webnovel

13. Pangeran Ion

Sosok remaja setinggi 170cm berdiri tepat di tengah-tengah ruangan kosong. Dengan dinding batu bata yang lembab dan suram, ruangan besar berbentuk persegi itu bernuansa remang-remang.

Mengibaskan ekor berwarna biru, remaja tampan dengan helai rambut biru itu menatap sekitar dengan tajam. Sepasang netra emas menyipit, telinga runcingnya mendengar setiap hembusan angin dan sedikit suara yang terbentuk. Sepasang tanduk yang menyelinap di antara helai rambut berwarna senada terlihat lebih menonjol.

DASH!

mendadak, beberapa bola api terbang menyerang. Sosok biru telah waspada, melompat dan menghindar, mengendalikan udara untuk membelokkan jalur api. Namun usahanya hanya sia-sia. Seolah memiliki pengendali, dengan gigih bola api bergerak liar mengikuti. Berniat menyerang sosok remaja yang terus melompat mundur dan menghindari sentuhan panas yang menyengat.

Berdecak, remaja itu mengumpulkan energi di telapak tangannya, Udara dan air menyatu, membentuk bola es yang berputar-putar liar di dalam telapak tangan yang terbentuk. Perlu usaha ekstra saat perasaan lemah dan energi yang terkuras membuat kepalanya terasa pusing. Namun, sedikitpun pergerakan dari naga remaja itu tidak berhenti. Tetap dengan lincah menghindar meski keringat dingin telah membasahi pelipis.

DARK!

Melakukan belokan tajam dengan cara zig-zag, bola api menabrak dinding batu bata dengan suara keras. Namun, meski debu mengepul keluar, bola api yang keras kepala tetap berputar. Kembali mengejar mangsanya setelah jeda beberapa detik karena sempat tertanam di dalam dinding.

Naga biru mengkatup rapatkan bibir. Wajahnya telah memucat sempurna. Keringat dingin membanjiri tubuh. Namun Energi yang terkumpul di telapak tangan belum siap untuk dilepaskan. Bola Api yang dengan nakal mengejar juga tidak pantang menyerah. Meski beberapa kali harus menabrak dinding, nyala api yang berkobar semakin besar--seolah marah karena terus dipermainkan.

Tap.

Menghentikan aksi kejar mengejarnya, sosok biru berdiri diam di tengah-tengah ruangan. Reaksinya yang mendadak seolah menyerah, tidak membuat bola api melamban. Sebaliknya, kecepatannya justru meningkat--benar-benar berniat untuk menabrakkan diri ke tubuh sang remaja.

Namun, tepat ketika satu meter bola api mendekat, hembusan kuat udara menerpa, diiringi dengan kabut putih tebal yang membutakan pengelihatan. Di detik berikutnya, remaja biru melangkah mundur, keluar dari gumpalan kabut. Kedua kaki yang agak gemetar melangkah sejauh mungkin dari asap.

Hingga beberapa detik kemudian, ketika secara bertahap asap memudar, sebongkah batu es terlihat di tengah-tengah ruangan. Dingin, dengan beberapa bilah tajam yang seperti kobaran api. Membeku, tak bergerak atau bahkan terlihat berbahaya kembali.

Bruk!

Seluruh tubuh remaja itu lemas. Ambruk di atas permukaan dingin lantai. Dapat ia rasakan jantung yang terus berdetak kuat mengantarkan adrenalin yang belum mereda. Napas pemuda itu masih terengah-engah, dengan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Ia … berhasil. Tanpa sedikitpun menerima luka bakar, ia berhasil membekukan Bola Api.

Sepasang netra emas itu berkilau puas. Wajah tampan yang sangat jarang tersenyum, kini sedikit menarik sudut bibirnya. Meski rasa lelah yang ekstream seolah mencoba meremukkan seluruh persendiannya, remaja biru tidak peduli. Kesenangan yang dicapai dari rasa sakit ini sedikit memberikannya kepuasan.

"3 Jam, 45 menit, 23 detik," suara tua mendadak memecahkan keheningan, diiringi dengan sebuah langkah kaki. Remaja biru tidak berniat menoleh. Oh, tidak. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan satu jaripun karena terlalu lelah dan kehabisan energi. "Hanya sekali penggunaan, tetapi berhasil menguras seluruh energimu."

Remaja itu mengkatup rapatkan bibir. Oh, benar. Hanya sekali serangan dan ia sudah ambruk karena kehabisan energi. Ucapan itu benar-benar menohok. Membuat Naga biru semakin merasa kesal.

Detik berikutnya, tubuh sang remaja mendadak terangkat di udara, lalu berubah menjadi duduk di sebuah kursi yang empuk dan nyaman. Sepasang netra emas berkedip saat kursi berbalik dan menghadap ke sosok pria tua dengan sepasang tanduk hitam melengkung di kepalanya.

"Berusahalah lebih keras, Merci," lelaki itu itu berujar lembut. Mendekat lalu mengulurkan tangan, mengusap helai biru yang lembut dan halus. Tindakannya membuat sepasang iris emas memicing tajam. Jelas tidak suka diperlakukan seperti anak kecil.

Kekehan mengalun, pria tua menarik kembali tangannya. "Baiklah, sudah waktunya beristirahat," menghela napas ,pria tua menjentikkan jari dan kursi bergerak ke udara, membawa penumpangnya menuju pintu yang berada di sudut ruangan. "Aku akan melakukan tes kembali 3 bulan kemudian. Jadi, belajarlah dengan rajin."

Remaja bernama Merci mengkerutkan alis. "Bagaimana dengan latihanku?" suara barritone terdengar, agak serak dan jelas baru saja pecah.

"Kita masih memiliki banyak waktu," pria tua itu tersenyum geli mendengar nada merajuk cucunya. "Jangan memaksakan dirimu hanya untuk satu hal. Lakukanlah latihan sebulan sekali. Bagaimanapun, batasmu hanya sampai sekali tembakan."

"Tapi--"

"Merci, ingat tujuan pelatihanmu?"

Alis remaja itu terpaut, jelas terlihat kesal. Namun, pria berhelai putih itu tidak berniat mendengar jawaban dari cucunya. "Kita melatih pencampuran. Elemen air dan udara, setelah itu baru kau diizinkan untuk menggunakan elemen tanah. Merci, ingat? Kau adalah Kesatria … tipe kekuatan yang paling rentan terhadap anomali. Itu sebabnya, pengendalian diri, kekuatan untuk mengkompresiasi energi, sangat penting. Hal ini untuk membuatmu tidak tergantung dengan Kristal Penenang."

Merci terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya mengangguk. "Aku mengerti, Kakek."

Sang Kakek tersenyum mendengarnya dan tidak berniat untuk kembali menceramahi remaja yang begitu aktif dan gigih ini.

Ketika sepasang Kakek dan Cucu berjalan keluar dari dalam ruangan, sebuah lorong panjang menyambut keduanya. Sempit, dengan dinding berwarna putih yang polos. Tidak ada siapapun di sini selain keduanya. Terlalu hening hingga membuat suara sekecil apapun, dapat terdengar.

"Ibumu hari ini pergi ke Negara Ion," pria tua itu mendadak bersuara, memberitahukan berita yang tidak menyenangkan. Hal ini sukses membuat alis sang remaja terpaut. "Jangan khawatir, dia hanya mengurus beberapa bisnis di sana."

"Wanita Iblis itu masih ada di Negara Ion."

Pria tua itu tertawa. "Tentu saja dia berada di sana, bukankah dia Ratu Negara Ion?" ujarnya geli. Namun sang Cucu tidak membalas guyonannya, membuat pria itu hanya bisa mengulum senyuman. "Akhir-akhir ini, ada pergerakan yang lumayan besar di Negara Ion. Hal ini, sedikit bersangkutan dengan identitas Ibumu."

Sepasang netra emas melirik, tertarik untuk mendengarkan.

"Beberapa bulan yang lalu, ada laporan bahwa Planet Ilusi, mendadak mengeluarkan sebuah pesawat," jeda beberapa detik, helaan napas terlontar. "Patroli keamanan mengejar, tetapi, tidak ada satupun yang berhasil menangkap, hal ini membuat Negara Ion merasa gelisah karena ada dua kemungkinan yang terjadi."

"Pesawat itu berhasil menembus pelindung Planet Ilusi, atau bisa jadi … di dalam Pesawat, adalah keturunan Penyihir Shappire? Karena itu Ibu di suruh kembali ke Ion? Untuk interogasi?" Diandra Merci, dengan mudah menebak apa yang dimaksudkan Buyutnya.

"Mereka hanya bertanya," pria tua itu meralat pernyataan Cucunya.

"Sama saja," Merci tidak peduli. Alis remaja pucat itu semakin terpaut. "Sudah lebih dari sebulan, kenapa Ibu baru dipanggil sekarang?"

"Karena sebelumnya, mereka perlu melakukan pemeriksaan pada Planet Ilusi," Pria tua itu menghela napas. "Planet Ilusi adalah salah satu dari lima Planet yang terlindungi. Tidak bisa dimasuki oleh siapapun atau alat apapun. Mendadak, ada sebuah Pesawat yang tertangkap bisa keluar dari dalam Planet Ilusi. Bisa dibayangkan apa yang dipikirkan banyak orang bila ternyata pertahanan Planet Ilusi melemah?"

Penjarahan.

Merci langsung memikirkan kata itu. Bagaimanapun, kelima Planet sangat misterius dan konon, memiliki harta dengan jumlah yang tak ternilai harganya. Setiap negara tergiur akan hal itu, tetapi sekeras apapun mereka mencoba merobohkan pertahanan … tidak ada yang berhasil. Bahkan ketika mencoba meretas kepemilikan Planet, setiap negara yang mencoba melakukannya akan terkena serangan balik yang jauh lebih merugikan.

"Jadi, karena mereka tidak menemukan kelemahan Planet Ilusi, mereka memanggil Ibu? Karena Ibu sebelumnya adalah Kesatria Tanpa Kewarganegaraan? Mereka ingin tahu apakah Keturunan Penyihir Shappire menghubungi Ibu, atau Kakek?"

Negara Ion tidak memiliki hak untuk memanggil Kakeknya. Bagaimanapun, pria tua ini adalah Kepala Sekolah Academy Ruby, seorang penguasa Planet Ruby terkuat di seluruh galaksi. Siapa yang berani memerintahnya? Namun, Ibunya, Diandra Youna, berbeda.

Wanita itu pada awalnya adalah Tanpa Kewarganegaraan, karena menikahi Ayahnya yang merupakan seorang Raja, Youna harus berubah menjadi Kewarganegaraan Ion. Karena itu, bahkan setelah bercerai 5 tahun lalu, Negara masih memiliki hak untuk memanggil Ibunya.

Pria tua itu mengangguk sebagai jawaban. Keduanya berbelok di sisi lorong, keluar ke sebuah jembatan batu yang menghubungkan antara satu bangunan ke bangunan yang lain. Di bawah jembatan, terlihat sebuah jurang yang dalam dan gelap.

"Sudah 10 tahun berlalu sejak Keturunan Penyihir Shappire menunjukkan kekuasaannya," senyuman kecil mengembang, sepasang netra kelabu jelas terlihat bersinar. "Sejak itu, beberapa hal dibuat menjadi lebih mudah. Perlindungan, hak, dan hukum mutlak benar-benar membuat banyak pihak kewalahan."

10 tahun lalu, Keturunan Penyihir Shappire mendadak muncul dengan cara yang luar biasa. Kekuasaan dan pengambilalihan hak dilakukan secara serentak. Lalu satu persatu, setiap Planet dibersihkan. Tidak tanggung-tanggung, hal ini menyinggung ketiga negara dimana Planet terletak jelas berada di dalam kekuasaan mereka. Namun, Penyihir Shappire terlalu sombong. Tanpa ragu memblokir setiap alat komunikasi dan juga semua hal yang berhubungan dengan negara lain bila mereka ingin melawan.

Teknologi dan Sumber Daya. Kedua hal yang sangat berlimpah dan maju telah dimiliki oleh Keturunan Penyihir Shappire. Hal ini membuat beberapa Negara serakah. Mereka mencoba bernegosiasi, tetapi jelas Keturuna Penyihir Shappire menyambut dengan tidak ramah. Dengan pengendalian Teknologi yang mutlak, sosok itu bahkan mampu meretas beberapa Negara, mengirimkan rahasia yang mereka simpan rapat sebagai tali kekang agar tidak berani macam-macam.

Saat itu, Youna tidak henti tertawa ketika melihat wajah suaminya yang memerah marah. Ia kira, itu adalah sebuah rahasia negara, tetapi siapa kira? Beberapa foto dan video cabul seorang Raja, tindakan asusila dan beberapa hal tidak baik yang dilakukan penguasa, berada di tangan Penyihir Shappire!

Hal ini sukses membungkam ketiga negara. Membuat mereka dengan patuh, diam. Raja adalah penguasa negeri. Para menteri dan tentara tidak mampu menjatuhkan kekuasaannya. Namun, Rakyat yang berjumlah banyak dan masa damai yang telah memeluk mereka, mampu untuk mengguling kan seorang Raja.

"Apakah Keturunan Penyihir Sahppire menghubungi Kakek?" Merci mengambil kesimpulan. Bila Ibunya dipanggil, kemungkinan besar memang Pesawat itu berisikan Keturunan Penyihir Shappire yang misterius.

"Ya."

Merci membeku kaku.

"Jangan katakan kepada siapapun atau bahkan kepada Ibumu," lelaki tua itu tersenyum kecil. "Keturunan Penyihir Shappire akan mengunjungi sekolah kita."

Merci tidak bisa mengatakan apapun mendengarnya. Otaknya mendadak terasa kosong--terlalu syock mendengar pemberitahuan itu. Bagaimanapun, Kakeknya sangat mengagumi penyihir Shappire. Sosok yang luar biasa itu … Merci juga mengaguminya. Namun saat mengetahui Keturunan Penyihir Shappire bergerak, remaja itu hampir tidak dapat mempercayainya.

Seperti apa keturunan Penyihir Shappire? Apakah seperti Penyihir Shappire? Seorang ras campuran? Mampu membuat ketiga negara takluk begitu saja, Merci merasa 'oh, bukankah hal ini wajar?'. Merci sedikitpun tidak merasa kecewa dengan Keturunan Penyihir Shappire, sebaliknya ia merasa … kagum.

Tanpa menampilkan wujudnya, sosok itu mampu untuk menggerakkan 99 Planet yang bila dijumlahkan … bukankah jauh lebih banyak ketimbang miliki Negara Ion yang terkenal sebagai Negara terkaya. Negara Ion hanya memiliki 89 Planet. Negara Mole hanya 77 dan Yuron bahkan hanya memiliki 54 Planet.

Memikirkan bahwa Keturunan Penyihir Shappire akan mengunjungi Academy Ruby … Merci tidak bisa menahan senyumann. Euforia membuncah, membuat jantungnya kembali berdebar tidak tenang.

Tidak ada satu orang pun yang tidak mengagumi kekuatan luar biasa dari Penyihir Shappire. Lalu sekarang, keturunan dari sosok luar biasa itu mendadak muncul. Membuncah seluruh galaksi, membuat siapapun tidak bisa menahan diri dari rasa antusiasme dan rasa penasaran yang berlebihan dari sosok, yang selama ini tersembunyi dengan baik.

Tebak Siapa mereka! Tebak siapa mereka!

AoiTheCielocreators' thoughts
Next chapter