Bian melangkahkan kakinya ke sebuah kompleks perumahan, rumah besar nan mewah yang sangat rindang. Bian sedikit gugup dan berharap hasilnya juga sama seperti dengan Ibunya Tiara tadi.
Bian memasuki pekarangan rumah dan disambut oleh para pekerja dirumah itu, setelah menyampaikan maksudnya dan menunggu beberapa menit, yang ditunggu pun datang,
"selamat siang nek, kenalkan saya Bian" Bian tersenyum menyapa neneknya Jackran, saat ini Bian berusaha untuk tidak gugup, meski sebenarnya dia sendiri sedikit takut,
"duduk," ucap nenek Jackran ramah namun mengintimidasi,
"jadi ada perlu apa kamu kesini," ucapnya langsung tanpa basa-basi,
"aku Cuma mau ngasih ini nek," ucap Bian, Bian menyodorkan sebuah amplop yang juga sudah dipersiapkannya, tentu saja keterkejutan yang dirasakan mampu di tutupi oleh nenek Jackran, ia tampak tenang dan meletakkan amplop itu kembali keatas meja,
"sepertinya orang suruhan nenek juga ceroboh, dia meninggalkan bukti yang sangat penting," ucap Bian menunggu respon dari sang nenek,
"apa mau mu," ucap sang nenek menjadi dingin, sedingin es, suasana di ruangan ini juga berubah mencekam,
"aku ingin pernikahan dengan Jackran," ucap Bian setelah memberanikan diri,
"hahaha, anak yang lucu, kamu pikir dengan hal seperti ini, kamu bisa mengancam saya," nenek Jackran tidak terintimidasi oleh tindakan Bian maupun isi amplop tersebut,
"saya tidak bermaksud mengancam, saya hanya mencoba membuat sebuah kesepakatan saja, dan tentunya ini sangat berguna bagi nenek," ucap Bian lagi, Bian berharap bisa segera keluar dari tempat yang menyesakkannya ini,
"kamu nggak akan bisa menikah dengan Jackran, bukankah seharusnya kamu membicarakan hal ini dengan Jackran dahulu," ucap sang nenek tegas, dia menatap Bian penuh dengan rasa kebencian dan meremehkan,
"saya tidak harus membicarakan ini ke Jackran karena nenek lah yang jadi penghalangnya, nenek tidak takut kalau ini akan saya bongkar yang berarti nenek akan merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan saya?," Bian tersenyum mengejek,
"kalau kamu tidak ingin itu terjadi, sebaiknya saya tidak pernah melihat kamu lagi, kamu cukup pintar mengenal saya" ucap nenek,
"hmmm," bian menggelengkan kepalanya,
"nenek salah, kalau nenek tidak mengijinkan saya dan Jackran menikah, ini tetap akan terbongkar, meskipun nantinya nenek akan menyakiti saya, tapi hal ini sudah saya serahkan kepada orang-orang yang menginginkan keluarga ini hancur, begitu banyak orang diluar sana yang menginginkan kehancuran keluarga ini, nenek tahu itu, jadi semuanya tergantung nenek," ucap Bian mengintimidasi nenek, perempuan tua yang masih kuat dan terlihat segar ini menatap Bian dengan penuh kebencian, dia tahu seharusnya dari awal dia mengenal anak ini sudah dimusnahkan, sesalnya.
Jackran masuk keruang di mana tempat neneknya berada, jelas keterkejutan di ekspresi Jackran melihat Bian tengah duduk berbincang dengan neneknya. Hal yang tak pernah Jackran bayangkan ataupun inginkan, terlihat kalau keduanya sedang tidak membicarakan hal yang menyenangkan, keduanya seakan melawan dalam tatapan mata, yang satu tatapan yang penuh keinginan untuk menang dan satunya tatapan yang penuh kebencian.
Bian menghampiri keduanya, dia berusaha untuk tidak panik. Bian yang merasakan kehadiran orang lain menoleh saat Jackran tepat berdiri di samping tempat dia duduk, Bian tersenyum kepada Jackran namun Jackran mengabaikan Bian,
"nek," ucap Jackran,
"Ran, sepertinya perempuan ini mencoba mengancam keluarga kita," sang nenek memberikan sebuah amplop yang diberikan Bian tadi kepada Jackran, Bian sedikit bingung dengan hal ini,
'apakah nenek Jackran benar-benar tidak terintimidasi' pikirnya.
Jackran membuka amplop tersebut, dia terkejut dengan apa yang dilihatnya, "kamu dapat dari mana," tanya Jackran kepada Bian,
"jadi, kamu bisa urus wanita ini," belum sempat Bian menjawab, nenek Jackran memotongnya, dia berdiri dari kursinya dan mengahampiri Jackran,
"nenek percayakan sama kamu," ucapnya lagi dan menepuk pundak Jackran pelan, nenek Jackran berjalan menuju ke jendela kaca yang memperlihatkan keadaan di luar rumah, di luar penuh dengan rumput nan hijau seperti lapangan golf tapi tak berukuran luas dan ada sebuah tempat untuk bersantai,
"ikut aku," Jackran menarik Bian, dia mencengkram pergelangan tangan Bian, Jackran tampak panik dan sedikit ketakutan, dia tak habis pikir dengan apa yang akan direncanakan Bian, sedangkan Bian hanya terdiam melihatnya, dia sendiri masih tidak mengerti tentang apa yang terjadi dengan Jackran,
"kamu dapat dari mana," Jackran berbicara melalui giginya,
"kamu nggak perlu tahu," ucap Bian santai,
"kamu bicara apa sama nenek, apa yang kamu inginkan Bi," tanya Jackran,
"aku Cuma mau nenek kamu ngijinin kita menikah Ran, itu aja kok" ucap Bian yang masih saja santai tanpa peduli dengan ekspresi panik Jackran dihadapannya saat ini,
"Bi, please, aku nggak tahu gimana cara ngomongin ini ke kamu, tapi aku sama Tiara itu pilihan aku, keputusan aku Bi" Jackran frustasi bagaimana cara untuk menghentikan Bian dan membuat Bian mengerti,
"kamu sayang sama Tiara," tanya Bian sedikit ragu,
"aku sayang sama Tiara," ucap Jackran meyakinkan Bian, jelas raut kesedihan tergambar dalam wajah Bian setelah mendengar jawaban Bian, Bian juga kecewa karena hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, ini tidak seperti yang di hadapi nya tadi.
"darimana kamu dapatin ini," Jackran mengalihkan pembicaraan, dia sejujurnya juga sakit melihat Bian seperti ini,
"kamu nggak perlu tahu," ucap Bian,
"aku harus tahu Bi," Jackran menahan Bian yang tadi akan pergi meninggalkannya, Bian menatap Jackran lama,
"jadi mau kamu apa, kamu mau aku nggak ngungkit atau nyebarin masalah ini,?" tanya Bian,
"sorry Ran, aku nggak janji," lanjutnya,
"kalau kamu masih kayak gini, aku bisa aja nyakitin kamu Bi," balas Jackran,
"jadi, kamu tahu masalah ini, kamu tahu apa yang dilakukan nenek kamu, sampai kakak kamu meninggal Ran, dan kamu diam aja," Bian tidak mengerti dengan jalan pikiran Jackran,
"ini hanya masa lalu Bi," balas Jackran,
"masa lalu kamu bilang, sedangkan di luar sana masih ada orang yang menderita dan trauma karena ulah nenek kamu Ran," Bian berbicara dengan satu tarikan nafas, dia tidak habis pikir dengan jawaban Jackran yang menurutnya bukanlah seperti Jackran yang dia kenal,
"masalah ini urusan aku Bi, aku juga yang akan bertanggung jawab tapi dengan caraku sendiri, jadi please, jangan usik keluarga aku," ucap Jackran setengah memohon,
"kenapa semua orang bertanggung jawab dengan cara mereka, dengan cara semakin menyakitin atau membiarkan orang lain makin tersakiti Ran," bentak Bian,
"aku nggak takut nenek kamu bakalan lakuin apapun ke aku Ran, aku nggak peduli, aku Cuma mau mempertahankan apa yang harusnya jadi milik aku, aku harus balas ketidakadilan yang aku dapatkan Ran," balas Bian,
"bukan nenek tapi aku sendiri yang akan menghancurkan kamu, kalau sampai masalah ini terbongkar keluar Bi," ekspresi Jackran menjadi keras, Jackran mendekati Bian hingga membuat Bian mundur beberapa langkah, ucapan Jackran dan ekpresinya mampu membuat Bian bergidik ngeri, Bian tahu kali Jackran tidak main-main dengan ucapannya, apa benar Jackran berani menyakiti aku, apa dia bakal nyingkirin aku seperti apa yang dilakukan neneknya kepada pasangan kakaknya,' bathin Bian. Sebenarnya Bian juga merasa bersalah, dia tidak seharusnya menggunakan kelemahan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri, Bian bahkan tidak lebih baik dari mereka.
"kalau kamu ingin kerja di perusahaan J dengan damai, jangan lakukan hal yang aneh-aneh Bi, bahkan jika kamu menghilang tidak akan ada satu orang pun yang tahu," ucap Jackran kembali setelah melihat Bian lemas, dia tampak mencoba berdiri dengan kuat, namun mata dan tatapannya memperlihatkan ketakutannya, Jackran tahu ini tidak cukup untuk memperingati Bian, Bian sangat mudah untuk menghilangkan ketakutannya, dia memiliki keberanian yang membuat dirinya berada dalam bahaya,
"aku bakal lihat Ran, bagaimana kamu ngehancurin aku, seberapa banyak kamu nyakitin aku,"suara Bian menghentikan langkah Jackran yang akan berlalu meninggalkannya, Bian telah mengumpulkan keberaniannya, dia tidak bisa menyerah begitu saja,
"aku bakal nunggu dengan senang hati hal itu Ran," teriak Bian lagi, sedangkan Jackran kembali melanjutkan langkah kakinya. Di dalam pikiran Jackran saat ini dia harus mencari cara untuk menghentikan Bian atau melindungi Bian. Bian sudah membuat neneknya marah, dan Jackran tahu jika dia tidak bertindak maka neneknya lah yang akan bertindak, neneknya bisa melakuan apapun untuk melindungi apa yang jadi miliknya, menyingkirkan siapa pun yang menghalanginya.
...
Terima kasih kepada teman-teman semua, semoga cerita nya menghibur. Jangan lupa dukung cerita ini ya, berikan komentar yang membangun..
Terima kasih dan selamat membaca Jackran, Bian dan Tiara.