webnovel

PENING

Cukup ya cerita horornya

Yuk kita lanjut lagi soal rumah tangga Ifa dan Rizky.

Happy reading❤

Pernikahan Alana akan dilaksanakan dua minggu lagi. Ifa sebagai sahabat sekaligus calon adik ipar adalah salah satu orang yang paling sibuk membantu persiapannya termasuk mempersiapkan mental Alana. Beberapa kali Alana mendadak ngambek karena Zayyan yang semakin sibuk bahkan harus dinas keluar kota.

"Pah, gue sebel banget sama bang Zayyan." keluh Alana saat mereka baru kembali dari tempat pemesanan souvenir pernikahan.

"Kenapa lagi sih Al? Tambah dekat harinya kok elo semakin sering ngomel." sahut Ifa sambil terus fokus pada jalanan.

"Gimana nggak ngomel kalau baru tadi malam bang Zayyan bilang kalau dia besok harus mengikuti diklat di Semarang selama 3 hari."

"Biasa kan abang gue keluar kota."

"Gue jadi mikir ulang mau nikah sama bang Zayyan. Gue pasti bakal sering ditinggal-tinggal. Nggak kayak elo yang selalu didampingi sama babang Chico."

"Ah, lambat lo Al. Mikir ulang kok sekarang disaat pernikahan lo tinggal dua minggu lagi. Elo mau bikin ummi dan emak stress?" omel Ifa sambil membelokkan mobilnya memasuki parkiran resto mereka.

"Ngapain gue nikah sama dia kalau bakalan ditinggal melulu. Gue kan pengen kayak elo, Pah. Sayang-sayangan mulu sama babang Chico. Sering uwu-uwuan berdua."

"Tapi Al, bang Zayyan kan pergi keluar kota karena tuntutan pekerjaan dia. Bukan karena keinginan dia sendiri. Gue berani taruhan kalau disuruh milih, dia pasti lebih memilih nggak keluar kota dan terus ada di samping lo." Ifa menghela nafas panjang. Keningnya mulai berkerut menghadapi calon kakak iparnya yang semakin sering membuatnya stress.

Bukan hanya Alana yang membuat dirinya stress. Seminggu yang lalu mendadak bang Zayyan bilang sama dia kalau nggak bisa menemani Alana mencari cincin pernikahan. Bang Zayyan meminta Ifa menemani Alana mencari cincin.

"Ya ampun Abaaaaang... yang benar aja dong. Yang namanya cari cincin kawin ya berdualah. Masa calon mempelai wanita disuruh cari cincin sendiri!" omel Ifa saat mereka sedang makan malam bersama di rumah emak.

"Abang minta tolong kamu buat nemenin Alana cari cincin. Mau ya Pah." rengek bang Zayyan yang mendadak kayak anak kecil. "Sebenarnya abang sudah janji dari dua hari lalu kalau Sabtu besok mau nemenin dia cari cincin dan perhiasan buat mahar. Tapi bos abang mendadak minta ditemenin meninjau proyek hari Sabtu besok di Surabaya. Jadi besok pagi-pagi banget abang harus berangkat ke Surabaya pakai flight paling pagi."

"Ya ampun.. emangnya nggak ada pegawai lain selain bang Zayyan yang bisa menemani bosnya ke Surabaya? Hmm.. jangan-jangan abang punya selingkuhan nih. Pura-pura dinas luar kota padahal ketemuan sama selingkuhan."

"Hah?! Zayyan punya selingkuhan? Yang benar bang? Kamu jangan main-main ya. Sebentar lagi kamu bakal nikah sama Alana. Kalau sampai Alana dan keluarganya dengar kamu punya selingkuhan, bisa rusak hubungan persahabatan emak dan umminya Alana. Jangan macam-macam deh." Emak Bella nyerocos panjang lebar mengomeli Zayyan.

"Aduh mak.. nggak usah heboh deh. Siapa juga sih yang selingkuh? Memangnya Zayyan ada tampang buat selingkuh? Lagian siapa sih yang mau dijadiin selingkuhan pegawai kere kayak Zayyan? Pah, kamu jangan ngomong yang aneh-aneh deh. Jangan bikin emak ngomel. Demen banget sih liat abangnya diomelin."

"Lagian abang sih, mau kawin kok malah tambah sibuk. Kasihan kan Alana sibuk sendiri nyiapin ini itu. Urusan nyari cincin kan bukan perkara mudah, bang. Alana pasti pengen banget cari cincinnya bareng abang, calon suaminya."

"Abang bakal senang banget nemenin dia cari cincin, tapi kamu kan tahu abang nggak mungkin nolak perintah bos. Kalau abang menolak, jangan-jangan nanti abang dipecat."

"Kalau Alana nggak mau gimana? Abang kan tau, walau keliatan kalem, tapi dia bisa keras juga. Aku nggak mau maksa lho. Pusing kan ngeliatin Alana nangis dan ngomel-ngomel."

Apa yang Ifa takutkan terjadi. Alana menolak ditemani mencari cincin. Bukan hanya itu sepanjang hari selama di resto Alana uring-uringan dan bolak balik mengomeli pegawai resto hanya karena kesalahan kecil.

"Kamu tuh bisa kerja nggak sih?!" bentak Alana saat seorang pegawai baru, seorang gadis muda, salah mengantarkan pesanan. "Kalau nggak bisa kerja mendingan kamu pulang saja dan besok nggak usah balik lagi!"

Ifa langsung menarik Alana masuk ke kantor mereka sebelum pegawai bsru itu menangis. Ifa memberi kode kepada pegawai yang lain untuk menenangkan gadis tersebut.

"Al, tenang dong. Maklumin aja kalau Sari masih suka salah-salah. Dia kan baru masuk kemarin," Ifa berusaha menenangkan calon kakak iparnya. "Take a deep breath and release it slowly. Kenapa sih lo uring-uringan melulu? Gara-gara abang gue?"

Tiba-tiba Alana menjatuhkan diri di sofa sambil menutup mukanya. Dari gerakan bahunya Ifa tau kalau sahabatnya itu menangis. Segera Ifa duduk di sampingnya dan menarik Alana ke dalam pelukannya.

"Pah, kenapa sih bang Zayyan nggak bisa kayak calon suami yang lain? Masa dia nggak bisa meluangkan sedikit waktunya buat cari cincin. Untuk urusan lain gue bisa ngerti kalau dia serahin semua ke gue. Tapi untuk urusan cincin dan baju nikah, gue mau dia ikut terlibat. Bukan kayak sekarang. Semakin dekat harinya dia malah semakin sibuk."

"Al, elo tau kan kalau abang gue itu cuma pegawai. Elo harus ngertiin dong kesibukan dia. Sekarang dia sibuk banget supaya nanti pas mendekati hari H dia bisa ambil cuti. Habis nikah kalian kan juga berencana bulan madu dan umroh. Makanya dia kejar semua pekerjaannya biar nggak menumpuk saat nanti dia cuti."

"Ya tapi masa sih dia nggak bisa meluangkan sehari aja buat nemenin gue cari cincin? Apa dia sudah nggak cinta ya sama gue?"

"Hush.. jangan sembarangan ngomong. Bang Zayyan walaupun sibuk setengah mampus kayak gitu, dia itu cowok paling bucin yang pernah gue temuin. Cuma dia cowok yang rajin video call sama pacarnya sebelum tidur," Ifa berusaha menenangkan Alana. "Elo ingat nggak pas jaman SMA dulu, bang Zayyan bela-belain jemput elo bimbel disela-sela jam kuliahnya yang padat? Terus waktu elo mau sidang skripsi, dia bela-belain menunda keberangkatan ke Bali karena nungguin elo. Dari sekian banyak cowok yang gue kenal, bang Zayyan lah yang selalu menyebut nama pacarnya dalam doa."

Alana menghentikan tangisnya. Ditatapnya Ifa serius. "Elo tau darimana bang Zayyan suka menyebut nama gue?"

"Gue pernah lihat sendiri pas gue mau pinjam komik ke kamarnya, waktu itu jam 2 malam. Gue liat bang Zayyan baru selesai shalat tahajud. Gue sempat mendengar dia menyebut nama elo, kalau nggak salah waktu itu kita mau UN. Gue adiknya aja nggak pernah didoain kayak gitu. Gue juga pernah lihat di diarynya, gimana dia menulis seolah mengadu sama Allah supaya Allah menjaga elo, supaya hati lo nggak tergoda sama pria manapun. Dan lo tau nggak, sejak SMP bang Zayyan itu sudah menuliskan bahwa elo yang bakal jadi istri dia."

"Sumpah lo? Demi apa?" tanya Alana nggak percaya. "Gue pikir dia nggak peduli waktu dikasih tau kalau kita sudah dijodohin dari kecil. Gue pikir waktu itu dia baik sama gue karena gue sahabat elo. Gue aja baru tau perasaan dia pas kita lulus SMA. Itupun setelah gue memberanikan diri nembak dia."

"Abang gue itu kan dari dulu memang nggak banyak ngomong. Dia itu orang paling kaku dan paling cuek sedunia. Tapi kalau sudah cinta sama seseorang, beeuuh... bucin abiisss.... Cuma elo satu-satunya cewek yang dia cinta dari sejak SMP sampai sekarang, Al. Dan gue yakin kerja keras dia selama ini cuma buat elo."

"Pah, gue jadi kangen sama bang Zayyan." Alana kembali terisak.

"Hey, kenapa malah nangis lagi?"

"Gue malu karena sudah egois banget." Ifa tersenyum menghadapi emosi calon pengantin yang berubah-ubah. Dulupun dia mengalami hal seperti ini dengan alasan berbeda. Tiba-tiba ponsel Ifa berbunyi dan muncullah nomor bang Zayyan. Ada apa bang Zayyan telpon gue? tanyanya dalam hati.

"Al, bang Zayyan telpon."

"Wa'alaikumussalaam bang. Ada apa bang?"

"..."

"Oh oke. Nanti aku sampein ke Alana. Iya nih orangnya ada di depanku." Ifa terdiam mendengarkan ucapan Zayyan. Kepalanya mengangguk-angguk sambil sesekali melihat ke arah Alana. Tak lama Ifa memutuskan hubungan.

"Pah, itu bang Zayyan? Kok dia nggak telpon ke gue?"

"Dia tuh dari tadi telpon elo, tapi nggak lo angkat. Hp lo silent ya?"

"Hehehe... iya. Habis video call sama bang Zayyan, semalam gue silent. Pas berangkat gue lupa nyalain suaranya lagi. Pantesan kenapa dari pagi kok berasa sepi ya." Alana hanya cengengesan.

"Pantesan. Abang gue telpon elo dari tadi pagi tuh." Alana bergegas mengambil hp dan benarlah puluhan misscall dari lelaki yang sebentar lagi menjadi suaminya.

"Tadi bang Zayyan bilang apa, Pah?" tanya Alana setelah tak berhasil menghubungi bang Zayyan. "Dia marah ya sama gue? Kok gue telpon nggak bisa?"

"Nggak, dia cuma nanya elo baik-baik saja atau nggak. Dia juga nanya elo sudah makan siang belum. Terakhir dia bilang, dia kirim beberapa gambar cincin ke email lo. Elo disuruh milih mau yang mana. Nanti dia balik, dia bakal ajak elo ke toko perhiasan." Wajah Alana tampak sumringah mendengar hal tersebut. "Oh ya bang Zayyan juga bilang dia bakal sibuk banget hari ini jadi hpnya dia silent."

Drama cincin nikah berakhir dengan Zayyan yang mendadak muncul di resto tanpa memberitahu Alana terlebih dahulu. Ceritanya mau memberi surprise ke calon istri. Kalau sudah begitu, Zayyan dan Alana melupakan kehadiran Ifa. Mereka berdua langsung pergi. Alana menitipkan mobilnya pada Ifa untuk nanti dibawa pulang. Wah, semena-mena nih Alana. Untung bakalan jadi kakak ipar gue, omel Ifa dalam hati.

Dan belum lama drama cincin nikah beres, tiba-tiba Alana ngomel-ngomel lagi karena Zayyan harus ke Semarang selama tiga hari. Yang mau kawin siapa, yang pening siapa keluh Ifa.

⭐⭐⭐⭐

"Yang, kok keliatannya capek banget sih? Tadi restonya ramai banget ya. Bagus dong, tapi muka kamu kok malah kusut." tanya Rizky malam itu saat Ifa baru sampai rumah. Ya memang ada saat-saat Ifa pulang lebih malam daripada suaminya.

Ifa menjatuhkan diri di samping Rizky yang sedang asyik menonton drama di tv. Kening Ifa kembali berkerut saat memperhatikan drama yang ditonton suaminya. Itu kan dramanya emak-emak. Iseng amat si Rizky nonton drama kayak gitu.

"Ky, nggak salah tuh elo nonton drama kayak gitu? Itu kan dramanya emak-emak."

"Memang tadi emak dan bunda habis dari sini kok. Biasalah ibu-ibu ngerumpi sambil nonton drama. Tepatnya ngerumpiin drama." Rizky terkekeh mengingat betapa ibu mertua dan bundanya heboh sendiri mengikuti jalan cerita drama tersebut.

Ifa bersandar dalam pelukan sang suami. Betapa nyaman rasanya pulang ke rumah dan bermanja-manja seperti ini dengan suami. Ifa bisa mengerti apa yang menyebabkan Alana keberatan dengan kesibukan bang Zayyan. Ifa menghela nafas keras saat memikirkan hal tersebut.

"Kenapa sayang? Kok kayaknya ada masalah berat?" Rizky mengelus punggung Ifa. "Cerita dong ada apa. Jangan pasang muka kusut begitu."

"Pening nih kepala...."

"Kamu pusing? Mual? Jangan-jangan kamu ha...."

"Apaan sih Ky? Bukan pusing model gitu. Lagipula baru dua hari yang lalu gue selesai menstruasi." Ucap Ifa sambil memukul pelan dada Rizky. Sambil terkekeh Rizky menangkap tangan Ifa dan mengecup punggung tangannya.

"Yaa.. siapa tau, Yang. Berharap boleh kan?" Rizky mengecup puncak kepala Ifa. "Berarti ET* yang pertama gagal dong, Yang?"

"Hmm.. mungkin. Gue belum nanya lagi ke Ncing Husna. Gue lagi pusing sama urusan kawinan Alana dan bang Zayyan. Mereka yang mau kawin, gue yang pusing." Hati Rizky mencelos saat mengetahui kemungkinan program hamil mereka belum berhasil. Namun ia diam saja. Rizky tak ingin Ifa menjadi stress.

"Pusing kenapa sih? Kamu jangan sampai terlalu stress dong, sayang." Lalu Ifa pun menceritakan semuanya tentang persiapan pernikahan sahabat dan kakaknya itu. Sesekali Rizky terkekeh saat mendengar cerita Ifa.

"Perasaan dulu pas kita mau kawin nggak sampai kayak gitu ya stressnya."

"Stress kita dimulai justru saat sudah menikah. Aku stress nggak dapat jatah dari kamu selama tiga bulan pertama kita menikah," ledek Rizky. "Lalu kamu yang stress karena takut ditinggal kawin lagi."

"Ih itu kan dulu." ucap Ifa menahan malu. "Semua itu kan diawali karena kita yang kegedean gengsi." Mereka berdua terkikik mengingat semua itu. "Untung saja yang mau kawin itu sahabat dan kakak gue ya."

"Biar nggak stress, 'olahraga' yuk," ajak Rizky. Belum sempat Ifa menjawab, Rizky sudah mengangkat tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam kamar untuk melakukan 'olahraga' malam. Ifa hanya terkikik dan mengikuti keinginan suaminya.

⭐⭐⭐⭐

ET = Embrio Transfer

Next chapter