webnovel

8. SADIS 2

"Apa kau ingin mati? Jawab aku!" bentak Delice dengan murka.

"Uhhhhhhh..." Delice mencekik leher Naura hingga Naura benar-benar hampir mati di tangannya. Tangan Naura memukul-mukul tangan Delice, supaya Delice melepaskannya.

"Aku tidak akan langsung membunuhmu. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya menjadi wanita yang penurut," Delice melepaskan tangannya dari leher Naura.

"Uhuk... Uhuk... Uhuk..." akhirnya Naura bisa bernafas lagi dengan normal.

Delice menancap gas mobilnya. Mobilnya melaju sangat cepat seperti seorang pembalap. Delice mengendarai mobilnya dengan membabi-buta.

"Apa dia sudah gila mneyetir dengan kecepatan ekstra seperti ini?" batin Naura.

"Tuan, tolong hentikan mobilnya sekarang," teriak Naura pada Delice.

"Kenapa? kau takut mati bersamaku?" jawab Delice, tapi kecepatan mobil tidak di kurangi melainkan kecepatannya semakin di tambah.

"Delice, hentikan! Jangan konyol!" teriak Naura.

"Kau sudah berani menyebut namaku ternyata!" Delice hanya tersenyum sinis.

"Delice, kau sudah gila! Aku akan lompat kalau kau tidak berhenti!" Naura yang panik, seketika membuka pintu mobil tapi pintu di kunci oleh Delice.

"Iya, aku sudah gila! Apa kau puas dengan jawabanku?" bentak Delice sembari sebelah tangannya mencengkram lengan Naura.

"Awwwhhhhh... Delice, kau benar-benar keterlaluan. Aku sudah jelaskan kalau aku tidak bersalah. Mereka tidak menyentuhku, Delice!" Naura yang kesal dan takut, menjadi melawan Delice tanpa memikirkan akibatnya.

"Kau pikir aku buta?"

"Delice, berhenti!"

"Kau bisa diam? Kalau kau tidak bisa diam, kita akan mati bersama saat ini juga," cengkraman tangan Delice pada luka Naura semakin erat. Darah yang mengering, mulai basah dengan darah yang baru.

"Pria ini benar-benar sudah gila. Aku muak! Aku sangat muak dengan sikapnya!" batin Naura.

Naura merasa perutnya mual karena mobil yang di tumpanginya melaju begitu cepat. Tidak selang lama, Naura bisa bernafas lega karena mobil sudah berhenti di depan mansion yang memberikan pengalaman pahit untuk Naura dari awal hingga saat ini.

"Menurutlah!" bentak Delice.

Lagi-lagi, Delice mncengkram lengan Naura, menariknya paksa, dan menyeretnya untuk masuk ke dalam mansion.

"Aku tidak akan lagi nurut padamu, karena aku tidak bersalah," teriak Naura.

"Kau pikir, kau bisa melawanku?" suara Delice terdengar penuh penekanan dan amarah.

"Aaaahhhhhh, kakiku... Kakiku terasa sangat sakit," batin Naura.

Sendal yang sudah berwarna merah darah, sudah tidak lagi menghiasi kaki Naura yang mungil. Naura mengikuti langkah Delice dengan bertelanjang kaki. Kaki yang di penuhi luka, terasa begitu menyayat.

Delice melepar tubuh Naura di depan pintu masuk mansion. Delice menginjak kaki kaki Naura yang berlumuran darah.

"Ahhhhh... Uhhhhhh... Delice, apa kau gila? Bunuh saja aku kalau kau mau membunuhku!" tantang Naura.

BUAKKKKKKK

"Uhhhhhhhhh..." rintih Naura saat perutnya merasakan tendangan dari kaki Delice.

"Kau pikir, aku tidak berani membunuhmu? Aku sudah membayarmu begitu mahal, sayang sekali kalau langsung membunuhmu. Aku harus bermain dulu hingga aku puas," bentak Delice.

Delice menarik rambut Naura, menyeret tubuh Naura supaya masuk ke dalam mansion lebih dalam. Naura memegangi rambutnya yang di jambak dan di gunakan Delice untuk menyeret tubuhnya. Kaki Naura sudah tidak kuat lagi menompang dirinya sendiri.

DUKKKK BUAKKKKK

"AAAAAAAAAAAAAA... Uhukkkkkk..." darah segar mengucur dari kepala dan keluar dari bibir Naura setelah tubuhnya di hempaskan mengenai meja.

Naura seperti kehabisan tenaga. Tulang-tulangnya terasa remuk berkeping-keping. Naura hanya diam di atas lantai, dengan tubuh yang tengkurap. Delice menarik rambut Naura kembali yang sudah terkena darah.

"Mana keberanianmu untuk melawanku seperti tadi? Satu tamparan darimu, aku kembalikan berkali-kali lipat!" ucap Delice.

Delice membawa tubuh Naura dengan menyeret kakinya dan melemparkannya masuk ke dalam kolam renang. Kolam yang airnya begitu jernih, berubah menjadi warna merah.

"Aku tidak bisa berenang, Delice!" teriak Naura sebelum akhirnya ternggelam ke dasar kolam sedalam 2,5 meter.

"Olin... Olin... Olin..." teriak Delice.

"Iya, Tuan!"

"Kau ambil tubuh Nyonya di dalam kolam. Kau mandikan dia, lalu kau antarkan dia ke kamar utama. Pakaikan dia pakaian yang sexy dan bisa menggodaku" perintah Delice.

BYUUUUURRRRRR...

Olin yang sedari tadi tidak tahan melihat Nyonya yang seharusnya di perlakukan dengan baik, di siksa hingga sekarat.

"Nyonya, Anda harus baik-baik saja!" batin Olin.

Naura tidak lagi sadarkan diri setelah di angkat ke darat. Olin menekan-nekan dada Naura. Akhirnya air yang menyumbat, sudah keluar. Mata Olin tidak percaya, melihat tubuh Nuara yang di penuhi memar dan juga sebuah luka.

Olin menggendong Naura, membersihkan tubuhnya, membuatnya wangi sesuai dengan keinginan Delice.

"Maaf Nyonya, Anda tidak suka memakai pakaian sexy tapi kalau aku tidak mengabulkan keinginan Tuan, Anda bisa di siksa lebih dari ini," gumam Olin.

Olin menggendong Naura menaiki sebuah tangga yang menyambungkan langsung ke kamar utama.

"Apa yang di lihat Tuan, sampai-sampai membela wanita seperti itu?" ucap Maria dengan sinis.

"Nyonya memiliki apa yang tidak kau miliki," balas Olin.

"Apa itu?" tanya Maria penasaran.

"HARGA DIRI!" jawaban Olin begitu menohok dan menusuk.

Olin begitu kuat, seperti wanita perkasa karena hidup di bawah pelatihan Delice. Tubuh Naura seperti kapas baginya. Olin ragu untuk memberikan Naura pada Tuannya, tapi CCTV ada dimana-mana, sehingga Olin tidak bisa melakukan hal yang lebih membahayakan untuk Naura.

TOK... TOK... TOK...

"Masuk!"

"Nyonya sudah saya dandani seperti yang Tuan mau. Lukanya juga sudah saya balut dan sudah saya bersihkan," ujar Olin.

"Baringkan dia di atas tempat tidur," pinta Delice.

Olin sudah keluar dari kamar Delice. Delice hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Delice menelan beberapa butir obat untuk menekan kegilaannya.

"Kenapa kau melawanku? Apa kau pikir, aku mau melakukan hal ini padamu? Kau selalu saja mengundang emosiku!" gumam Delice.

Delice menaikkan temperatur AC di kamarnya supaya kamarnya menjadi panas dan membuat Naura sadar.

"Uhhhh, kenapa panas sekali?" gumam Naura setelah suhu ruangan seperti menyengat kulitnya.

"Apa kau sudah puas tidur?" ucap Delice. Delice kembali mengatur suhu AC menjadi dingin.

"Tuan Delice?" Naura tersentak dengan kehadiran Delice.

"Ada apa? Kau seperti melihat seorang iblis," sindir Delice.

"..."

"Jawab aku!" bentak Delice.

Delice menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh Naura. Gairah Delice merasuk ke dalam otaknya. Delice melihat Naura dengan sangat bernafsu. Olin tidak memakaikan bra untuk Naura dan memberikan Naura pakaian yang sangat tipis, sehingga 75% dari tubuh Naura, terlihat jelas dan membuat Delice tidak bisa menahan diri.

"Kau memiliki tubuh yang menggoda gairahku!" ucap Delice.

Delice perlahan naik ke atas ranjang, mendekati Naura yang belum sadar akan pakaian seperti apa yang menempel di tubuhnya.

"Delice, menyingkirlah dariku!" Naura mendorong tubuh Delice.

"Melawanlah! Aku suka sebuah tantangan!"

Next chapter