Alex sudah keluar dari ruangan dan tiba tiba Irina melompat padanya, menempelkan bibirnya untuk berciuman. "Hmph!?" Dia tidak menyiapkan dirinya jadi dia terkejut, tapi dia dengan cepat melebur dalam ciuman.
Setelah beberapa menit berciuman. Keduanya melepaskan ciuman mereka dan sedikit terengah-engah karena kehabisan nafas.
Irina memeluk Alex dan menggantung di lehernya, "Alex! Aku merindukanmu!" Dia menempelkan wajahnya di lehernya seolah-olah ingin mencium baunya.
Alex tersenyum dan memeluknya juga sambil membelai punggungnya perlahan, "Aku juga merindukanmu, Irina." Dia kemudian mengamati tubuhnya yang berada di balik jubahnya dan berkata, "Ngomong-ngomong Irina, kenapa payudaramu lebih besar?"
Irina melepaskan pelukannya dan menggembungkan pipinya ketika mendengar pertanyaannya, "Apakah aneh jika payudara kekasihmu lebih besar?"
Alex menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, hanya saja itu membuatmu lebih menawan dan aku merasa ingin dengan cepat menyentuhnya, membelainya, kemudian menghisapnya."
Irina tersipu keras ketika mendengarnya. Dia tidak menyangka kekasihnya dulu akan menjadi semesum ini, "Me - Mesum!"
Alex hanya terkekeh padanya.
"Ehem! Maaf mengganggu reuni bahagia kalian, tapi Irina, bisakah kita lebih cepat? Kita harus menyelidiki tempat Malaikat Jatuh yang berada di kota ini," kata Xenovia dengan canggung.
"Ehhh?" Irina tampak enggan.
Alex menatap keduanya dan berkata, "Apakah kalian baik-baik saja menyelidiki kasus ini hanya berdua?"
Xenovia menoleh dan menatap Alex, "Tenang saja, kami juga membawa pedang suci sebagai senjata." Xenovia menunjukan sebuah pedang besar yang terbungkus oleh kain.
"Ya, aku juga membawa pedang suci buatan milikku sendiri," kata Irina sambil menunjuk tali yang diikat di lengannya, "Pedang Suci Mimic!"
Alex menatap tali itu dengan ragu, "Apakah itu benar-benar pedang? Itu terlihat seperti tali dengan aura suci bagiku."
"Memang terlihat seperti tali dari luar, tapi ini adalah pedang suci yang bisa berubah bentuk sesuai keinginanku," kata Irina menjelaskan. "Ngomong-ngomong, Alex-kun. Kenapa kau bisa tahu tentang keberadaan supranatural?"
Alex mengangkat alisnya dan tersenyum misterius. "Ingin tahu? Maaf tapi ini rahasiaku, jika ingin tahu kamu harus mengungkapkannya sendiri," Kata Alex sambil menaruh jarinya di mulut Irina.
Irina melompat padanya dan menggantung di lehernya lagi, "Kalau begitu aku akan mengungkapkan semua rahasiamu itu!"
Xenovia menatap Alex dengan intens dan berpikir bahwa kekasih Irina ini tidak akan sesederhana itu.
Alex menyadari tatapan Xenovia tapi tidak memperdulikannya karena pelukan Irina membuatnya tidak bisa bernafas, "Baik, baik. Tapi lepaskan dulu pelukanmu. Itu membuatku sesak tahu." Dia mendorong Irina untuk melepaskannya dan menghela nafas lega, "Ngomong-ngomong, lebih baik kalian berangkat sekarang, sebelum banyak siswa yang masuk sekolah."
Keduanya menyadari kesalahannya dan menganggukan kepalanya. Mereka tidak ingin para siswa melihat mereka yang membuat mereka terlalu menarik perhatian.
"Kalau begitu, aku permisi dulu. Ayo Irina," kata Xenovia sambil mengambil tangan Irina dan menyeretnya keluar.
"Sampai jumpa, Alex-kun!" Irina melambaikan tangannya saat diseret oleh Xenovia.
Alex menghela nafas lagi dan melambaikan tangannya juga, "Sampai jumpa. Tolong hati-hati, atau jika ada masalah kalian bisa menghubungiku."
***
"Huh..." Alex telah membersihkan semua isi kelas dan itu cukup mudah. Itu tidak membuatnya lelah karena kelasnya tidak terlalu besar. Dia bisa saja menggunakan sihirnya tapi dia tidak melakukannya karena dia suka bersih-bersih yang membuatnya pikirannya damai.
Yah, ternyata Alex memiliki sisi feminim juga ya.
"Selamat pagi! Eh, Aniki?"
"Alex-san."
Alex menoleh dan melihat Issei dan Asia yang baru masuk ke kelas. Dia menaruh sapunya dan menyapa mereka berdua, "Selamat pagi, kalian berdua. Jarang-jarang melihatmu sepagi ini Issei."
"Yah, Asia membangunkanku pagi-pagi sih," kata Issei sambil menggaruk kepalanya. Kemudian dia merasakan bahunya dipegang oleh dua orang dan mengungkapkan Matsuda dan Motohama yang berada di belakangnya.
"Apa? Asia membangunkanmu katamu!?" Kata Matsuda.
"Apakah itu artinya kalian tinggal berdua bersama?" Kaya Motohama.
Asia yang tidak tahu dengan situasinya dan hanya menjawab dengan senyuman, "Ya!"
""Sialan kau Issei!"" Matsuda dan Motohama memukul wajahnya bersamaan.
Alex menghela nafas ketika melihat ini. Dia kemudian menatap Asia yang kewalahan dan berkata, "Asia, apakah kamu tadi bertemu dengan dua orang berjubah dengan aura suci?"
Tubuh Asia langsung mengejang ketika mendengar pertanyaannya.
"Ada apa?" Alex khawatir.
Asia menggelengkan kepalanya dan berkata, "T - Tidak. Aku tadi bertemu dengan orang yang Alex-san bicarakan saat masuk sekolah dan salah satu orang berjubah itu menatapku dengan tajam yang membuatku takut." Dia kemudian menatap Alex, "Siapa sebenarnya mereka Alex-san?"
*KRINGGG!*
Suara bel pertanda mulainya pelajaran berbunyi dan para siswa yang sudah berada di sini mulai menuju bangkunya sendiri.
"Nanti saja kita bicaranya. Bel pelajaran sudah berbunyi," kata Alex sambil berbalik menuju bangkunya sendiri.
Asia tampak belum puas tapi dia menganggukkan kepalanya.
Alex yang sudah duduk di bangkunya mulai berpikir, 'Yang menatapnya pasti Xenovia. Dia mungkin menyadari bahwa Asia adalah orang buangan dari greja.' Dia menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk fokus pada pelajaran. Dia melihat guru yang mengajari kelasnya sekarang sangat seksi, apalagi stocking yang dipakainya.
Guru sepertinya menyadari tatapan Alex dan berkata, "Ada apa?"
"Tidak," Alex langsung memalingkan mukanya. Dia tidak ingin di cap mesum oleh satu kelas jika dia melanjutkan.
"Yah, kalau begitu kita mulai pelajarannya," kata Guru itu.
***
Freed Zelzan. Kalian mungkin akan melupakan dia karena dia adalah karakter antagonis biasa yang tidak disebutkan namanya dulu saat Alex menyerang gereja untuk menyelamatkan Asia.
(Flashback)
Alex tiba didepan pintu dan mendobrak pintunya dengan paksa menggunakan kakinya.
*BRAK!*
Setelah itu mereka berjalan masuk dan melihat seorang pendeta berambut putih sebahu. "Hei, Hei, Hei. Kita bertemu lagi. Aku terha-" Sebelum dia menyelesaikan kata katanya, Alex sudah melesat kedepan dan memukul perutnya dengan kuat.
*BUAHK*
*GUEGH!*
Pendeta itu batuk darah ketika terkena pukulan Alex. Dia terpental kebelakang dan menabrak dinding.
*BRAK!*
Dinding disekitarnya roboh dan menimpa pendeta itu hingga mati.
(Flashback end)
Kalian mungkin menganggapnya mati, tapi dia tidak. Karena saat dia tertimpa reruntuhan, dia beruntung mengangkat pedangnya untuk menahan bebatuan yang menimpanya.
"Sial! Akan kubunuh manusia sialan itu!" Freed mengutuk saat dia berjalan di dalam greja tempat Raynare menculik Asia dulu, "Lagipula kenapa harus aku yang diperintahkan untuk menyelidiki greja tua ini sialan!" Dia menendang bangku meja.
*Bam!*
"Sakit! Sakit! Sialan!" Freed mengerang sambil memegang kakinya setelah menendang meja. Dia tidak menyangka meja kayu yang rapuh akan sekuat ini.
Sungguh orang yang bodoh.
*Brak!*
Tiba tiba pintu greja dibuka dan mengungkapkan dua orang gadis pengusir setan memasuki greja.
Freed menyeringai ketika melihatnya. Dia sedang kesal sekarang dan membutuhkan musuh untuk melampiaskan kekesalannya, "Oya, oya. Sepertinya aku kedatangan dua kroco dari greja." Dia kemudian mengeluarkan pedang sucinya.
"Aku awalnya ingin menyelidiki greja ini, tapi aku tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu pendeta bawahan Malaikat Jatuh," kata Xenovia sambil membuka bungkus pedang sucinya dan mulai menyiapkan kuda-kudanya.