webnovel

Unrequited Love

Menyukai Todoroki Shouto itu tidaklah mudah.

Katsuki tau jika dirinya menyukai Todoroki Shouto, ia sudah menerima kenyataan itu. Tapi, meskipun Katsuki mengakui perasaannya, bukan berarti jalan percintaannya terbuka lebar dan bebas dari hambatan. Berbagai masalah perlu ia hadapi sebelum Katsuki memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya. Dan meskipun ia berhasil mengungkapkannya, tidak ada jaminan jika pihak lawan akan menerimanya.

*********

Masalah pertama: Identitas Todoroki Shouto

Jujur saja, Katsuki sama sekali tidak mempersalahkan jika Todoroki Shouto ingin terus menyembunyikan kebenaran akan gender sebenarnya. Dirinya juga tidak peduli jika nantinya ia akan dicap sebagai seorang homoseksual. Tapi, jika Katsuki mengutarakan perasaannya sekarang meskipun si doi juga memiliki perasaan yang sama kepadanya, maka besar kemungkinan jika dirinya akan ditolak.

Alasannya?

Untuk seorang laki-laki memiliki perasaan romantis kepada laki-laki lain, maka hal pertama yang terlintas di otak adalah [dia itu 'gay']. Sugesti ini akan melahirkan perasaan takut dan kekhawatiran bagi seseorang yang tengah menyembunyikan jati dirinya. Khawatir jika sewaktu-waktu rahasianya terbongkar, dan takut bila kebenarannya terkuak si 'gay' tersebut akan merasa jijik dan menolaknya bahkan sampai membencinya karena berpura-pura menjadi seorang laki-laki.

Katsuki bisa saja mengakui jika dirinya sudah mengetahui bahwa Todoroki Shouto itu adalah seorang perempuan. Tapi ia ingin menghormati keputusan sang pujaan hati yang ingin menyembunyikan gendernya. Katsuki juga tidak ingin jika keputusannya untuk mengakui jika ia telah mengetahui rahasianya malah berujung buruk. Ia tidak ingin si doi berpikir kalau Katsuki tengah mengancamnya, seperti 'Jika kau tidak mau menjadi pacarku, maka aku akan menyebarkan rahasiamu' misalnya. Tidak, tidak. Katsuki sama sekali tidak sehina itu sehingga akan menggunakan cara rendahan seperti itu untuk mendapatkan apa yang ia mau.

So, Katsuki memutuskan untuk menunggu sampai Todoroki Shouto membongkar jati dirinya yang sebenarnya sebelum mengungkapkan perasaannya. Tapi, menunggu bukan berarti Katsuki hanya berdiam diri tanpa berbuat apa-apa, ia akan melakukan sesuatu sehingga sang target menyukainya.

*********

Masalah kedua: Sikap dan sifat Katsuki

Saat ia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Todoroki Shouto dengan si Deku tentang masa lalunya, Katsuki langsung tau mimpi buruk seperti apa yang telah dialami oleh orang yang diakuinya sebagai rival itu. Dan setiap kali ia mengingat hal itu, ingin sekali Katsuki membunuh Endeavor detik itu jugaーtidak, itu masih belum cukup, mungkin ia akan menyiksanya dulu sebelum akhirnya membunuhnyaー.

Meskipun Katsuki sangatlah berbeda jauh dengan Endeavor, tapi dari sudut pandang orang lain yang melihat sikap keras kepala dan kasar Katsuki, mereka pasti akan beranggapan jika dirinya dengan orang brengsek itu sama. Dan hal ini akan menjadi poin minus baginya jikalau sang gebetanpun juga beranggapan sama tentangnya. Jujur saja Katsuki sama sekali tidak peduli jika semua orang salah sangka tentangnya. Tapi ia tidak ingin jika orang-orang terdekatnya bahkan orang yang ia anggap spesial juga berpikiran sama tentangnya.

Meskipun Katsuki itu terkenal akan sikap keras dan kasarnya, tapi jauh di dalam hatinya ia adalah orang baik dan peduli kepada orang lain, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. Katsuki selalu menunjukkan kepeduliannya melalui perkataannya ataupun tindakan langsung, meskipun kebanyakan orang tidak dapat menerimanya dengan baik. Masa bodoh kalau mereka mau menerimanya atau tidak, toh pada kenyataannya semua itu ia lakukan untuk kebaikan mereka sendiri.

Katsuki juga tidak peduli jika ia dicap sebagai orang yang kejam dan tidak berperasaan ketika ia mengatakan sesuatu, ia hanya mengutarakan apa yang ia rasa benar saja. Tak peduli seberapa menyakitkannya hal itu bagi orang lain, Katsuki akan tetap mengatakannya. Ia sama sekali tidak ingin menjadi seperti para hiprokit yang selalu mengumbar kebohongan berbalut kata-kata manis yang mengatas namakan demi kebaikan. Bukankah pepatah bilang jika lebih baik jujur walau menyakitkan, dari pada berbohong tapi pada akhirnya berujung lebih menyakitkan. Dan Katsuki sama sekali tidak ingin merubah satu prinsip hidupnya itu.

Dibandingkan ia yang harus berubah dan menyesuaikan diri sesuai dengan yang lain inginkan, ia lebih baik tidak disenangi oleh orang lain. Berharap suatu hari mereka akan mengerti tindakan yang Katsuki lakukan, terlebih orang-orang terdekatnya.

*********

Masalah terberat yang harus Katsuki hadapi adalah kenyataan bahwa Todoroki Shouto menyukai Deku si Nerd.

Bukannnya Katsuki berkecil hati atau apa, toh dilihat dari sisi manapun juga jelas-jelas jika ia ribuan kali jauh lebih baik dibandingkan si post-quirkless Deku. So pasti jika dirinyalah yang akan jadi pemenang. Tapi, orang waras manapun juga pasti akan lebih memilih orang yang ramah—woek—, oh-so-kindhearted—cuih—, dan harmless—rolling eyes— untuk dijadikan pasangan ketimbang memilih orang yang memiliki sifat bak seorang villain, yang setiap saat akan selalu mengingatkannya akan sosok ayah brengsek yang ia miliki.

Selain itu, membuat gadis yang tengah jatuh cinta untuk berpaling padanya bukanlah sesuatu hal yang mudah, terlebih lagi orang lempeng seperti Todoroki Shouto yang notabene adalah orang yang super duper kurang peka. Jangankan dikasih rayuan gombal atau kode-kodean, Katsuki terang-terangan menunjukan rasa sukanya saja pasti tetap bakalan tak ternotice. Buktinya, ia sama sekali tidak menyadari jika orang yang dia sukai—si Deku— sebenarnya juga suka padanya.

Bagaimana Katsuki bisa mengetahui bahwa mereka saling suka?

Bagaimana ia tidak mengetahuinya jika reaksi mereka ketika tengah berinteraksi begitu jelasnya. Lihat saja tingkah laku mereka ketika saling berhadapan, penuh dengan ke-awkward-an plus sifat malu-malu tai kucing, terlebih lagi si Deku yang bakalan langsung gelagapan tingkat dewa, dan jangan lupakan rona merah yang selalu terpatri di wajah mereka. Lupakan soal Todoroki Shouto yang EQnya terbelakang ataupun si Deku yang kebanyakan mikirin yang gak penting, Katsuki salut pada teman-teman sekelasnya yang sama sekali tidak menyadari akan ketidaknormalan kelakuan mereka berdua terhadap satu sama lain yang begitu kentara, saking jelasnya orang merem aja bisa langsung melek hanya karena mereka berdekatan. Intinya, Katsuki tidak menyangka jika teman sekelasnya itu terlalu idiot untuk menyadari sesuatu yang nampak jelas.

Tapi Katsuki bersyukur akan keidiotan mereka untuk tidak menotice hal jelas seperti itu. Kalau tidak, mungkin Katsuki sekarang bakalan terus-terusan makan hati melihat si Deku dan gebetannya itu tengah Lovey-Dovey. Lupakan soal 'Kutunggu Jandamu', Katsuki sama sekali tidak tahu kapan Todoroki Shouto akan menjanda bila ia benar-benar jadian dengan si Deku. Daripada menunggu status orang menjadi available, lebih baik Katsuki memilih move on saja—itupun kalau Katsuki bisa—.

So, selama ia masih ada kesempatan, selama status si doi masih available, dan sebelum janur kuning melengkung, Katsuki harus melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatian sang gebetan dan membuatnya jatuh hati padanya.

Next chapter