webnovel

HADIAH

Happy Reading ❤

Ifa menyusuri koridor kampus dengan langkah tergesa. Ia melihat jam tangannya. Sudah pukul 08.15. Waduh, alamat telat nih. Mana hari ada quiz perpajakan. Ini semua gara-gara Rizky. Semalam ia baru pulang jam 11 malam.

Di depan kelas, Ifa mengatur nafasnya sebelum mengetuk pintu kelas. Setelah dipersilahkan masuk, barulah ia berani masuk kelas. Dosen perpajakannya terkenal killer dan disiplin.

"Kenapa kamu terlambat?" Tanya bu Siska. "Kamu tahu apa akibatnya kalau terlambat masuk kelas saya?"

"Maaf bu, saya bangun kesiangan," jawab Ifa jujur.

"Waktu quiz kamu saya potong 15 menit. Waktu kamu mengerjakan soal hanya 1 jam."

"Baik bu." Ifa tidak membantah dan segera menuju kursinya setelah menerima lembaran soal.

"Eits, kata siapa kamu boleh duduk di belakang? Ambil kursi dan duduk di samping saya menghadap ke teman-temanmu. Segera kerjakan quiznya kalau kamu nggak ingin kehabisan waktu."

Walaupun hatinya dongkol, Ifa menuruti perkataan bu Siska. Biarin deh, daripada nggak boleh ikut quiz. Dilihatnya semua teman sekelasnya sedang serius mengerjakan soal. Ifa sempat bertatapan dengan Cilla yang menatapnya dengan pandangan memelas. Biasanya Cilla dibantu oleh Ifa saat quiz Perpajakan.

Ifa masih asyik mengerjakan soal saat tiba-tiba kertasnya ditarik oleh bu Siska.

"Lho bu, kenapa kertas saya diambil? Waktunya belum habis kan?"

"Kamu nyontek ya? Dari tadi saya lihat kamu bolak balik ngeliatin teman kamu."

"Sumpah nggak bu. Saya mana berani nyontek. Apalagi saya kan duduk di depan sini."

"Oh jadi kalau duduk di belakang kamu bisa nyontek?"

"Demi apa bu? Ngapain sih saya nyontek. Emangnya saya anak kecil. Ibu boleh tanya sama teman-teman saya, siapa yang paling jago perpajakan di kelas ini." Ifa menatap teman-temannya meminta bantuan. Tapi tak satupun dari teman sekelasnya yang mengangkat kepala. Semuanya menunduk menghindari pandangannya.

"Apakah menurut kalian dia berkata jujur?"

Tak ada satupun mahasiswa yang bersuara.

"Cilla, Onit, Meta, Alana... bantuin gue dong. Bilang sama bu Siska kalau gue itu nggak nyontek." Ifa meminta bantuan anak-anak GCK. Mereka malah melengos.

"Saya berkata jujur bahwa saya nggak nyontek. Saya nggak terima tuduhan ibu. Saya akan membawa masalah ini ke wali dosen. Kalau perlu saya bawa ke dekan."

Bu Siska hanya memasang muka datar mendengar ucapan Ifa. Lalu dia tersenyum..

"Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday dear Ipah.. happy birthday to you." Tiba-tiba dari kursi belakang para sahabatnya membawa kue tart yang telah dipasangi lilin.

"Surprise.....!!!" Semua teman sekelas dan bu Siska berseru sambil bertepuk tangan.

Ifa tercengang mendapat kejutan seperti itu Ternyata mereka semua mengerjainya, termasuk dosennya.

"Selamat ulang tahun ya Ifa. Ibu percaya kok kamu jujur."

"Met ultah Ipah yang cantik tapi koplak. Semoga elo segera insyaf dan nggak koplak lagi."

Semua teman dan sahabatnya memberi ucapan selamat.

"Kalian tega banget sih ngerjain gue," Ifa kesal sekaligus bahagia mendapat surprise seperti itu. "Terima kasih ya teman-teman. Terima kasih ya bu Siska."

"Oke, senang-senangnya ditunda dulu. Sekarang kalian lanjutkan quiznya. Ibu kasih tambahan waktu 15 menit lagi. Ayo segera kembali ke kursi masing-masing."

⭐⭐⭐

"Thanks ya kalian ingat sama ulang tahun gue. Huhuhu... sedih gue.."

"Kenapa sedih, harusnya elo gembira dong. Namanya juga lagi ulang tahun, Pah." tanya Fadhil salah satu teman sekelasnya.

"Gue tambah tua. Umur gue berkurang setahun. Kecantikan gue juga berkurang."

"Yaelah gue pikir kenapa. Tenang Pah, buat gue elo selalu cantik kok.Walau nanti elo menua, di mata gue elo selalu cantik. Apalagi kalau kita menua bersama," puji Fadil. "Kau begitu sempurna. Dimataku kau begitu indah. Kau membuat diriku akan s'lalu memujamu."

Semua teman sekelas tahu kalau Fadil naksir Ifa sejak semester 3. Ucapan Fadil langsung disambut sorakan oleh yang lain.

"Gombaaaal...."

"Eeeaaaaa..."

"Receeeeh..."

"Wooy.. pada sirik aja lo." Fadil mendekati Ifa dan memberikan kotak mungil dibungkus kertas kado. "Jangan lihat isinya ya Pah, tapi lihat ketulusan gue."

"Buka.. buka... buka...." yang lain pada heboh menyuruh membuka hadiah tersebut.

"Boleh gue buka Dil?" Setelah mendapat persetujuan dari Fadil, Ifa membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat sebentuk cincin perak. Ifa memandangi cincin tersebut. Ia teringat cincin kawin yang saat ini disimpan di meja riasnya.

"Thanks ya Dil. Tapi kayaknya gue nggak pantas deh terima hadiah sebagus ini."

"Please jangan tolak hadiah dari gue." Wajah Fadil memelas saat Ifa hendak mengembalikan hadiah itu.

"Terima aja Pah. Kalo elo nggak mau, buat gue juga nggak papa," celetuk Onit. "Kalo si Ipah nggak mau buat gue ya Dil."

"Eh, jangan dong. Gue sengaja kerja sambilan dan nabung buat beli hadiah itu."

"Uuuh.. so sweet banget sih Dil," Cilla tiba-tiba nyerobot mengambil kotak itu. "Sini gue yang simpenin hadiahnya. Daripada dibalikin atau diambil Onit."

"Pakai dong Pah." Mati gue. Mana mungkin gue pakai cincin itu. Kalau Rizky lihat gue musti bilang apa. Cincin kawin aja nggak gue pakai, masa cincin dari cowok lain gue pakai.

"Tapi cincin itu bukan tanda ikatan kan, Dil?" Tanya Alana. "Kalau sebagai pengikat, nggak mungkin Ifa pakai tuh cincin. Kalau hanya sebagai hadiah biasa mungkin dia mau pakai."

"Pastinya bukan tanda ikatan Al. Ifa kan belum menerima cinta gue." Fadil tersenyum kepada Ifa. Maafin gue Dil. Gue nggak akan bisa menerima cinta lo. Gue sudah jadi milik orang lain.

"Oke, gue pakai cincin dari elo. Sekali lagi thank you ya. Elo memang teman yang baik."

Fadil hanya bisa tersenyum pahit mendengar penekanan pada kata teman.

⭐⭐⭐

"Kok tumben jam segini baru pulang?" Tanya Rizky sambil melihat jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Tidak biasanya Ifa pulang malam tanpa mengabari. "Habis dari mana?"

"Habis makan sama anak-anak." Jawab Ifa cuek sambil menjatuhkan diri di sofa, duduk di samping Rizky.

"Oh ya, dalam rangka apa? Biasanya kalian kumpul disini."

"Bosen." Ifa mengambil remote tv dan mengganti channel. Dipilihnya channel drama Korea. Rizky heran melihat sikap Ifa yang tidak biasanya. Ia mengambil remote tv, namun Ifa segera merebut kembali remote tersebut. Saat itu Rizky melihat sebentuk cincin perak di jari manis Ifa. Dahinya berkerut. Cincin apa itu? Perasaan bukan seperti itu cincin kawin mereka.

"Pah, ini cincin dari mana? Mana cincin kawin kita?"

Ifa mengangkat tangannya dan melihat cincin yang diperolehnya tadi siang. "Bagus ya? Simpel tapi manis."

"Elo beli cincin baru? Kenapa cincin kawin kita nggak dipakai?"

"Nggak, ini hadiah dari teman kampus. Cincin kawin gue simpan di meja rias. Sengaja nggak gue pakai. Takut muncul gosip." Ifa bangkit dari duduknya dan menuju kamar. Rizky mengikuti istrinya ke kamar.

"Dalam rangka apa teman lo kasih hadiah? Cowok atau cewek yang kasih?" Cecar Rizky. Yang ditanya malah masuk ke kamar mandi. Rizky duduk bersandar di tempat tidur. Dari dalam kamar mandi terdengar suara air. Hmm sepertinya Ifa sedang mandi.

"Kiiy.. tolong ambilin daleman gue dong di lemari." Teriak Ifa dari dalam kamar mandi.

"Sudah, nggak usah pakai daleman," jawab Rizky santai masih belum beranjak dari tempat tidur.

"Nggak usah aneh-aneh deh. Buruan ambilin. Nanti kalo gue masuk angin gimana?"

Hadeeuh, nih cewek tega amat. Baru ngebayangin daleman Ifa saja sudah bikin gairahnya bangkit. Ini pake disuruh ngambilin segala. Kalau gue nggak bisa menahan diri gimana. Damn peraturan si***n!! Maki Rizky dalam hati.

"Pah, jatah gue cuma pegang daleman lo doang nih?" Tanya Rizky setelah Ifa keluar dari kamar mandi dengan celana pendek dan kaos yang panjangnya melebihi celana pendeknya.

"Emangnya elo mau pegang apaan? Mau pegang isinya?" Ifa balik bertanya sambil memakai skin care.

"Emang boleh?" Rizky penuh harap.

"In your dream honey." Ledek Ifa. "Tau nggak muka lo jelek banget kalo lagi mupeng."

"Pah, kita sudah nikah 3 bulan masa gue masih nggak boleh minta jatah? Elo nyiksa gue tau."

"Lah, kan elo yang bersedia menikah dengan perjanjian. Kalau memang elo tahu nggak bakal sanggup, kenapa elo mau kawin sama gue?"

"Yeee.. mana gue tau kalau ternyata elo seseksi dan semulus ini. Jaman kita belum nikah gue kan nggak pernah ngintip body lo kayak apa. Kalau tahu elo seseksi ini, gue nggak bakal setuju dengan perjanjian itu."

⭐⭐⭐

Ya tuhan, kasian banget sih babang Chico. Sudah 3 bulan belum dapat jatah🤭😜

Next chapter