webnovel

A.15 YOUNG BILLIONAIRE

Vincent menuruni Huracan setelah stafnya membukakan pintu dan membantunya memegang payung meski cuaca tidak begitu panas. Jemarinya bergerak mengancingkan tuksedo hitamnya. Kacamata hitam bertengger tenang di atas hidungnya yang menonjol sempurna. Perjalanan keliling Asia selama dua bulan penuh menyisakan kelelahan, otaknya diperas secara marathon untuk melebarkan sayap bisnisnya di Sri Lanka, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam. Singapore Airlines menjadi tumpangan selanjutnya menuju Jakarta melalui Singapura. 

Belum genap sepuluh menit Ia menyandarkan punggungnya di kursi pesawat, pikirannya tertuju pada rintisan bisnisnya di Palangkaraya. Bisnis konstruksi sangatlah menguntungkan saat ini, apalagi di sekitar wilayah yang sedang menjadi trending topic. Palangkaraya misalnya. Meski awalnya Vincent tertekan setelah memutuskan untuk menjadi CEO di perusahaannya sendiri, tapi sekarang Ia justru semakin menikmati permainan bisnis ini.

Vincent memejamkan mata memaksakan pikirannya beristirahat. Tetapi hati kecilnya berbisik bahwa Ia harus mendapatkan semuanya di usia muda, harta sebanyak mungkin. Tentang wanita Ia tidak tertarik memikirkan karena baginya tidak penting, pernikahannya telah ditentukan oleh orangtuanya sedangkan pemuas nafsunya selalu mendekat dengan sendirinya setiap malam. 

Pesawat demi pesawat menjadi kendaraan utamanya selama dua bulan ini karena perjalanannya antar negara yang telah lama Ia agendakan. Ia berambisi menjadi Top Ten Young Businessman agar bisa membuktikan bahwa surga dunia itu benar-benar ada. Kini usahanya mulai Ia galakkan. Vincent membuat gebrakan dengan membuka cabang-cabang di penjuru Asia. 

Bisnis konstruksi menjadi garapan utama meski masih ada puluhan bisnis lain yang juga Ia tekuni. Ia membuka jasa pembangunan infrastruktur di daerah minim sarana prasarana serta membuka usaha jasa pembuatan hutan buatan di wilayah rawan banjir dan longsor. 

Karena mengikuti kemajuan zaman dan minat masyarakat, Vincent juga memiliki bisnis teknologi meski masih terbatas. Ia juga banyak menggunakan produk teknologi sendiri dalam bisnis konstruksinya, tentu saja hal ini bertujuan untuk menekan pengeluaran. Masih banyak eksperimen yang perlu Ia lakukan untuk membuat terobosan bisnis teknologi di Indonesia karena mayoritas masyarakatnya masih lebih percaya pada produk import dari pada produk lokal.

Tak banyak waktu untuk beristirahat di Ibukota, Vincent kembali sibuk di kantor setelah sehari turun di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Ia harus mengejar target dan menambal agendanya yang sempat tertunda sebelum berangkat.

"Chelsea, urutkan pekerjaanku dari yang paling ringan. Aku masih lelah," ujar Vincent. 

"Baik, Pak," jawab sekretarisnya.

Vincent berkutat di layar monitornya sembari menunggu sekretarisnya merombak jadwal. Ia memilih untuk mengecek email masuk yang sudah disaring terlebih dahulu oleh sekretaris. Surat-surat itu harus Ia ketahui dan tandatangani secara langsung. Ia memicingkan mata mendapati surat masuk atas nama Zhavia Arabella yang ternyata adalah surat permohonan resign. Resign setelah menerima kedua gaji pertamanya? Anak itu ada-ada saja, Vincent tertawa di dalam hati. Tidak bisa, gadis itu adalah hiburan tersendiri bagi Vincent.

Sembari menggertakkan gigi, Vincent menghapus email masuk yang berisikan surat resign Bella. Ia meraih gagang telepon dan memencet beberapa nomor. 

"Pindahkan Zhavia Arabella ke kantor saya hari ini juga, saya perlu tambahan sekretaris," ucap Vincent kepada kepala divisi HRD tanpa perlu memaparkan alasan panjang lebar, setelah itu Ia mematikan telepon begitu saja.

Vincent meregangkan tangannya dan menguap, gadis itu tidak akan bisa kabur. Tetapi tak lama kemudian Chelsea masuk dengan wajah ragu-ragu.

"Arabella mulai hari ini bekerja di kantorku, aku yang memintanya," ujar Vincent menjawab pertanyaan tersirat sekretarisnya.

"Tapi staf sekretaris sudah cukup, Pak," ucap Chelsea.

"Terserah Kau mau memindahkan salah satu staffmu atau bagaimana, pokoknya Arabella harus di sini," ucap Vincent.

Chelsea tidak menanggapi ucapan Vincent dan hanya mengangguk mengiyakan lalu menutup pintu dari luar. Lelaki itu jika sudah ada maunya memang tidak mau dibantah, apalagi hanya oleh seorang sekretaris. 

"Bagaimana penilaianmu pada Arabella?" Vincent ke luar ruangan dan menemui sekretarisnya di meja resepsionist kantornya. Hanya ada Chelsea di tempat tersebut, Vincent hapal bahwa sekretarisnya yang satu itu sangat anti makan makanan berat, Ia lebih memilih makan buah-buahan yang tersedia di lemari es dapur. 

"Mohon maaf, Pak. Tapi saya kira kinerjanya jauh lebih buruk dari pada dua bulan lalu saat masih training," jawab Chelsea. Ia menunduk karena khawatir atasannya akan menyalahkan bahwa Ia tidak bisa memberikan didikan yang baik pada staf barunya.

"Ck, anak itu," gerutu Vincent. "Di mana Ia sekarang?" 

"Sedang istirahat siang, mungkin di kafetaria bersama yang lain, Pak," jawab Chelsea.

"Beri tahukan padaku jika Ia telah kembali," ucap Vincent. 

"Baik, Pak," tanggap Chelsea. 

"Bapak menginginkan apa untuk makan siang?" tanya Chelsea karena melihat Vincent mengurungkan langkahnya menuju pantry. 

"Terserah," tanggap Vincent. Ia sendiri juga tidak selera makan karena gadis itu gagal ditemui dan diajak makan satu meja bersamanya.

Di meja kerjanya Ia tertawa keras sampai terbahak-bahak melihat postingan akun Instagram Bella yang baru, gadis itu memasang foto selfie cemberut ala-ala jin kerasukan manusia. Tentu saja Bella tidak tahu jika Vincent melihatnya karena Vincent menggunakan akun fake. Akun pribadi Vincent telah diblokir sejak awal gadis itu membuat akun Instagram lagi pasca di-banned karena terlalu banyak hujatan dan laporan.

Bella sangat geram ketika surat resign-nya tak kunjung disetujui, malah sekarang Ia dipindahkan ke kantor Vincent. Ia mengutuk pihak HRD yang tidak bisa diajak kompromi. Jika Vincent sedang tidak berada di kantor maka tidak masalah, Bella sangat berharap Vincent tidak usah kembali ke kantor saja agar Ia tidak melihat bayangan Iblis hidung belang di hidupnya. Selama dua bulan kepergian Vincent kemarin, Ia sangat bahagia. 

Karena menganggap pihak HRD tidak menanggapi surat resign-nya, atau mungkin Ia masih harus menunggu lebih lama lagi, Bella berpikir bahwa dipecat jauh lebih baik dari pada berlama-lama di kantor ini. Tidak masalah jika Ia dikeluarkan dengan tidak hormat, di-blacklist oleh perusahaan yang berasosiasi dengan Sidomuktiningjaya, karena Ia akan bekerja serabutan. Bella telah memikirkan itu beberapa hari yang lalu.

Di tim yang Chelsea pimpin, Ia sengaja bekerja dengan sembarangan. Tidak menyapa tamu dengan ramah, tidak menulis note dan jurnal. Membantah Chelsea ketika diminta menyusun target mingguan. Bella benar-benar nekat untuk membuat dirinya dipecat.

"Kau akan ikut denganku ke Palangkaraya besok," ucap Vincent menemui Bella.

"Saya?" tanya Bela sambil memiringkan bibirnya. 

Chelsea dan kedua sekretaris Vincent yang lain menoleh mendengar jawaban Bella sengan suara dikencangkan.

"Iya. Apa Kau tunarungu dan aku harus bicara lebih dari satu kali?" gerutu Vincent.

"Maksud saya, mengapa harus saya? Masih ada yang lebih profesional dalam melayani Bapak. Mengapa tidak Chelsea saja?" ujar Bella.

"Chelsea terlalu tua untuk melayaniku, Kau lebih segar," tanggap Vincent.

"Apa?!!!" Pekik Bella. Vincent mengangkat satu alisnya menanggapi teriakan Bella.

"Apa Kau tidak kasihan pada Chelsea jika kusuruh-suruh membawa mesin cetak di lokasi proyek?" ujar Vincent.

Bella tersipu malu pada pertanyaannya sendiri, Ia sangat menyesal telah berpikir yang … ah, biasanya lelaki itu memang menjijikan. Tapi kali ini Ia sendiri yang berlebihan.

"Chelsea, buatkan Bella Surat Tugas," ucap Vincent lalu melangkah masuk ke meja kerjanya kembali. Dalam hatinya Ia bersorak gembira, Ia menang satu kosong dari gadis itu.

***

Next chapter