webnovel

22. Penculikan

Suara gemuruh di halaman mansion, terdengar hingga ke kamar Naura. Naura melihat dari balik tirai jendela. Ken sudah masuk ke dalam Helikopter, tapi keberadaan Delice tidak terlihat.

Naura hanya bisa menyentuh jendela kamarnya, menggunakan tangan lentik yang biasa di gunakan untuk membuat melody indah saat menekan piano.

"Apa kau tidak akan bicara denganku sampai akhir?" Delice tiba-tiba muncul di belakang Naura dan menggenggam jari jemarinya.

"Hati-hati di jalan!" hanya itu yang sanggup Naura ucapkan sembari melepaskan tangannya.

"Kenapa kau berubah? Kau atau aku yang berubah?" bisik Delice dengan suara yang mampu meluluhkan hati yang sudah membatu.

"Aku..."

Delice menarik tangan Naura supaya memeluknya. Pesona Delice mampu membuat Naura lupa dengan kejadian bersama Ken. Perlahan, Delice memegang dagu Naura lalu mencium bibirnya.

Delice lupa nasehat Dokter Jean yang mengatakan untuk tidak menyentuh Naura. Naurapun seketika lupa dengan niatnya untuk menjauhi Delice. Ketika ciuman itu semakin dalam dan membuat sesak, Naura tersadar lantas mendorong Delice menjauh darinya.

"Gak! Gak boleh! Aku tidak boleh memberinya harapan," batin Naura sembari mengelap bibirnya.

"Dia mendorongku dengan kasar?" batin Delice.

"Naura, aku tidak tahu apa kesalahanku sampai membuatmu tiba-tiba menjauh. Aku ingin mendengarkan penjelasan itu setelah aku kembali."

Delice berbicara tanpa menatap Naura, lalu berlalu pergi. Naura menatap kepergian Delice dari kejauhan. Ada sebuah luka pada sebuah hati yang mulai jatuh cinta.

"Maaf, Delice! Aku sudah tidak pantas untukmu. Kalau bukan Ken, mungkin kau tetap terima, tapi Ken yang melakukan semua ini padaku. Aku tidak ingin membuat hubunganmu dan Ken menjadi berantakan," gumam Naura.

***

"Apa kau menjebakku?"

"Tenang saja, Tuan. Aku tidak ingin menjebakmu. Aku hanya tidak menyukai wanita itu."

"Tuan, apa jaminan yang kau berikan?"

"Aku yang akan membawanya!"

Kerjasama telah di sepakati. Siapa lagi yang ingin mencelakai Naura, kalau bukan Loid. Loid berfikir bahwa hubungan Ken dan Delice akan semakin kacau hanya karena keberadaan Naura di antara mereka.

Loid tidak menyangka, musuh Delice semuanya berbahaya dan bisa berbalik menyerang.

"Olin, panggilkan Nyonya. Aku akan mengajaknya jalan-jalan."

"Baik, Tuan!" jawab Olin.

Olin kemudian menuruti perintah Loid. lin naik ke atas dan menemui Naura yang tengah melamun di balkon, menikmati angin sore.

"Nyona, maaf mengganggu! Tuan Loid ingin mengajak Nyonya keluar!"

Naura hanya mengangguk dan meminta Olin untuk pergi. Naura bersiap, dengan memakai celana hitam dan juga kaos putih santai. Naura menggerai rambutnya dan juga menyelipkan sebuah jepit permata yang di berikan Delice untuk menjepit poninya.

TUK... TUK... TUK...

Loid menoleh setelah mendengar suara sepatu yang mengganggu pendengarnya. Naura tersenyum pada Loid, namun Loid tidak membalasnya melainnya memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain.

"Tuan..."

"Ayo Nyonya kalau sudah siap!" ajak Loid sebelum Naura menyelesaikan kata-katanya.

Loid seperti sengaja memilih mobil yang di pakai Ken saat itu. Naura teringat bagaimana Ken memaksa untuk menciumnya tepat di mobil itu. Meskipun sungkan dan enggan, tapi Naura berusaha untuk tidak menunjukkannya.

"Mau sampai kapan, kau akan berpura-pura?" batin Loid.

Naura masuk ke dalam mobil dan diam seribu bahasa. Loid juga fokus mengemudi hingga mobilnya masuk ke dalam taman hiburan.

Mata Naura tiba-tiba berbinar cemerlang setelah melihat banyaknya permainan dan juga kerlap kerlip lampu dari keramaian. Naura seperti melihat sesuatu yang baru.

"Ayo, turun!" pinta Loid dengan dingin.

Naura menikmati setiap permainan yang sudah di laluinya. Bibir Loid tiba-tiba tersenyum untuk pertama kali saat melihat Naura bermain memanah tapi tidak juga tepat sasaran hanya karena sebuah boneka.

"Biar aku yang melakukannya," ucap Loid sembari mengambil alih panah yang ada di tangan Naura.

JLEPPPP....

Hanya dengan sekali memanah, Loid berhasil mengenai tepat sasaran. Penjaga memberikan sebuah boneka berukuran sedang dan sangat cantik pada Loid.

"Selamat, Tuan. Kekasih Anda pasti menyukainya," ujar sang penjaga.

"Terimakasih!" jawab Loid lalu menerima boneka itu.

"Ini!" Loid memberikan boneka itu pada pada Naura.

"Terimakasih!" ucap Naura.

Naura dan Loid menikmati setiap permainan yang ada di taman hiburan. Loid menatap Naura seperti semuanya akan segera berakhir.

"Mau naik bianglala?"

"Tidak!" jawab Naura.

Taman hiburan tiba-tiba menjadi sepi. Semua pengunjung sudah tidak ada lagi.

"Masih jam segini tapi sudah sepi? Tumben," batin Naura.

"Tuan Loid, ayo kita pulang," ajak Naura.

"Nyonya, ada sebuah kejutan untuk Anda. Bolehkah saya menutup mata Nyonya sebentar? Dalam waktu 1 menit, Anda boleh membukanya.

"Tapi, aku..."

"Sebentar saja!" Loid mengikat sebilah kain untuk menutup mata Naura.

Naura mendengar suara langkah kaki pergi menjauh dan suara banyak kaki mendekat.

"Tuan Loid, apa aku boleh membukanya? Aku takut!" teriak Naura sembari menangis.

"Kenapa sulit sekali di buka?" gumam Naura sembari menangis. Karena gugup dan juga takut karena Loid tidak mneyahutnya dan juga gelap menyelimuti penglihatannya.

"Biar aku bantu!" suaranya terdengar seperti seorang pria.

"Siapa? Bukan suara Loid, wanginya juga bukan parfume Loid," batin Naura.

Penutup mata terbuka dan pemandangan yang pertama kali adalah taman hiburan yang sudah gelap dan juga pria bertumbuh tinggi ada di hadapannya. Wajahnya begitu mirip dengan Delice.

"Terimakasih!" ucap Naura lalu berbalik dan hendak pergi.

Naura tidak menyadari bahwa dirinya sudah terkepung dengan beberapa orang yang tidak dikenalnya. Perasaan takut itu lebih tajam di bandingkan saat melihat Delice memegang seuntai tali untuk memukulnya.

"Siapa kalian?" teriak Naura sembari berjalan mundur.

DUKKKK...

Naura menabrak pria yang sudah membantunya membuka penutup mata. Tapi, semuanya terasa ganjil dan aneh.

"Loid... Loid... Loid..." teriak Naura.

"Percuma kau berteriak karena Loid yang menyerahkanmu padaku!" bisik pria itu sembari mencium rambut Naura.

"Hentikan hal menjijikan ini!" Naura menarik rambutnya yang ada di tangan pria itu.

Naura lari sekuat yang kakinya bisa. Meskipun terjatuh berkali-kali, tapi setidaknya Naura berusaha tanpa menyerah begitu saja.

"Loid, apa rencanamu? Aku tidak menyangka kau melakukan hal ini padaku," batin Naura di sela-sela langkah kakinya.

"Tuan Farhan, kenapa mencegah kami untuk mengejar wanita itu?"

"Karena dia tidak akan pernah bisa lari!" jawabnya.

Naura sama sekali tidak menjatuhkan atau meninggalkan boneka yang Loid berikan padanya.

SREEETTTT BRUKKKKKK

"Aduhhhh!" pekik Naura.

Di sekeliling taman hiburan sudah di pasang CCTV. Kemanapun Naura berlari, masih bisa dalam pantauan Farhan. Pintu utama terkunci dan di jaga begitu ketat. Hanya ada jalan satu-satu tapi harus melewati hutan yang ada di belakang taman hiburan.

Naura terperosot jatuh ke bawah setelah setelah kakinya memijat tanah yang licin. Farhan melangkah maju setelah Naura lelah berlari dan terjatuh hingga tidak bisa menolong dirinya sendiri.

"Apa sudah selesai bermain petak umpetnya?"

Next chapter