webnovel

Siasat Jahat Pangeran Yo.

------------------

Sebelum duduk di kursinya masing-masing Kaisar masih sempat mengenalkan anggota keluarga satu persatu pada Putra Mahkota YangLe dan KaiLe, termasuk pemuda yang tadi yang ternyata adalah putra kesayangan putri TangYuan yang terkenal, siapa yang berani menyentuh mereka, keduanya terkenal sebagai Pangeran Muda Naga Biru dan Merak Merah, julukan untuk dua putra dari putri TangYuan, dan sialnya ia telah menyinggung salah satunya, walau ia tidak menyesal sepertinya, pemuda itu melihat HongEr dengan tatapan tajam penuh dendam.

Kaisar TangYau memiliki banyak putra dan putri, termasuk pemuda itu yang diakui sebagai putranya yang terakhir, TangYo, usianya baru tujuh belas tahun, Ibundanya adalah putri kecil dari negeri Ayunda, itu yang membuat ia memiliki badan tinggi besar, mata besar dan kulit agak gelap, ciri khas negeri Ayunda.

Menurut Kaisar yang sudah memiliki lebih dari sepuluh putra putri TangYo adalah putranya yang terakhir, sejak beliau memutuskan untuk minum obat tabib istana yang mencegahnya untuk terus memiliki keturunan dengan setiap selirnya, GaoNiang sudah memperingatkannya dengan keras.

KaiLe yang duduk di samping TangYi melihat HongEr yang sejak tadi tidak bisa berhenti tertawa dengan wajah ceria, ia jadi ikut senang hanya dengan melihatnya saja, sampai lupa memasukkan makanan yang sudah ada di ujung sumpitnya, YangLe sengaja menyenggolnya menyadarkannya.

"Ehem, adik Kai, apa yang kau lihat sejak tadi?"

Kaile menggelengkan kepalanya cepat, memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Emm he"

YangLe menyadari arah tatapan mata Kai kemana, pemuda itu memang sangat menarik, ia baru melihat warga Tang dengan rambut ikal mengkilap berwarna merah yang ikal, kulit yang jauh lebih putih dibanding lainnya, pemuda itu sekilas lebih mirip warga negara Hua dibanding Tang, memang sangat menarik perhatian.

"Kak Yi ini terlalu pedas" protes HongEr saat TangYi memasukkan potongan ayam kari terus ke dalam mangkuk Hong, sementara wajah Hong sudah agak merah karena kepedesan.

"Tidak ini biasa saja kok, adik Hong kenapa tidak bisa makan pedas yah? Kak Fei-mu saja kuat"

"Jangan kak nanti perut Hong sakit" protes Fei.

Tapi TangYi memang senang sekali menggoda dua kakak adik itu.

"Tidak ini sedikit saja kok, ayo dik habiskan"

.....................

Malam datang.

Suasana di Istana Giok menjelang tengah malam begitu tenang. Semua baru saja masuk ke kamar masing-masing dan tertidur dengan cepat.

HongEr tidur sangat pulas di atas ranjangnya, sesekali masih mengigau soal makanan enak yang tadi siang dinikmatinya, beberapa pelayan berjaga di depan ranjang dan depan pintu dua pengawal berdiri siaga. Seperti malam biasanya di istana, tentunya dengan penjagaan begitu ketat akan sulit untuk orang yang berniat jahat untuk masuk. Tapi, beberapa orang terlihat mengendap di dalam gelap, melirik situasi di sekitar kamar HongEr.

Bagaimana dua orang berpakaian hitam dengan penutup wajah itu berhasil melewati penjagaan ketat di depan gerbang dan sudah masuk mengendap di sisi kiri kamar Hong, satu yang berjalan paling depan mengeluarkan tangannya menahan temannya maju saat melihat dua pengawal di depan pintu kamar.

"Shuutt, ada penjaga" bisiknya, orang itu memakai pakaian hitam seluruhnya, tapi lupa mengganti mahkota kecil di atas cepol rambutnya, mahkota yang cukup familiar, seperti menyerupai milik Pangeran Yo.

Keduanya lalu menurunkan tubuhnya tepat di depan jendela kamar.

"Yang Mulia, apa, tidak bahaya?" Bisik orang di belakang pemuda yang benar Pangeran Yo, rupanya ia mengendap bersama WuEr pengawal pribadinya.

Pangeran Yo mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya, ia membawa sebuah kotak berukuran agak kecil, seperti menyimpan sesuatu di dalamnya.

"Biar saja, biar tahu rasa, ia tidak tahu berhadapan dengan siapa rupanya"

Pangeran Yo membuka bagian ujung kotak dan mengarahkannya ke dalam jendela yang dibuka perlahan, tak butuh lama seekor ular kecil berwarna hitam mengkilap meluncur keluar, ular yang terlihat berbisa itu seperti tahu arah tujuannya, dengan pasti ia melenggok cepat menuju ke atas ranjang HongEr, ada sesuatu yang menarik perhatian ular itu hingga ia dengan pasti mendekatinya.

Sore tadi setelah acara makan selesai.

HongEr dan KaiLe berdiri berdua menikmati udara segar di taman sambil menurunkan makanan mereka, beberapa kali KaiLe membenarkan rambut Hong yang terbelai angin hingga berantakan.

"Lalu setelah ini adik Hong mau kemana?" Tanya KaiLe, Hong berpikir hingga mengerutkan dahinya.

"Emm tidak tahu kak, menurut Ibunda sih tak lama lagi juga akan pulang ke Lembah, untuk merayakan ulang tahun Hong bulan depan"

KaiLe membuka matanya lebar.

"Ulang tahun bulan depan? Apa, kak Kai boleh berkunjung? Em kira-kira adik mau hadiah apa?"

Pangeran Yo mendekat, melihat Hong dengan mata tingginya, WuEr di belakang mengikutinya.

HongEr menghentikan ucapannya, pengeran itu mau apa di sana? Mencurigakan sekali, pikirnya, tak lama setelah itu Pangeran Yo ternyata memberikan sesuatu padanya, sebuah kantong kecil berisi pewangi, yang kini diletakkan Hong tepat di sampingnya di atas ranjang, bungkusan pewangi itu yang menarik ular kecil itu hingga menuju ke arahnya dengan cepat, ular dengan mata merah yang siap mematuk dengan taringnya yang panjang.

----------------------

Next chapter