webnovel

MERAYU

Happy Reading 🥰

"Yang, kamu lagi sibuk nggak?" tanya Ifa melalui ponsel.

Rizky yang kebetulan siang itu baru selesai rapat, menerima telpon sang istri sambil bersandar di sofa yang ada di dalam kantornya. Tubuhnya terasa letih karena sejak kemarin terus menerus lembur menjelang tutup buku. Ia memejamkan matanya sejenak sebelum melanjutkan memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh anak buahnya.

"Pasti ada maunya nih," sahut Rizky tanpa merubah posisinya.

"Hmm.. kok tau?"

"Taulah. Kamu itu kalau ada maunya pasti berubah cara manggilnya."

"Hehehe.. keciri ya, Yang?" terdengar suara tawa renyah Ifa. Suara tawa yang mampu mengangkat rasa lelah Rizky. "Kamu lagi ngapain, Yang?"

"Baru selesai rapat dengan om Ridwan dan para manajer. Kamu di resto?"

"Nggak, lagi di jalan sama Alana. Mau ke kantor kamu boleh? Sekalian aku bawa makan siang buat kamu dan snack buat anak buah kamu."

"Hmm.. jangan sekarang. Aku masih ada rapat lagi setengah jam lagi."

"Jangan sampai lupa makan. Muka kamu makin tirus, tuh. Pasti sering telat ya makan siangnya."

"Ya, kamu tau kan kalau mau tutup buku pasti kerjaan hectic banget. Oh iya, kamu mau apa?"

"Hmm.. nanti deh aku ngomong langsung pas ketemu kamu. Habis dzuhur aku ke kantor ya. Nggak papa aku nunggu, yang penting kamu nggak kelewat makan siang."

"Ya sudah, nanti kamu tunggu aja di ruanganku. Aku akan bilang sama Winda kalau kamu mau datang."

"Oke, makasih ya sayang. Sampai ketemu nanti, ya."

Hmm.. kira-kira apa keinginan istriku? tanya Rizky dalam hati. Semoga bukan hal-hal aneh. Atau dia mau kasih tau kalau dia sudah positif? Tak lama sekretarisnya memberitahu bahwa rapat akan segera dimulai.

⭐⭐⭐⭐

"Mbak Win, rapatnya masih lama nggak?" tanya Ifa pada Winda. "Kalau masih lama, aku mau minta tolong Mbak Win buat bagiin kue ke anak-anak. Kebetulan tadi malam Ifa bikin banyak nih."

"Wah, makasih bu Ifa. Anak-anak pasti senang banget dapat cemilan." Winda menerima bungkusan yang Ifa berikan. "Waah, banyak banget bu. Ini mah bisa bagi-bagi ke divisi lain. Mana keliatannya enak banget."

"Ah, mbak Winda bisa aja. Cuma kue-kue sederhana kok mbak. Terserah mbak Winda gimana cara membaginya. Aku serahin ke mbak Winda ya."

"Makasih ya bu. Antiii, Eciii... kesini sebentar," Winda memanggil staf lain. "Nih dibawain kue sama bu Ifa. Tolong kalian bagi-bagi ya."

"Oh iya mbak, kalau kotak yang agak kecil itu buat om Ridwan ya. Satu lagi mbak, kotak yang ini khusus buat mbak Winda."

"Waah, makasih banget, bu. Aku sampai dipisahin sendiri." ucap Winda berterima kasih. "Anak-anak di rumah pasti senang banget liat saya bawa kue-kue enak begini."

"Mbak, kemarin siang pak Rizky makan siang nggak?"

"Kemarin siang... hmm.. kayaknya nggak deh bu. Kemarin itu pak Rizky rapat dengan bagian sales dan produksi. Ada sedikit masalah. Selesai rapat sudah hampir ashar. Jadi pak Rizky nggak sempat makan. Beliau baru sempat makan setelah maghrib, itu juga saya paksa bu. Saya minta OB beliin nasi soto."

Ifa mengangguk-angguk mendengar penjelasan Winda. Pantesan dia keliatan tambah kurus, batin Ifa.

"Mbak, mulai besok saya akan kirim makan siang buat bapak. Kalau saya nggak sempat menemani bapak makan, tolong mbak Winda yang ingetin dia untuk makan ya. Galakin dikit juga nggak papa"

"Oke bu. Siap, laksanakan!!" sahut Winda cepat. "Oh iya, tadi bapak bilang ibu tunggu aja di ruangan. Mau minum apa bu?"

"Nggak ah, saya enakan ngobrol disini. Di dalam sepi, bosan, dingin. Enakan disini ngobrol sama mbak Winda. Lagi sibuk nggak mbak?"

"Hehehe, sebenarnya saya disuruh bapak bikin surat buat ke kantor pajak. Tapi kalau ibu mau ngobrol sama saya, pekerjaan itu bisa saya tunda."

"Hmm.. nggak deh mbak. Daripada mbak dimarahin pak Rizky, saya nunggu di dalam aja deh."

"Bu, sudah nonton drakor terbaru belum? Pemerannya Hyunbin."

"Oh, belum mbak."

"Nih saya kasih linknya. Nanti ibu nonton di ruangan bapak aja. Dijamin bapak datang ibu nggak tau saking asyiknya nonton," ucap Winda sambil terkikik. Ifa ikutan cekikikan. Tak lama Ifa sudah asyik menonton drakor yang direkomendasikan oleh Winda. Benar saja apa yang Winda katakan, saking asyiknya nonton Ifa tak menyadari sang suami telah kembali dari rapatnya. Ifa terkejut saat Rizky duduk di sampingnya dan mengambil ponselnya yang sedang dipakai buat menonton drakor.

"IKIIIY!! Buruan balikin hp gue!!" Tanpa sadar Ifa membentak sang suami. "Itu lagi nanggung jalan ceritanya. Sini balikin!"

"Ssstt... ini di kantor Fa, bukan di rumah. Jangan teriak-teriak begitu dong." tegur Rizky sambil mencuri kecupan di bibir Ifa, agar Ifa tidak melanjutkan omelannya.

"'Iya, tapi....

"Kamu kesini mau nonton drakor atau mau ketemu aku? Kalau cuma mau nonton drakor, mendingan kamu pulang aja deh," ucap Rizky dingin. Yaaa.... dia ngambek. Untunglah Ifa menyadari perubahan nada Rizky.

"Eh, maaf Yang. Jangan marah dong. Gue kan cuma minta hp gue dibalikin. Sorry kalau jadi bentak elo. Gue kesini ya karena mau ketemu elo lah."

"Ok. Ini hp kamu." Rizky mengembalikan hp Ifa. "Katanya bawa makan siang, mana?"

"'Oh iya hampir lupa." Ifa baru ingat tujuannya datang ke kantor Rizky. segera dikeluarkannya wadah makan siang yang tadi dibawanya.

"Nih, kamu makan dulu ya. Aku dengar dari mbak Winda akhir-akhir ini kamu sering terlewat makan siang. Tuh, wajah kamu makin tirus saja." Ifa membelai wajah suaminya yang terlihat lelah. "Tadi aku masak semur ayam dan cah kailan. Makan yang banyak ya."

" Suapin, Yang. Aku masih ada kerjaan, nih." pinta Rizky. "Tadi selesai rapat aku cuma sempat shalat dzuhur. Ada report yang harus segera aku kasih ke om Ridwan."

"Ya sudah, sini aku suapin."

"Yang, kamu mau ngomong apa sih? Pasti ada maunya nih." celetuk Rizky sambil memperhatikan kertas-kertas yang ada di hadapannya. Sesekali mulutnya terbuka untuk menerima makanan yang disuapi oleh Ifa.

"Hmm... nggak ada apa-apa." elak Ifa.

Rizky menghentikan sejenak pekerjaannya dan menoleh ke srah Ifa yang duduk di sampingnya. Ditatapnya mata Ifa dengan intens sehingga membuat Ifa merasa jengah. Dipegangnya dagu Ifa dan dikecupnya bibir Ifa.

"Nggak usah bohong. Aku tau pasti ada sesuatu yang kamu mau sampaikan."

"Hehehe.. kok tau." Ifa cengar-cengir mendengar ucapan suaminya.

"Ya taulah. Kamu itu kalau ada maunya pasti merubah cara bicara kamu," jawab Rizky. "Aku kenal kamu sudah hampir seumur hidupku. Kita kan gede bareng."

"Yang, minggu depan kamu sibuk nggak?" tanya Ifa ragu-ragu setelah menyuapi Rizky sendok terakhir.

"Hmm.. minggu depan kayaknya nggak sesibuk minggu ini. Kenapa? Mau minta temani jalan ke Mall? Mau ajak kencan? Atau mau kontrol ke Encing Husna?"

"Eeh.. anak-anak ngajakin aku ke vilanya Cilla. Kebetulan bang Athar mau ada seminar selama 3 hari di Puncak. Nah, Cilla pengen liburan sebelum melahirkan."

"Emang Athar kasih ijin? Cilla kan sebentar lagi mau lahiran." Rizky kembali sibuk dengan pekerjaannya. Melihat suaminya kembali sibuk, Ifa langsung berdiri dan duduk di pangkuan Rizky.

"Yang, kamu mau ngapain? Ini di kantor lho. Gimana kalau nanti om Ridwan tiba-tiba masuk?"

Bukannya turun dari pangkuan suaminya, Ifa malah mengalungkan tangannya ke leher Rizky dan gantian dia yang menatap intens sang suami. "Aku cuma mau minta ijin sama kamu. Bolehkan aku ikut anak-anak ke vila?"

"Tapi kamu kan nggak boleh terlalu capek, Yang. Kamu ingat kan apa kata Encing Husna?" Ifa mengangguk.

"Aku justru pengen ikut liburan biar nggak stress, Yang. Kamu tau kan kalau belum lama ini aku sibuk sama urusan skripsi. Jadi anggap aja ini liburan pelepas stress." Tangan Ifa bermain di dada Rizky membentuk pola abstrak. Rizky setengah mati menahan gairahnya karena Ifa bergerak-gerak terus saat duduk di pangkuannya.

"Yang, jangan gerak-gerak terus dong. Kamu jangan mancing-mancing aku. Ini kan di kantor." tegur Rizky sambil menahan dirinya untuk tidak menerkam Ifa saat itu juga.

"Kenapa sih?" tanya Ifa dengan wajah polos. Entah benar-benar nggak tau atau pura-pura nggak tau😄

"Kamu mau aku 'makan' disini, Yang?" bisik Rizky sambil menangkup wajah Ifa. Kemudian Rizky memagut bibir Ifa dan menciumnya dengan penuh gairah. Ifa membalas ciuman sang suami. Tangan Rizky mulai nakal dan meraba tubuh Ifa. Saat mereka asyik berciuman selama beberapa menit tiba-tiba pintu ruangan diketok. Dengan enggan mereka berdua langsung melepaskan tautan bibir mereka. Mereka buru-buru merapikan diri. Ifa turun dari pangkuan Rizky.

"Masuk," perintah Rizky. Tak lama masuklah Winda. Ia menatap keduanya sambil tersenyum simpul.

"Pak, dipanggil pak Ridwan. Katanya kalau 'urusan' bapak dan istri sudah selesai, bapak disuruh ke ruangan beliau."

Mata Ifa bertabrakan dengan mata Winda. Dengan gerakan tangan Winda memberitahu Ifa untuk menghapus bekas lipstik di bibir Rizky. Ifa terkekeh dan buru-buru menghapus bekas lipstik di bibir Rizky dengan tissue. Rizky pura-pura tenang, padahal sebenarnya ia malu kepergok oleh sekretarisnya.

"Tolong kasih tau pak Ridwan, lima menit lagi saya akan ke ruangannya." ucap Rizky dengan suara sok berwibawa.

"Baik pak." Setelah Winda keluar ruangan, tawa Ifa dan Rizky langsung meledak.

"Kamu sih, Yang. Kan aku sudah memperingatkan kamu, tapi kamunya bandel." Rizky pura-pura mengomel.

"Tapi kamu suka, kan?" tanya Ifa menggoda. "Jadi, aku diijinin pergi nggak?"

"Hmm.. tergantung nanti malam."

"Iiish.. mesum melulu sih pikirannya."

"Ini kan gara-gara kamu. Sekarang aku ke ruangan om Ridwan dulu ya. Kamu mau pulang atau mau nungguin aku? Mau pulang pakai mobilku?"

"Aku pulang saja pakai mobil kamu. Tadi sudah janjian sama emak mau ke rumah Alana. Aku bawa mobil kamu. Setelah dari rumah Alana, aku jemput kamu. Jangan lembur ya. 'Lembur'nya sama aku aja di rumah."

Setelah mengecup Ifa, Rizky meninggalkan ruangan. Ifa merapikan peralatan makan Rizky kemudian pulang.

⭐⭐⭐⭐

Hmm.. kira-kira berhasil atau nggak ya rayuan Ifa. Pentengin terus di chapter berikut

Moci_phoenixcreators' thoughts
Next chapter