oleh ksatria intregritas, apa yang kau lakukan Selka?" tanya Zen setelah mendengar penjelasan Selka tadi.

"A-Aku tidak tahu Zen. Aku hanya ingin bertemu dengan Kakakku itu saja" kata Selka.

"Baiklah, bagaimana dengan ini, Aku akan menjemput Kakakmu dan membawanya pulang?" kata Zen.

Mendengar itu Selka sangat terkejut. Bukan hanya Selka, Eugeo saat ini juga terkejut dengan perkataan Zen tersebut.

"Tidak per-" kata Selka yang hendak membalas perkataan Zen. Namun tiba – tiba saja dirinya diturunkan oleh Zen.

Zen saat ini langsung menatap Selka dengan dalam sambil memegang kedua bahunya dan menghadapkan kepadanya.

"Aku berjanji padamu Selka, Aku akan membawa Kakakmu pulang dan membuat kamu dan Kakakmu bisa hidup dengan bahagia bersama" kata Zen.

"Tapi Zen, mengapa kamu melakukan ini untukku?" tanya Selka yang saat ini kembali mengeluarkan air matanya.

"Pertama karena balas budiku yang kubilang sebelumnya. Dan kedua aku tidak ingin melihat kamu menderita dan mengakibatkan kamu menyakiti dirimu sendiri" kata Zen.

Namun Selka masih diam akan perkataan Zen tersebut, namun tiba – tiba saja seseorang yang selama ini diam saja dari tadi akhirnya mulai bersuara.

"Aku juga akan membantumu Zen. Tolong ajari aku dan kita akan bersama membawa Alice pulang" kata Eugeo.

"Dan Selka, maafkan aku karena menyembunyikan semuanya darimu. Aku berjanji akan menjadi kuat dan membantu Zen membawa kembali Kakakmu" kata Eugeo selanjutnya kepada Selka.

Mendengar keseriusan kedua orang didepannya, Selka akhirnya tidak bisa menahan tangisnya.

"B-Baiklah dan Terima kasih" kata Selka dengan isakan tangisnya.

"Jadi, pastikan kamu menunggu dan tidak melakukan hal bodoh oke?" kata Zen yang mulai maju dan mulai mengelus kepala Selka dan mencoba menenangkannya.

Selka akhirnya mulai menangis dengan kencang dan membuang perasaannya yang selama ini mengganggunya dan membuatnya menghilang seperti suara tangisannya yang akhirnya mulai mereda.

Selka akhirnya mulai berhenti menangis dan menghapus air matanya yang mengalir pada pipinya dan akhirnya mulai tersenyum.

"Apakah kamu masih mau kugendong?" tanya Zen.

Selka mendengar ini hanya tersenyum dan mulai menggangguk dan akhirnya menaiki kembali punggung Zen dan mulai mengeratkan pegangannya, karena dia saat ini merasa sangat nyaman berada didekat dengan Zen saat ini.

Akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka untuk kembali kedesa, namun kali ini suasana mereka bertiga tidak seperti sebelumnya. Suasana mereka bertiga kali ini bisa dibilang sangat hangat karena mereka bertiga memutuskan untuk saling menguatkan satu sama lainnya.

Next chapter