webnovel

Dimulai

Mendengar perkataan Zen tersebut, pria berjas tersebut langsung menghubungi beberapa orang dan mencoba mencari orang yang dikatakan oleh Zen sebelumnya. Setelah pria tersebut selesai menghubungi beberapa orang, barulah dia bertanya kepada Zen.

"Siapa sebenarnya dia Zen-kun?" tanya pria berjas itu.

"Aku hanya mencurigainya" jawab Zen singkat.

"Hanya itu, kau menyuruhku mencari orang karena kecurigaanmu?" tanya pria itu kembali.

"Yap, tunggulah aku akan mencari buktinya" kata Zen.

.

.

Seminggu telah berlalu, dan saat ini Zen berada disebuah rumah sakit guna mengambil darahnya kembali.

"Sepertinya kau mengalami jalan buntu untuk kasus kemarin Zen?" tanya seorang perawat cantik yang sudah membereskan semua peralatannya.

"Iya, untuk saat ini." Kata Zen.

Sudah seminggu kasus hilangnya ingatan beberapa player korban Sword Art Online, namun sekarang 9 korban baru bermunculan. Bahkan beberapa korban sudah melakukan penyalinan ingatannya untuk projek dari Augma tersebut.

Zen saat ini istirahat sejenak setelah darahnya sudah berhasil diambil, hingga dia mendapatkan sebuah pesan yang membuatnya sangat terkejut dan sangat marah saat ini.

Zen langsung berpamitan kepada perawat cantik yang membantunya, dan langsung meninggalkan tempat tersebut.

"Aneh, biasanya dia akan menciumku." Kata perawat tersebut yang menyaksikan Zen sudah meninggalkan dirinya.

"Biarlah, lagipula kita akan bertemu lagi sebentar" kata perawat tersebut.

Zen saat ini langsung menuju kearah tempat tujuannya dengan cepat, hingga dia sampai dan memakirkan motornya dan langsung menuju kesebuah ruangan yang saat ini terdapat seorang wanita sedang berbaring.

"Ceritakan apa yang terjadi Lisbeth" kata Zen.

"Kami sedang makan disebuah kedai makanan cepat saji, namun Asuna ijin pergi ke toilet. Namun selang beberapa saat kemudian datanglah beberapa staff yang menemukan dirinya tidak sadarkan diri ditempat tersebut" kata Lisbeth.

Silica sendiri saat ini hanya menangis sambil menggenggam tangan Asuna yang saat ini berbaring tak sadarkan diri.

[Sentuh dia Kak] kata Irene.

Mendengar ini Zen langsung mendekati Asuna yang tidak sadarkan diri dan mulai memegang tangannya.

[Untunglah Kak, ingatannya belum sempat dicuri] kata Irene.

"Benarkah?" tanya Zen.

Lalu tiba – tiba, Asuna membuka matanya dan melihat sekitarnya.

"Zen? Dimana aku?" kata Asuna.

"Asuna!" teriak kedua wanita tersebut.

"Bisa jelaskan apa yang terjadi padamu Asuna?" tanya Zen.

Lalu Asuna menjelaskan sesuatu kepada mereka. Asuna saat itu sedang pergi ketoilet kedai makanan cepat saji tersebut. Saat dia keluar, tiba – tiba seseorang menepuk bahunya sehingga menyebabkan sesuatu membuat kepalanya sangat nyeri.

Lalu Asuna berusaha secepat mungkin menghindar dari orang tersebut dan langsung terjatuh dan menyebabkan peralatan Augma yang dipakainya terlepas dari kepalanya. Dan saat ia hendak bangun kepalanya tiba – tiba sakit dan dia tidak mengingat apapun setelah itu.

"Kalian bertiga, pastikan tidak menggunakan Augma kalian" kata Zen setelah mendengar perkataan Zen.

Mendengar ini mereka bertiga langsung mengangguk dan memutuskan tidak memakai alat itu sampai masalah ini selesai.

"Lalu bisakah aku melihat Augmamu Asuna?" tanya Zen.

"Aku tidak tahu dimana Augmaku" kata Asuna.

"Ah.." kata Silica mengeluarkan sebuah Augma yang dia pungut saat beberapa orang membawa Asuna karena itu milik Asuna.

"Irene" kata Zen setelah mengambil Augma dari Asuna dari Silica.

[Irene menemukan sesuatu Kak, ternyata orang yang menyerang Asuna sedang melakukan pemindaian ingatan dan mencoba untuk mengambil ingatan tersebut, namun beruntungnya alat ini langsung terlepas dari Asuna, saat orang tersebut masih dalam tahap pemindaian] kata Irene.

"Aku belum pernah membunuh orang, dan kupastikan yang memnbuat ini menjadi orang yang pertama kali kubunuh" kata Zen didalam hatinya saat ini.

Lalu seorang dokter datang dan menjelaskan tidak terjadi sesuatu kepada Asuna dan mempersilahkan dia pulang.

"Maafkan aku tidak bisa mengantarkan kalian pulang, namun kupastikan kalian pulang dengan selamat" kata Zen yang saat ini akan menuju kesebuah pusat penelitian Raft dan sekarang menunggu didepan rumah sakit sedang menunggu sesuatu.

"Apakah kau ingin melakukan sesuatu Zen?" tanya Asuna.

"Hari ini, hari dimana aku akan bekerja untuk pertama kali" kata Zen

Namun tiba – tiba sebuah mobil berhenti didepan mereka, dan seseorang keluar dan membukakan pintu kepada para wanita Zen.

"Dia akan mengantarkan kalian kerumah" kata Zen.

Akhirnya mereka semua memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Zen ditempat tersebut dan pulang diantarkan oleh seseorang yang bertugas membantu Zen saat ini.

Zen kemudian menaiki motornya dan menuju kesebuah perusahaan guna meneliti sebuah projek yang ditugaskan untuk dirinya.

.

.

"Mengapa aku tidak mengingat apapun Irene?" Kata Zen didalam hatinya saat telah mencoba sebuah alat yang bernama Soul Translator.

[Maaf Kak, Irene juga tidak tahu] kata Irene yang seakan menyembunyian sesuatu.

"Lalu saat plot Alicization, aku akan sendiri?" tanya Zen.

[Tenanglah Kak, Irene akan mencari cara untuk hal tersebut] kata Irene.

Lalu beberapa orang mulai memasuki tempat dimana Zen berada dan mulai menanyakan berbagai hal dan Aki sebagai perawat yang ditugaskan untuk mengawasi Zen mulai membantu Zen untuk bangun.

Akhirnya hari pertamanya mencoba Soul Translator berakhir, saat ini dia sudah bersiap pulang keapartemennya. Sesaat dia tiba, dia langsung memasuki apartemennya yang saat ini seperti ada seseorang berada diapartemennya tersebut.

Zen langsung perlahan mengendap – endap karena dia mengira seseorang membobol apartemennya dan mencari tahu siapa yang memasuki apartemennya tersebut, namun saat ini dia melihat seorang wanita masih menggunakan bath robe sedang keluar dari kamar mandinya.

"Asuna?" kata Zen.

"Selamat datang Zen, bagaimana dengan pekerjaanmu" kata Asuna yang masih mengeringkan rambutnya menggunakan handuk saat ini.

"B-Baik, dan mengapa kau berada diapartemenku Asuna?" kata Zen.

Mendengar ini Asuna menghentikan aktifitasnya dan mulai menatap Zen dengan sendu.

"A-Aku hanya takut Zen, takut kehilangan kenangan kita berdua dan kenanganku yang indah bersama lainnya" kata Asuna.

Melihat ini Zen langsung mendekat kearah Asuna dan mulai memeluknya. Asuna sendiri mulai membalas pelukan Zen tersebut dengan erat.

"Tenanglah Asuna, aku akan melindungimu" kata Zen.

"Terima kasih Zen" kata Asuna yang saat ini melepaskan pelukan Zen dan mulai menatapnya.

Namun tiba – tiba kedua wajah mereka mulai mendekat dan terjadilah ciuman hangat hingga sesuatu dari dalam diri mereka berdua muncul dan mengakibatkan ciuman mereka berubah menjadi ciuman penuh dengan nafsu.

Zen dan Asuna terus melumat bibir mereka masing – masing dan tangan Zen sudah menjelajahi payudara Asuna yang masih terbalut dengan bath robe sehingga membuat nafsu mereka berdua bertambah tinggi.

Akhirnya mereka berdua melepaskan ciuman mereka karena mereka berdua sudah kehabisan nafas.

"A-Aku sudah izin kepada orang tuaku untuk menginap diapartemenmu malam ini Zen"

Next chapter