webnovel

Tanda

Setelah mengobrol sebentar bersama Asuna hingga orang tuanya datang menjenguknya, Zen akhirnya mulai berpamitan kepadanya untuk kembali keapartemennya. Asuna sebenarnya sangat enggan bahwa Zen akan pulang, namun dikarenakan orang tuanya sudah berada disini, akhirnya Asuna membiarkan Zen pulang ke apartemennya.

Setelah Zen sampai di apartemennya, Zen lalu mulai mengambil beberapa minuman bersoda dan bersiap mendengar penjelasan Irene tentang tanda yang ada belakang pundak dari Asuna.

"Baiklah Irene, bisakah kau jelaskan sekarang" kata Zen setelah dia sudah duduk di sofa yang nyaman.

[Baiklah, apakah Kakak masih mengingat sebuah menu sistem Kakak yang tidak terdapat didalam sistem menu?] tanya Irene.

"Relationship kan?" kata Zen.

[Ya, dan Kakak tahu garis keturunan Kakak adalah Dewa atau God walapun hanya 1%, tetapi Kakak tetap mendapatkan beberapa kekuatan dewa. Yang pertama Kakak mungkin sudah tahu yaitu mana Kakak yang tidak terbatas, lalu tentang domain Kakak yaitu Alaska yaitu domain khusus bagi para dewa, walaupun domain tersebut tidak seperti domain dewa yang sebenarnya.] kata Irene.

[Lalu yang selanjutnya yaitu pengikut yang mempercayai kedewaan Kakak. Namun karena garis keturunan Dewa Kakak yang sangat kecil, pengikut ini tidak seperti pada umumnya yang dimiliki oleh Dewa yang lain. Setelah Kakak menerima kekuatan ini dari Sang Pencipta, Dia memutuskan mengubah kelebihan ini menjadi kelebihan yang lain] lanjut Irene.

"Dan itu adalah sistem relationship" kata Zen.

[Tepat sekali. Menu sistem ini dibuat oleh Sang Pencipta agar Kakak dapat mempercayai bahwa ada orang dengan tulus mencintaimu, tidak seperti kehidupan Kakak dimasa lalu.] kata Irene.

"Tapi Irene, bukankah jika begitu maka orang yang mencintaiku sebenarnya hanya mencintaiku dikarenakan fungsi sitem ini?" tanya Zen.

[Tentu saja tidak Kak. Sekarang Irene bertanya kepada Kakak, mengapa dewa atau tuhan didunia Kakak sebelumnya banyak yang mengikutinya dan memujanya?] tanya Irene.

"Karena mereka mempercayainya" jawab Zen dan mulai mengerti mahsut dari pernyataan Irene tersebut.

[Tepat, begitu juga wanita yang saat ini memutuskan mencintai Kakak, mereka semua bukan terpengaruh karena sistem, namun karena mereka sangat mempercayai cinta mereka kepada Kakak.] jawab Irene.

Mendengar ini, Zen hanya tersenyum dengan perkataan Irene ini. Karena benar bahwa dirinya saat ini sangat beruntung dikarenakan beberapa orang sangat mencintainya dengan tulus.

"Lalu apa hubungannya dengan tanda dipunggung Asuna? Apakah itu adalah bukti bahwa dia mencintaiku?" tanya Zen.

[Kakak hampir benar. Tanda itu terbentuk karena cintanya kepada Kakak dan tanda itu sudah hampir sempurna karena Kakak telah menciumnya] kata Irene.

"Apakah tanda itu juga punya makna yang berbeda beda tergantung bentuknya?" kata Zen kemudian.

[Betul, Kakak bisa melihatnya sendiri. Kakak bisa lihat tanda wanita yang menyukai Kakak dan tanda wanita yang Kakak sudah menerimanya dengan memberikan ciuman Kakak kepada wanita tersebut. Kakak bisa lihat perbedaanya.] kata Irene selanjutnya.

Lalu Zen mulai mencerna semua informasi yang diberikan Irene tersebut kepadanya.

[Lalu ada yang spesial lagi tentang tanda tersebut Kak, yaitu Kakak bisa mempercayai sepenuhnya wanita tersebut tanpa perlu khawatir mereka akan menghianati Kakak. Karena tanda itu merupakan bukti bahwa mereka mencintai Kakak dengan tulus.] Kata Irene.

"Termasuk rahasia tentang informasi Alaska?" tanya Zen.

[Iya Kak] jawab Irene.

"Berarti..." kata Zen yang terlihat bersemangat dengan apa yang dibayangkannya tentang para wanitanya dimasa depan.

[Tepat sekali, Kakak bisa membawa mereka untuk ikut Kakak menjelajahi dunia yang akan Kakak kunjungi] kata Irene.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menjadi sangat kuat dan dapat melindungi mereka kalau begitu" kata Zen.

[Apakah Kakak akan membawa mereka menuju Alaska? Irene akan mengajari caranya] kata Irene selanjutnya.

"Bisakah kita menunggu Irene, aku mau membuat Alaska menjadi tempat yang spesial bagi mereka" kata Zen.

[Tetapi, bukannya Alaska memang tempat yang spesial Kak?] tanya Irene kemudian.

"Betul, tapi aku ingin ada orang yang spesial juga yang mennunggu mereka disana" kata Zen.

[Ah... Ide yang sangat bagus Kak] kata Irene yang mengerti mahsut dari Zen tersebut.

Zen yang mendengar perkataan Irene hanya tersenyum membayangkan bagaiamana jika semua itu akan terjadi. Zen sudah mulai membayangkan bagaimana ekspresi wanitanya setelah Zen berhasil melakukan semua itu.

"Baiklah, aku akan bekerja keras" kata Zen selanjutnya.

.

.

Beberapa bulan sudah berlalu, saat ini Zen bersama Asuna sedang berada dirumah sakit tempat mereka dirawat dulu untuk mengecek kondisi Asuna saat ini. Asuna sudah keluar dari rumah sakit ini beberapa minggu yang lalu.

Saat ini Zen mengantarkannya untuk menjalani pemeriksaan rutin setelah Asuna keluar dari rumah sakit tersebut.

"Apakah masih ada keluhan yang lain Asuna-san?" kata dokter yang saat ini merawat Asuna sebelumnya.

Asuna hanya menjawab bahwa dia tidak memiliki keluhan lain dan akhirnya dokter itu meresepkan beberapa vitamin dan menyuruh mereka menebusnya di apotek dan membiarkan mereka mulai meninggalkan tempat ini.

"Apakah kita langsung ke bar Agil-san, Zen?" tanya Asuna.

"Bagaimana kalau kita menjenguk Yuna terlebih dahulu" kata Zen kemudian dan dibalas anggukan oleh Asuna.

Akhirnya mereka mulai berjalan menuju ruangan Yuna dirawat. Tempat Yuna dirawat adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit ini kepadanya, karena relasi rumah sakit ini kepada Ayahnya Yuna.

Akhirnya mereka mulai menjenguk Yuna yang saat ini kondisinya masih belum kembali walaupun Ayahnya yang seorang ilmuan terkenal membantunya. Zen dan Asuna hanya menyapanya sebentar.

Diruangan itu hanya terdapat dua orang didalamnya yaitu Yuna beserta teman masa kecilnya yang masih setia menjaganya ditempat itu. Yuna yang melihat kedatangan Zen dan Asuna merasa sangat senang walaupun dia tidak mengenali mereka berdua.

Namun tidak dengan pria yang berada disampingnya yang saat ini sedang menahan emosinya melihat Zen ditempat ini.

Setelah beberapa lama berbincang, akhirnya Zen dan Asuna memutuskan untuk pamit kepada mereka berdua karena mereka ingin mengunjungi suatu tempat.

"Bye bye Yuna" kata Asuna sambil melambaikan tangannya bersama Zen setelah mereka akan beranjak dari ruangan tersebut. Mereka berdua juga tidak lupa untuk mengucapkan selamat tinggal kepada pria disebelahnya namun dibalas dengan senyum paksaannya.

"Bye bye Asuna-san, Zen-san" kata Yuna.

Namun pria disebelah Yuna hanya mengepalkan tangannya dan bergumam.

"Takkan kubiarkan kau kembali padanya Yuna"

Next chapter