webnovel

Dia masih punya banyak cara untuk menghasilkan uang

Fira melangkah ke belakang Yudhi dengan satu tangan di pinggang "Kamu seorang anak berusia lima belas tahun. Semuanya tergantung pada kesadaran diri. Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumahmu? Jangan main saja."

Yudhi mengunyah pisang di mulutnya sambil menjawab "Itu sudah selesai."

Fira mengambil buku PR matematikanya. Dia melirik dengan santai lalu mulai marah. Yudhi jelas tidak peduli dengan pekerjaan rumahnya. Dia sama sekali tidak mengerjakannya dan hanya mengisi angka delapan disana.

"Kerjakan lagi, kamu tahu aku serius, kan?"

Yudhi merasa sangat malas "Kak, aku tidak bisa belajar. Kamu memaksaku belajar keras seperti ini. Itu hanya buang-buang waktu. Zaki dan aku sudah sepakat bahwa setelah wajib belajar sembilan tahun selesai, aku akan bekerja untuk mencari uang."

"Apa yang bisa kamu andalkan untuk menghasilkan uang?"

Yudhi tetap mempertahankan pendiriannya "Bergabung dengan tim dan menjadi pemain e-sports penuh waktu. Joni, kamu kenal dia, pamannya juga bekerja di tim itu. Tim mereka berada di tiga besar dunia, tapi sekarang ini prestasi mereka sedikit menurun. Kalau aku bergabung disana, tim pamannya akan bisa mendapatkan kembali kejayaannya. "

Ketika remaja itu berbicara tentang mimpinya, matanya bersinar.

Hal ini membuat Fira harus mengecek kembali ingatannya tentang Yudhi. Di kehidupan sebelumnya, Yudhi menolak untuk masuk sekolah menengah hingga menyakiti ibunya dan membuat hubungannya di dalam keluarga menjadi sangat kaku. Pada akhirnya, dia kabur dari rumah dan sama sekali tidak menghubunginya.

Sepertinya kali ini Yudhi diam-diam lebih memperhatikan situasi keluarganya, dan hanya akan berkelahi untuk membela Yudha.

Kalau memang dia sama sekali tidak tertarik untuk belajar, mungkin bermain di game itu bukan hal yang mustahil untuk dikembangkan.

Banyak jalan menuju Roma.

"Kamu main PUBG Mobile kan?"

"Iya."

"Apa itu memungkinkan untuk dicapai dengan levelmu yang sekarang ini?"

"Kalau tidak ada yang berubah, aku akan bisa mencapainya."

Yuni mengerutkan kening "Belajar masih menjadi hal yang paling penting, dik. Jangan hanya memikirkan tentang bermain game sepanjang hari."

Setelah Yudha selesai minum sup rebusan pir, Yuni mengambil mangkuknya dan kembali ke dapur.

Fira berbisik pada Yudhi "Aku mendukung mimpimu untuk bergabung dengan tim apalah itu, tapi kamu harus memastikan bahwa studimu tidak akan terganggu. Kamu harus pergi ke universitas, oke?"

"Oke! Hei, siapa pria yang kautemui tadi? Kelihatannya dia orang penting."

Fira mengangkat tangannya seolah dia akan memukul adiknya itu, tapi Yudhi memberi isyarat akan memanggil ibunya.

Fira segera menurunkan tangannya, dan berbisik "Itu pacarku, tapi aku tidak boleh memberi tahu ibu."

Mungkin dia akan bisa meninggalkan Ardi kalau dia sudah menemukan cara lain dalam bertahan hidup, jadi dia tidak boleh mengganggu ibunya untuk saat ini.

Yudhi menunjukkan wajah terkejut.

"Siapa dia? Apa yang dia lakukan? Berapa umurnya?" tanya Yudhi.

"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu mencoba memeriksa latar belakangnya?" balas Fira.

"Zaki bilang padaku kalau mobilnya cukup mahal, tapi aku tidak mengerti hal-hal seperti itu. Aku khawatir kamu hanya dibodohi pria itu."

"Itu tidak mungkin. Aku punya perasaan yang bagus tentang dia, tapi kalau kamu bilang sesuatu di depan ibu..." Fira mengangkat tangannya lagi setelah mengatakan itu.

Yudhi tetap bersikeras, "Kamu tidak bisa mengancamku."

Harga dirinya sebagai bos di sekolah sudah diinjak-injak oleh kakaknya, dan kali ini dia tidak mau lagi diam saja menerimanya.

Setelah Fira terlahir kembali, ada banyak cara yang bisa digunakannya untuk menghasilkan uang. Hal pertama yang bisa dilakukannya adalah dia bisa menggubah musik. Dia hidup sampai usia dua puluh empat tahun di kehidupan sebelumnya, dan dia tahu perusahaan mana yang menekankan bakat apa dan yang akan berkembang dengan baik.

Dia memilih Sony Records. Di kehidupan sebelumnya, semua lagu yang ditulisnya sendiri dibawa ke perusahaan rekaman oleh pemilik bar tempatnya bekerja, Jamal. Bahkan jika lagu itu kemudian menjadi lebih populer setelahnya, pemilik bar itu bisa mendapatkan uang sebesar enam digit dari hak cipta setiap bulannya. Pria itu menghasilkan banyak uang, tapi dia tidak mendapatkan apa-apa.

Di dalam hidupnya kali ini, dia harus merencanakan jalan hidupnya lebih dulu.

Mula-mula dia akan menulis musik, lalu menggunakan perangkat lunak di komputer dan keyboard midi untuk menyusun demo, dan akhirnya mengirimkannya ke direktur musik di Sony Records.

Dia tahu bahwa direktur musik di Sony akan sangat tertarik dengan karyanya itu.

Meski dia bisa menghasilkan uang sendiri, dia masih harus mendapatkan kembali uang yang dihutang Rudi kepada keluarganya.

Bajingan yang telah meninggalkan istri dan anak-anaknya itu membuatnya tidak bisa menjalani hidup dengan tenang.

Bab 32 Kayu Putih Hitam

Setelah mengirim email, dia melihat ada hal yang sedang trending di internet, #SY. Fira mengklik video kontes online dan melihat bahwa SY adalah singkatan untuk kayu putih hitam.

Fira mengangkat alisnya. Ini tidak ada hubungannya dengan dia jadi dia melanjutkan membuka kotak surat.

Dia menerima email yang tak bisa dijelaskan, dalam bahasa Inggris, dari master piano kelas dunia, Pak Vincent, yang mengatakan bahwa dia sedang mengadakan konser tur dunia, yang akan diadakan di Surabaya pada tanggal 9 Juli. Pak Vincent dengan tulus mengundang Fira untuk bermain di panggung yang sama dengannya.

Fira tertegun. Surat itu pasti penipuan. Karenanya, dia menutup kotak suratnya tanpa memperhatikannya lebih jauh.

Di luar jendela masih hujan. Dia bangkit dan berjalan ke ruangan yang hangat dan tenang di seberang. Yudhi sedang mengerjakan ulang pekerjaan rumahnya sementara Yudha bermain minesweeper di komputer desktop.

Fira berjalan mendekat, duduk di meja, dan menoleh untuk melihat adiknya itu "Yudha, apa komputer dan ponsel kita benar-benar hasil keberuntunganmu dalam undian?"

Yudha menatapnya dengan mata jernih dan mengangguk.

"Apakah semua kemenangan itu diumumkan di Internet?"

Yudha mengangguk lagi.

"Di mana pengumumannya? Tunjukkan padaku."

Yudha dengan patuh mengeluarkan ponselnya, mengklik beranda, mengetik kata 'lotre', dan menyaringnya. Beberapa alamat situs muncul disana. Benar saja, itu semua adalah situs lotre yang diikuti olehnya, dan ada pengumuman pemenang disana. Dia memang menginginkan hadiah yang bagus.

Mungkin adiknya ini benar-benar dipenuhi keberuntungan.

Fira tersenyum "Kalau ada yang tidak bisa dilakukan Yudhi, kamu bisa membantuku, ya?"

Yudha masih mengangguk dengan patuh.

***

Lulu dan Ronny duduk berseberangan di meja dekat jendela dalam sebuah kedai kopi.

Ronny angkat bicara, "Kudengar biola Indra yang bernilai puluhan juta itu dirusak oleh Fira dan sepertinya senarnya rusak hingga tak bisa diperbaiki lagi. Kemungkinan besar dia takkan bisa menggunakan biola itu lagi."

"Bukankah ayahnya yang membelikannya dari rumah lelang Sotheby? Dia sangat menyukainya, bagaimana mungkin ..."

Ronny berkata dengan sedikit bangga "Kudengar Fira membuatnya marah."

Lulu seolah menemukan rival besarnya. Ketika ada cinta, selalu ada kebencian. Kalau Fira bisa mempengaruhi emosi Indra sedemikian besar, apa itu artinya Indra sebenarnya peduli pada Fira jauh di dalam hatinya?

Dia merasa kesal dan menyesap kopinya dua kali.

"Oh, ya, tanggal 9 Juli nanti, Tuan Vincent akan melakukan tur dunia di kota ini. Ayahku memberiku dua tiket VIP. Kita bisa menontonnya, lalu pergi ke belakang panggung untuk berfoto dengan master piano itu."

Lulu hampir tidak tersenyum ketika mendengar itu "Oke."

Ronny dengan jijik berkata lagi "Kalau kamu memainkan kecapi semacam itu, kamu hanya bisa bermain dalam tim dan muncul dalam perayaan lokal, bukan..."

Lulu akhirnya menunjukkan senyum superior di sudut bibirnya.

Ya, walaupun Fira berhasil masuk ke Institut Musik Pusat, sebenarnya, musik tradisional masih menjadi musik paling bawah dari seluruh seni musik yang ada. Apa yang bisa dilakukannya untuk mengubah itu?

***

Kemampuan penyembuhan Ardi memang luar biasa. Setelah dirawat di rumah sakit selama dua minggu, dia meminta untuk dipulangkan.

Pak Pur sangat mengenal temperamen tuan mudanya itu. Kalau dia bilang dia ingin keluar dari rumah sakit, dia akan keluar dari sana. Lagi pula, ada dokter keluarga di rumah.

Saat mengemasi barang-barangnya, dia berkata "Nyonya besar sekarang ada di Zurich untuk urusan bisnis. Kakek Anda masih sangat menentang pekerjaan Anda sebagai pilot. Dia adalah pria yang pemarah. Saat pulang nanti, pastikan Anda menyapanya lebih dulu. Saya tidak memberitahunya tentang kecelakaan mobil karena tidak ingin membuatnya merasa khawatir."

Next chapter